"Niko..." lirih Calvin.
Air matanya Calvin mulai tergenang di Pelupuk matanya, bersamaan dengan tetesan air yang ikut mengalir meski belum ingin di kebumikan tapi, tak bisa membohongi hatinya Calvin bahwa sekarang Calvin benar-benar merasa Takut. Takut, jika Niko meninggalkannya.
Seketika itu, tangannya ikut bergematar, saat Calvin ingin meraih dan menyentuh wajah Niko . Apa, yang barusan Calvin lakukan pada little babynya? Tapi, sungguh! Calvin tak sengaja melakukannya. Calvin tak berhenti merutuki kebodohannya itu, sumpah serepah sudah menjadi makanan buat dirinya sendiri. Apa, dia terlalu kasar sama Niko? Tidak. Calvin tak bermaksud tapi, Ah! Calvin terus saja berbicara dengan dirinya sendiri, bahwa ia tak ingin Niko pergi, Calvin menjadi sangat takut jika nanti terjadi sesuatu dengan Niko setelah ini. Calvin tampak mengacak rambutnya kasar, sekarang apa yang harus Calvin lakukan? ia baru saja melukai kekasihnya.
Calvin berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Niko. Entah, mengapa hati Calvin sangat gelisah dan tidak karuan.
Calvin mulai meraih dan menangkup wajah Niko dengan lembut.
"Niko... maafin aku sayang. Hei? Niko bangun," Calvin berusaha membangunkan Niko dengan menepuk-nepuk pipi Niko. Dia berharap bahwa Niko mau menjawabnya. Tapi, percuma saja Niko tak akan membukanya. Semua ini terjadi karena kesalahan Calvin! Calvin seenggak peduli itu dan jahat banget sama Niko. Tanpa Calvin sadari, Bulir air matanya mulai membasahi pipi Calvin yang tampak mulus. Walaupun, hanya setetes yang keluar dari asalnya. Air mata Calvin menitik pelan dan semakin melumer karena Niko tak kunjung menjawab.
"Niko, please jawab aku sayang. Hei, niko... jangan buat aku takut please. Wake up baby please."
Calvin menepuk pelan pipi Niko sekali lagi, sembari memanggil namanya terus-menerus. Sampai akhirnya Calvin tak sengaja menyentuh tengkuk leher Niko yang basah serta berbau amis. Memikirkanya saja sudah membuat jantung Calvin berhenti berdetak. Perasaan Calvin mulai tak tenang dan buru-buru menilik sesuatu yang tak sengaja terpegang oleh telapak tangannya itu.
Mata Calvin terbelalak saat mendapati darah yang mengalir deras melewati tengkuk lehernya yang sedikit robek walau hanya segaris. "Darah?" Tanpa menunggu lama lagi Calvin membopong tubuh Niko dan mengangkatnya dengan Ala bridal style kemudian membawanya pergi dari dalam kamar mandi.
"Niko, ku mohon bertahan lah! maafkan aku sayang..."
Dengan tergesa-gesa Calvin langsung meletakkan tubuh Niko di atas ranjang kemudian menidurkan kepalanya Niko dengan Alas bantal. Meski darah merah masih saja berceceran dan menetes di tiap lantai.
Calvin mengusap wajahnya gusar, Calvin begitu prustasi, ia tampak bingung harus melakukan apa setelah ini? Sesekali Calvin melirik ke arah Niko yang semakin membuatnya cemas. Demi apapun Calvin tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri jika nanti terjadi sesuatu lebih kepada Niko. Calvin hanya marah dan tidak bermaksud untuk membuat kekasihnya itu celaka.
Tanpa memikir panjang lagi, Calvin segera mengambil ponselnya yang sempat ia letakkan di atas nakas, demi apapun sekarang Calvin sangat gelisah. Hari ini Calvin tak dapat berpikir dengan jernih dan selalu memikirkan tentang Niko. Calvin berjalan mondar-mandir sembari menunggu jawaban dari dokter kenalan Papanya.
Cukup lama Calvin menunggu panggilan supaya cepat terjawab, beberapa detik kemudian panggilan Calvin terangkat dari yang bersangkutan.
*Panggilan 00:00*
[Hallo, selamat malam om," sapa Calvin dari sebrang telfon.
[...]
[Iya, om. Ini Calvin anak papa demian]
[...]
[Bisa minta tolong buat segera datang ke apartemen Calvin nggak om? soalnya Calvin butuh pertolongan banget]
[...]
