Aku berhenti di depan sebuah pintu berwarna coklat bertuliskan ruang direktur, tanganku terulur untuk menutup pintu tersebut, kali ini tekadku sudah bulat bawa aku harus benar-benar bertanya kepada kakak kandungku tersebut.
Tok, tok, tok!
Beberapa saat kemudian, terdengar seruan dari dalam ruangan itu.
"Masuk!" Itu suara Mbak Lila.
tanganku berpindah ke arah handle pintu berwarna putih itu, aku menggenggamnya dengan erat kemudian menariknya ke bawah.
Pintu pun terbuka, lalu benar-benar terbuka lebar dan di saat itulah pandangan kami berdua bertemu.
Mbak Lila sedang duduk di balik meja kerjanya, di hadapannya terdapat sebuah laptop yang sedang menyala. Dia seorang diri di sini, sepertinya sedang sibuk.
Kedua matanya menatapku, dengan dahi berkerut halus dan juga heran sepertinya. Aku melangkah masuk kedalam ruangan itu kemudian kembali menutup pintunya.
"Andine?" Ia berseru dengan raut wajah kebingungan.