Pada akhirnya, aku pun memilih untuk tetap di sini, mencuci beberapa piring yang sebenarnya tidak terlalu banyak. Sengaja melakukan itu, agar kaki ini tak memilih untuk kembali ke meja makan tempat Mas Andra dan Mbak Lila berada. Aku hanya tak ingin menjadi patung bernyawa diantara mereka berdua. Sudah jelas, bahwa keberadaanku tidak terlalu dipentingkan.
Tak berselang lama, tak lagi terdengar suara mereka berdua bercakap-cakap. Ini hening, sampai akhirnya, terdengar derap langkah yang menuju ke tempatku berdiri.
"Sini Mbak bantu, Ra." Aku menoleh, sosok wanita bermake up tipis itu tersenyum simpul. Di tangannya terdapat dua piring, piring miliknya dan Mas Andra.
Berani juga dia.
"Nggak usah, Mbak. Biar aku sendiri aja," sahutku seraya tersenyum samar, senyuman penuh keterpaksaan aku hadirkan untuknya.
Dengan segera, aku merebut piring kotor yang ada di tengan Mbak Lila. Wanita itu tampak sedikit terkejut, saat aku menolak bantuannya.