[Oh, jadi nggak bisa ya om]
[...]
[Oke,oke nggak masalah. Calvin tunggu ya om, Alamatnya di batu cempaka, Reninggan city lantai 2 nomor kamar 50A paling ujung]
[...]
[Siap, om makasih ya]
Sambungan telfon langsung terputus, Calvin menjadi resah ketika dia harus menunggu beberapa menit dan sampai Dokter kenalan papanya itu datang. Kemudian Calvin meletakkan ponselnya di atas nakas, ia berhenti bergerak ketika terpaku menatap Niko sejenak. Hatinya kembali melunak, Calvin melangkahkan kakinya perlahan dan mulai mendekati Niko yang terbaring lemah di atas ranjang, perasaan amarahnya kini berganti dengan rasa gelisah sekaligus takut.
Kemudian dengan gerakan lambat, Calvin menempelkan bibirnya menyentuh kening Niko yang berlangsung beberapa menit. Tak terasa air matanya ikut luruh ketika ia melihat Niko yang terluka karenanya.
"Maaf sayang," lirih Calvin, Calvin terus saja memberikan kecupan hangat di kening Niko, beralih ke pipi, kemudian bibir manisnya yang sudah lama tak Calvin cicipi. Calvin tak bisa memberhentikan kegiatanya yang sedang mencium bibir Niko dengan sedikit kasar meski Niko tak membalasanya, jujur saja hati Calvin sakit dan sangat merindu, dia hampir gila karena harus menahan semua hasratnya ke Niko. Kini tangannya ikut mengulur dan mengelus rambut Niko penuh sayang.
"I love you little baby," bisik Calvin di telinga Niko. Kok, Calvin jadi sedih ya? Biasanya kalau Calvin bilang begitu sama Niko, Niko pasti senyum dan tak lupa membalas kata-kata manis yang keluar dari mulut Calvin Calvin. Tapi, sekarang? Calvin hanya bisa melihat Niko yang terbaring lemah dan tak sadarkan diri.
Setelah mengatakan itu, Calvin beranjak dari duduknya. Kemudian mengambil kotak p3k, dia membantu membersihkan luka yang ada di tengkuk Niko untuk mengurangi pendarahan yang terus mengalir.
Sebenarnya dari awal Calvin tau tentang penanganan pertama tapi, karena Calvin terlalu khawatir sama Niko, dia jadi lupa kalau dia adalah calon seorang dokter.
Sehabis membersihkan luka Niko, Calvin berganti membersihkan kamar mandi dan juga lantai yang masih terdapat bekas bercak darah yang berasal dari Niko.
Di waktu yang pas saat Calvin sudah selesai membersihkan ruangan, Bell Apartemen nya berbunyi dan membuat Calvin buru-buru membuka pintunya.
Waktu Calvin membuka pintunya, ia mendadak diam dan mematung sembari menatap sosok orang yang baru saja Calvin kenal walau hanya kenal lewat namanya saja tapi, Calvin tau bahwa dia sempat dekat dengan Niko..
^^^
Malam ini Reza butuh istirahat tapi tiba-tiba saja Papinya menyuruhnya untuk pergi ke rumah Pasien berikutnya. Di tambah pasiennya kali ini adalah anak dari sahabat papinya.
Lagian, itu bentuk kecil dari kerjaanya sebagai dokter walaupun sekarang Reza masih kuliah tetapi, papinya sudah mempercayakanya pada Reza. Meski sekarang semua badannya letih, lesu, dan merasa penat, Reza harus profesional apalagi kalau sudah menyangkut pasien yang butuh pertolongan.
Reza membelokan setir mobilnya masuk ke dalam gerbang Apartemen. Sedari tadi Reza seperti tau tentang Aprtemen ini, dia membulat saat mengingat nama Niko yang terlintas dalam benaknya. Benar, saja! kalau Niko juga tinggal di Apartemen mewah ini.
Reza memberhentikan mobilnya di parkiran basemant Apartemen. Kemudian ia mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam lift dan menuju lantai dua sesuai yang tertulis di selembar kertas.
Sesampainya Reza di depan pintu bernomor 50A paling ujung, dia menekan tombol bell di bagian samping pintu. Tidak menunggu lama Reza menunggu akhirnya san empu apartemen membukanya. Tapi, saat Reza membalikkan badannya dia nampak terkejut karena mendapati sosok yang pernah ia jumpai saat bersama Niko.
