Bahkan ketika mereka sedang dalam perjalanan pulang, Yena masih saja meminta Ansel untuk membelikannya es. Kali ini es batu.
"Ayolah, Ansel ...."
"Tidak, Yena. Nanti saja di rumah. Kalau kamu mau es batu di lemari pendingin pun banyak 'kan? Lagipula untuk apa kamu mau es batu?" Ansel terheran-heran. Benar-benar tak habis pikir.
"Ya sudah deh ...." Yena mengerucutkan bibir.
Sesuatu di dalam tasnya tiba-tiba bergetar. Ia merogoh ponselnya tersebut dan mendapati panggilan dari Rumi.
"Hallo, Rumi?"
[Yena! Huhu aku merindukanmu!] Rumi langsung berseru sembari menangis paksa.
Yena tersenyum.
"Aku juga. Makanya cepatlah pulang lagi ke sini."
[Heh. Aku baru saja kembali. Kamu mau aku di-DO dari kampus, yah? Lagipula, aku baru saja punya pacar, loh.] Rumi setengah berbisik.
"Apa?" Yena terkejut kemudian tertawa.