"Ini ...." Yena menggerakkan tangannya pada bagian samping perutnya. Meraba sebuah gambar mata yang seharusnya ada di lehernya.
Yena tercengang.
Mengapa simbolnya pindah ke sini?
Jadi tidak hilang? Ia luar biasa terkejut. Tiba-tiba hatinya menjadi sedikit lega. Ternyata Lucifer belum melupakannya.
"U-ugh!" Euphoria ringan itu terganggu oleh rasa mual yang tiba-tiba datang kembali.
Malam hari, Mila harus tinggal di kamar Yena karena gadis itu kembali muntah-muntah.
"Ibu, aku baik-baik saja. Ibu tidurlah-- ugh!"
"Baik-baik saja bagaimana? Kamu parah begini. Yena, kita pergi ke dokter saja, ya?" Mila cemas melihat wajah anaknya yang amat pucat. Dia sudah memuntahkan seluruh isi perutnya, namun tak ada makanan yang sanggup ditelannya. Yena sudah mulai kehilangan cairan. Mila merasa Yena bukan hanya sekadar masuk angin.
Tanpa menunggu persetujuan Yena ia menelpon Ansel, memintanya mengantar mereka ke rumah sakit.