"Bukannya dia Calvin?" batin Reza bertanya, namun masih diam sampai salah satu dari mereka melempar senyum ramah.
"Anaknya om Saman?" tanya Calvin yang sebenarnya dia juga tau siapa pria di hadapannya saat ini. Dia adalah Reza dan sempat pernah bertemu waktu menyusul Niko di indomaret.
Reza mengangguk pelan, cukup lama menunggu jawaban Calvin berikutnya. Entah apa yang sedang di pikirkan Calvin saat ini. Terlihat dari raut wajah Calvin kalau dia tak menyukai Reza.
"Bagaimana?" tanya Reza membuat Calvin tersadar dari lamunanya.
"O-oh iya. Silahkan," jawab Calvin.
Reza tersenyum, dia melenggangkan kakinya masuk ke dalam apartemen Calvin. Sementara, Calvin kembali menutup pintunya dan mengantarkan Reza menemui Niko di dalam kamar.
Sumpah demi apapun Calvin baru tau kalau selama ini Reza itu adalah anaknya Om Salman sahabat papanya itu. Nggak tau kenapa Calvin keliatan nggak suka waktu tau kalau dokter penggantinya adalah Reza putra sulungnya om Salman. Dari pada Calvin harus menunggu lama lebih baik menerima Reza untuk memeriksa keadaan Niko.
Calvin mengantarkan Reza masuk ke dalam kamar. Namun, sepertinya Reza nampak terkejut saat mendapati Niko yang terbaring lemah di atas ranjang. Tetapi, ada satu hal yang membuatnya lebih terkejut dari yang tadi. Satu pertanyaan yang menetap dalam otak Reza. Kenapa Niko bisa satu tempat tinggal bersama Calvin?Atau jangan-jangan mereka beneran sepasang kekasih?
Kenapa hati Reza sakit saat mengetahui Niko sudah memiliki seorang pacar. Dan Reza baru tau bahwa Calvin adalah pacar Keyla. Apa, selama ini Calvin telah mengkhianati Keyla? Reza yang berpikir nething tentang Calvin sontak melirik dan menatap Calvin penuh curiga meskipun Reza tak mau mempermasalahkan lebih lanjut. Lagi pula Reza tak punya hak atas hubungan rumit mereka.
Dari pada Reza memikirkan hal yang tidak perlu, lebih baik dia cepat memeriksa keadaan Niko. Untung saja Calvin sudah memberikanya pengobatan pertama jadi keadaan Niko tidak terlalu buruk.
"Niko," batin Reza, Reza berjalan mendekati Niko yang berada di atas kasur. Calvin yang melihat Reza terlihat khawatir menjadi agak kesal.
"Niko, apa yang terjadi sama kam—," waktu Reza mencoba untuk menyentuh dan mengelus kepala Niko, sebuah gerakan gesit langsung menampik tangan Reza dengan kasar. Sudah pasti pelakunya adalah Calvin! Enak saja ingin menyentuh Niko, Calvin yang sedang marah saja belum pernah memegang apalagi menyentuh kekasihnya itu. Calvin terlihat marah sekali, ia tidak suka kalau ada yang berani mencoba menyentuh little babynya, apalagi saat Calvin berada di dekat mereka.
"Jangan sentuh kekasihnya aku!" marah Calvin dan matanya mulai menatap tajam ke arah Reza.
Reza hanya menganggukan kepalanya.
Reza menjauhkan tangannya dari Niko. Nggak perlu menjelaskannya, Reza juga tau bahwa Calvin tak menyukainya. Tanpa berlama lagi Reza segera memeriksa keadaan Niko sekarang.
"Sepertinya Niko harus di rawa—,"
"Nggak!" Calvin memutuskan pembicaran Reza yang belum selesai. Reza hanya menghela napasnya pelan, Reza tau kalau Calvin sangat khawatir pada Niko. Dan kalau Niko di rawat di rumah sakit, Niko akan mendapatkan perawatan lebih lanjut. Dan, Calvin juga akan tetap bisa menunggu Niko. Reza melihat Calvin yang sepertinya dia terlalu posesif, padahal Niko juga membutuhkan perawatan intens di rumah sakit.
Aneh? itu yang Reza pikirkan tentang Calvin.
"Tapi—,"
"Nggak! Niko, tetap di rawat di sini."
