"Tidak perlu memaksakan diri, Ka. Jangan terlalu keras sama pekerjaan kamu. Ingat bahwa, kesehatan itu jauh lebih penting, kalau sudah sakit begini kakek pun nggak tega sama kamu, apalagi sama Andine yang sampai-sampai harus absen dari pekerjaannya demi menjaga kamu," ujar Kakek tiba-tiba, ia sedang memperingatkan cucunya.
Mas Arya menghela napas pendek, "Iya, Kek, kemarin emang terlalu antusias banget buat lanjutin proyek, sampe akhirnya jadi sakit gini," ujar pria yang duduk disebelahku.
Kakek mengulurkan tangan mengambil teh hangat yang sudah aku siapkan, pria itu menyesapnya sedikit.
"Untung saja kamu sudah menikah, Ka, kalau belum siapa yang mau rawat kamu? Lagi sakit dan nggak ada yang merhatiin itu nggak enak, kalau sudah menikah gini 'kan kamu jadi ada yang urus, benar 'kan, Andine?" ujar Kakek sambil mengalihkan pandangan ke arahku, ia menaikkan satu alisnya.
Awalnya aku agak tergagap, tapi detik berikutnya sudah bisa mengendalikan diri sendiri.