Bi Diana tampak kikuk, ia mungkin merasa malu atau pun sungkan karena sudah bicara seperti itu kepadaku, apalagi ketika Mbak Lila menegurnya. Ya, mungkin saja wanita itu sadar dan memahami apa yang baru saja disampaian oleh Mbak Lila, agar ia tak bicara dengan seenaknya saja.
"Emm, maaf," ucap Bi Diana, yang kemudian bergegas pergi dan berlalu dari hadapan kami bertiga. Setelah kepergiannya, terasa ada yang mengusap lembut lengan kananku, di kala aku menoleh, aku melihat sosok Mama sedang tersenyum ke arahku dan sedang mengusap lembut lenganku serta tersenyum dengan tatap mata yang kelihatannya sedang mencoba menguatkan.
Aku membalas senyum wanita itu dengan hati menghangat.
"Kamu nggak perlu takut sama omongan seperti itu, lawan aja." Kali ini aku menoleh ke arah kiri, Mbak Lila bicara dengan tegas dan penuh keyakinan, seolah sedang mengalirkan kekuatan kepadaku.