Reza menganggukan kepalanya pelan kemudian langsung memeriksa keadaan Niko. Dengan segera Reza membuka tas kerjanya dan mengambil sesuatu barang yang di perlukan. Setelah Reza mengecek keadaan Niko, dan benar saja feeling Reza tak pernah salah bahwa Niko membutuhkan perawatan. Tetapi, sepertinya Calvin tidak menginjinkannya. Reza terlalu banyak berpikir, ia cepat memasangkan selang infus di tangan kanan Niko.
Waktu Reza sudah selesai memeriksa keadaan Niko, berikutnya ia memberikan resep obat dokter pada Calvin yang masih berdiri di sampingnya.
"Obatnya di minum setelah Niko siuman dan anjuran 3 x sehari. Lalu yang satunya sebelum makan. Dan ini salep buat mengobati luka Niko yang terdapat di lehernya," ucap Reza. Calvin hanya mengangguk saja tanpa basa-basi lagi Calvin langsung memberikan uangnya pada Reza.
Tetapi, Reza langsung menolaknya dengan alasan bahwa kedua orang tua mereka bersahabat. Jadi, Calvin tak perlu membayarnya. Padahal Calvin tau, motif utamanya adalah Niko. Nggak tau kenapa Calvin merasa tidak suka saat ada pria lain yang menyukai Niko selain dirinya.
"Nggak usah,"jawab Reza membuat Calvin memutar bola matanya malas dan kembali memasukkan uangnya dalam saku celana.
"Oh, iya. Untuk obat Niko yang Alergi jangan lupa di minum ya," Reza mengingatkan Calvin karena tak bisa mengatakanya pada Niko secara langsung. Niko juga masih belum membuka matanya padahal Reza ingin mengobrol singkat dengan Niko.
Calvin mengerutkan keningnya, sewaktu mendengar ucapan Reza yang bilang kalau Niko harus meminum obat Alergi. Memangnya Niko Alergi apa? Bentar! Calvin membulatkan matanya lebar saat kembali mengingat tentang Calvin yang memaksa Niko untuk memakan seafood. Demi apa? Calvin memaksa Niko. Nggak! Pasti ini bohong dan nggak beneran. Nggak mungkin Calvin melakukan hal tersebut. Tapi, memang benar dan itu adalah kenyataanya.
Tapi, kenapa orang lain lebih tau tentang Niko? Jadi, selama ini Calvin kemana saja? karena marah bahkan dia sampai melupakan dan tidak memperdulikan Niko.
Lalu? mengapa Reza tau kalau Niko sedang sakit alergi? Atau, jangan-jangan Niko pergi bersama Reza? Nggak! Calvin tak mau memikirkan hal yang aneh-aneh lagi. Cukup sudah dan dia nggak mau mendengar bahwa Niko membohonginya. Lebih baik Calvin menunggu penjelasan dari Niko setelah littel babynya membaik.
"Hum," sahut Calvin rada malas menjawab dan berharap Reza cepat pergi dari sini.
Reza tersenyum kemudian berbalik menatap Niko yang masih setia memejamkan matanya.
"Udah selesai kan? Jadi, nggak perlu lama-lama di sini," ujar Calvin. Sebenarnya Calvin sengaja menyindir dan mengusir Reza, ia tak suka jika terlalu lama memperlihatkan wajah manis pacarnya pada orang lain.
Reza melirik Calvin yang berjalan mendekati Niko kemudian mengecup kening Niko dengan lembut. Kenapa hatinya menjadi sakit ketika melihat Niko yang berdekatan dengan pria lain? padahal dia dan Niko itu belum lama mengenal, hanya beberapa kali saja mereka bertemu. Tapi, senyuman Niko mampu membuat Reza semakin yakin bahwa ia sedang di mabuk asmara.
Mungkin lebih baik Reza segera pergi dari apartemen Calvin. Dari pada harus lama-lama menonton pertunjukan yang membuat hatinya menjadi panas ketika melihat sesuatu yang membutnya kesal.
"Kalau gitu saya permisi," kata Reza sembari mengundurkan dirinya.
"Hum," sahut Calvin yang merasa tidak perduli dengan Reza. Kemudian Calvin mengantarkan Reza sampai di depan pintu.
"Makasih," ucap Calvin tanpa mau menatap Reza.
"Oh, iya! satu lagi, jangan pernah lu nyoba deketin Niko lagi. Lu tau kan, gua siapanya?" Reza mengangguk mengerti. Meski begitu dari awal Reza juga tidak pernah berniat mendekati Niko karena tau Niko sudah memiliki seorang kekasih.
"Tapi, bukannya kamu pacarnya Keyla?" Calvin terdiam kemudian berbalik menatap Reza. Bentar! Kok, Reza bisa tau kalau Calvin itu pacarnya keyla? dari mana Reza tau? pikir Calvin dalam hati.
"Maksud lu?" Calvin pura-pura tidak mengerti. Bisa gawat kalau pria di depannya ini sampai memberi tau keyla, tentang hubungan manisnya bersama Niko kekasih keduanya. Bukannya, apa. Tapi, Calvin belum siap saja harus memutuskan keyla dan status mereka memang masih berpacaran sampai saat ini.
"Aku, temannya keyla dan aku tau kalau kamu pacarnya keyla," jawab Reza membuat Calvin kembali terdiam.
"Pacarnya keyla? gua nggak kenal. Pacar gua itu Niko! Lu liat sendiri kan," kata Calvin masih saja mengelak dan tak mau jujur. Padahal jelas-jelas Reza tau betul siapa Calvin, soalnya akhir-akhir ini Keyla sering curhat mengenai hubungannya dengan Calvin. Tapi, Reza tak pernah menyangka bahwa orang keduanya itu adalah Niko, laki-laki yang Reza suka. Entah, mungkin Reza sudah gila karena telah menyukai Niko. Mungkin saja El, adik Reza benar. Kalau Reza selama ini sudah menyimpang cuma gara-gara lihat senyumnya Niko. Aneh? Iya. Reza juga merasa begitu. Tapi, itu lah yang benar terjadi.
"Keyla sering curhat jadi, untuk apa aku bohong? meski kamu menutupi hubunganmu dengan Niko, suatu saat Keyla bakalan tau. Jangan, sampai kamu menyesal!" ucap Reza sebelum pergi.
Mendengar kata terakhir dari Reza membuatnya kembali memikirkan tentang Keyla. Menyesal? entah, mungkin saja itu akan terjadi pada dirinya. Tapi, mulai sekarang Calvin sangat yakin bahwa hatinya untuk Niko.
"Oh, jadi Lu mau ngasih tau keyla? biar lu bisa deketan kan sama Niko!" Pandangan Calvin berubah menjadi tak ramah.
Reza hanya tersenyum remeh sembari menggelengkan kepalanya kemudian menatap Calvin.
"Aku, emang suka sama Niko. tapi, aku nggak pernah berniat buat merebut hati Niko dari kamu! karena aku tau, gimana rasa sakitnya di khianati," ucapan Reza seakan ngena dan nyata banget.
Perkataan Reza memang sedang terjadi pada bubungan Calvin dan Niko. Calvin terdiam dan tak bisa menjawab, dia kembali mengingat tentang bagaimana Niko bersama pria asing yang memadu kasih. Dan kembali mengingat kejadian beberapa hari lalu malah membuat hatinya semakin hancur.
"Permisi," kata Reza kemudian pergi dari hadapan Calvin. Sementara Calvin hanya memandang jauh kepergian Reza.
Calvin tak berhenti memikirkan tentang perkataan Reza barusan membuatnya tak tenang dan nggak bisa tidur jadinya. Calvin menjadi sangat penasaran siapa laki-laki yang tengah mencium Niko waktu di depan kampus itu, Calvin ingin mengetahuinya...
Calvin menutup pintu apartemen, pikiranya kini malah memikirkan tentang kata-kata Reza yang masih terngiang-ngiang dalam otaknya.
Calvin berbalik badan, dia melangkahkan kakinya gontai menuju kamar. Namun, langkah kakinya menjadi berhenti saat tak sengaja melihat Niko yang masih berbaring di atas sana. Calvin menatap sejenak Niko dari jarak jauh, dia bergumam dalam hatinya. " Apa pilihanya sudah tepat?"
Calvin mulai menutup pintu kamar dengan suara pelan, dia melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul 01:25 malam dan sudah malam sekali.
Calvin bergerak mendekati Niko. Calvin menarik selimut tebal untuk menutupi tubuh Niko kemudian Calvin ikut berbaring di samping Niko sembari mengatakan sesuatu yang manis untuk Niko.
" Selamat malam sayangku. Cepat sehat ya liby, aku merindukanmu Niko." ucap Calvin yang tak bisa melepas pandanganya dari Niko. Calvin memberikan ciuman tidur untuk Niko, mengecup bibirnya lama meski menurutnya itu masih kurang. Setelahnya Calvin masuk ke dalam selimut, Kemudian Calvin beralih memeluknya, ia melingkarkan tangannya di perut Niko. Bersamanya, Calvin ikut memejamkan matanya yang tertidur pulas bersama Niko kesayanganya. Sudah lama sekali Calvin tak memeluk Niko seperti ini, rasanya rindu sekali. Tapi, tetap saja Calvin maunya Niko tau dan ikut merasakan kalau sekarang Calvin sedang memeluknya.
^^^
Benda pipih itu terus saja bergetar, sesekali berdering dan membuat tidur paginya menjadi terusik, padahal Calvin masih ingin tidur sembari memeluk Niko.
Calvin berdecak, ia merenggangkan pelukanya dari Niko kemudian berbalik badan. Calvin meraba-raba mencari ponselnya yang ia letakkan di bawah bantal.
Calvin menyipitkan matanya, setelah tau dari siapa yang memanggilnya Calvin langsung menjawab panggilan tersebut.
[...]
[Masih tidur bang,]
[...]
[Hah! sekarang berangkatnya?] Calvin yang terkejut itu langsung berjengit dan terduduk dari tidurnya. Kemudian kembali melihat ponselnya, Calvin membalalakkan bola matanya lebar saat melihat sekarang adalah hari Minggu dan dia harus berangkat ke singapura karena ada urusan kerjaan di sana. Itu, juga atas suruhan demian, kalau bukan karena itu Calvin juga ogah. Tapi, kalau sekarang? Calvin tak mungkin meninggalkan Niko sendiri di apart.
Kesayanganya lagi sakit dan itu karena Calvin. Bagaimana Calvin menolak ajakan papanya.
[...]
[Eh, i-iya bang]
[...]
[Sorry, bang. Kayaknya Gua beneran nggak bisa ikut,] kata Calvin dari sebrang telfon.
[...]
[Gua ada urusan mendadak bang. Kali ini serius nggak bisa ikut, plis ngertiin gua bang,] kata Calvin sok minta di mengerti.
[...]
[Serius, bang?! yaudah, makasih banget ya bang. ]
[...]
[Sama abang sendiri lebaynya ya gak papa] Calvin tertawa meledek.
[Hum, oke bang. Lu hati-hati ya, sampein maaf gue ke papah,]
[...]
[Oke, bang. Good luck]
Calvin mematikan sambungan telfonnya, dia bernafas lega. Akhirnya dia tak jadi ikut ke acara penting yang membosankan. Lagian, Calvin juga nggak bisa meninggalkan Niko, apalagi sekarang Kesayanganya sedang sakit. Baby Niko butuh di perhatiin dan di sayang sama Calvin supaya cepat sembuh.
Calvin meletakkan kembali ponselnya di atas nakas. Ia beralih pada Niko yang masih saja setia menutup matanya.
"Morning kiss," kata Calvin.
Calvin mengecup bibir Niko dengan lembut. Namun, tetap saja Calvin merasa sedih karena ciuman paginya kali ini nggak ada balasan dari Niko. Niko sendiri juga belum sadar,Calvin kan jadi kangen sama Niko. Calvin kembali memberikan kecupan demi kecupan yang mendarat di pipi kanan dan kirinya Niko. Setelah niko terbangun, Calvin janji kalau dia nggak akan cuek lagi sama Niko. Apalagi, sampai mengabaikan kesayangannya ini.
"Niko jangan hukum aku kaya gini," lirih Calvin yang masih menatap wajah Niko.
"Aku kangen," katanya lagi.
"Aku, nggak bakal marah lagi sama kamu. Tapi, please bangun yah..."
"Niko," panggil Calvin.
Calvin berdecak pelan, kemudian beralih mencium bibirnya Niko sekali lagi. Setelah itu, Calvin kembali melanjutkan tidur paginya yang sempat terganggu.
"Kangen peluk kamu nik," kata Calvin pelan.
ความคิดเห็นย่อย
คุณลักษณะความคิดเห็นย่อหน้าอยู่ในขณะนี้บนเว็บ! เลื่อนเมาส์ไปที่ย่อหน้าใดก็ได้แล้วคลิกไอคอนเพื่อเพิ่มความคิดเห็นของคุณ
นอกจากนี้คุณสามารถปิด / เปิดได้ตลอดเวลาในการตั้งค่า
เข้าใจแล้ว