ดาวน์โหลดแอป
4.17% Anna and The Beast / Chapter 14: Pengganggu!

บท 14: Pengganggu!

Apa suaminya normal?

Anna melipat tangan di dada, sesekali memerhatikan mimik Malik yang datar dan tenang. Pria normal tentu tidak akan mengabaikannya, setidak-tidaknya pasti memuji Anna. Tapi, suaminya beda.

Anna mengusap dagu, penampilannya sudah maksimal, tidak ada kecacatan atau pun kekurangan, dia sudah memerhatikan dengan sangat detail. Namun, kenapa Malik tidak bereaksi?

Satu jam berlalu dengan hening. Kini, Anna berdiri di depan pintu masuk sebuah gedung yang sangat megah. Malik membuka lengannya, dan Anna memegang lengan Malik dengan sedikit rasa gugup.

"Tenanglah," kata Malik setelah diam cukup lama.

"Tidak ada yang perlu kau khawatirkan. Aku ada di sini," tambah Malik dengan suara yang mampu menenangkan Anna.

Setruman kecil melesat ke dalam hati gadis itu. Perasaan aneh, tetapi sangat menyenangkan.

Malik melangkah, Anna mengikuti. Rasa takut akan dunia yang tidak pernah dia masuki, seketika terkikis perlahan.

Mereka pun masuk, ruangan yang tampak bersinar-sinar dengan dekorasi megah terpampang jelas di depan mata. Anna kagum melihat semua tatanan di dalam ruang itu, terlebih wisteria putih menggantung di langit-langit sangat menarik perhatian Anna. Tatapannya tak pernah lepas dari bunga itu.

"Apa kau menyukainya?" Malik bertanya, melirik Anna sekilas.

Anna menatap wajah Malik, di bawah bulu mata yang lentik dan hitam, mata itu memancarkan getar yang berhasil menerobos pertahanan Anna. Wisteria itu tak semenarik sosok yang dilihatnya saat ini.

"Iya," jawab Anna kaku, memalingkan wajah karena rasa gugup yang menyergap dadanya.

'Shit! Sadar Anna! Sadar!' Anna ingin menepuk pipinya keras-keras, tetapi hal itu hanya akan merusak make upnya saja.

Belum sadar sepenuhnya dari pesona Malik, kini Anna menghadapi apa yang dia takutkan, yaitu, menjadi pusat perhatian.

Kehadiran seorang Malik dengan seorang wanita cantik, tentu menjadi pemandangan yang luar biasa mengejutkan. Semua tahu siapa Malik, dan bagaimana hubungan Malik dengan seorang wanita, yang hampir tidak ada.

Siapa wanita itu?

Banyak yang penasaran, terlebih gadis di sebelah Malik memancarkan aura yang begitu berbeda— sangat hot dan menggairahkan.

"Terima kasih sudah datang, Pak Malik," ucap sang tuan rumah.

Malik menjabat tangan pria itu sembari tersenyum tipis.

Pemuda itu menatap Anna, "Apa wanita ini—"

"Iya, dia adalah istriku," Malik memotong.

Pernikahannya memang diadakan cepat dan terkesan rahasia, Malik memang sengaja tidak mengundang banyak orang. Namun, pernikahannya sudah diketahui banyak orang, dan mungkin beberapa orang tidak percaya dengan kabar itu.

Pemuda itu menatap Anna cukup lama, memerhatikan lekuk tubuh gadis itu dengan tatapan menilai. Anna menelan salivanya, merasa tak nyaman, tetapi berusaha tetap tenang. Seperti yang ditunjukkan suaminya saat ini, tatapan yang mendarat ke arah Malik— sedikit aneh— mereka seakan-akan tengah melihat sosok monster.

Anna menatap Malik sesekali untuk memastikan, tidak ada yang aneh dari tampilan suaminya. Malik sempurna dengan alis tebal, mata tajam yang seksi, hidung bangir dan terutama bibirnya yang padat sensual. Apa yang salah?

"Ada apa?" Malik bertanya tanpa menatap Anna, tetapi dia tahu kalau Anna memerhatikannya.

'Apa dia punya mata tersembunyi?' rutuk Anna.

"Ti-tidak, tidak ada apa-apa," sahut Anna seraya mengalihkan pandangannya. Tidak ada satu pun yang dia kenal, dan para wanita itu memberinya tatapan iri.

Tak lama kemudian, sebuah rombongan datang. Pria renta dengan rambut keperakan itu berjalan dengan pelan, di belakangnya berdiri bodyguard kekar yang terus mengekori pria renta tersebut. Dan, dari mereka yang bersama dengan pria tua tersebut, Anna melihat sosok Gerald. Gadis itu seketika menoleh, menatap suaminya.

"Jangan ke mana-mana. Aku ada urusan sebentar," kata Malik.

Anna mengangguk, memandangi suaminya yang bergabung dengan rombongan kakek itu. Mereka berjalan masuk semakin dalam, kemudian menghilang setelah memasuki koridor.

Anna membuang napas besar, apa yang akan dia lakukan sekarang? Gadis itu menuju meja yang berisi minuman, gelas-gelas di tata sedemikian rupa. Dan Anna berhenti di meja jus. Alkohol hanya mengingatkannya pada kejadian yang memalukan, karena itu, dia menghindari alkohol.

Anna meneguk orange juice, dia berusaha menikmati acara tersebut, sampai akhirnya mata Anna berserobok dengan seorang pria.

Awalnya Anna pikir, pria itu tak sengaja menatapnya, tetapi sekarang dia tahu, pria itu memang benar-benar menatap dirinya.

"Ck!" Anna berdecak. Dia begitu membenci tatapan pria itu. Bukankah karena tatapan seperti itu, Anna tidak memercayai cinta?

Anna segera menatap koridor yang menelan suaminya, berharap Malik tiba-tiba muncul dari sana. Tetapi, yang dia harapkan tidak terjadi.

"Siapa dia?" Pria berjas navy menunjuk sosok wanita bahenol dengan dagunya.

Tubuh wanita itu sangat menarik perhatian, tetapi bagaimana bisa wanita itu sendirian? Apa pria yang ada di ruangan itu bodoh?

"Jangan mendekatinya," teman pria itu memperingatkan. "Dia bukan wanita yang bisa kau—"

"Halah, jangan menceramaiku!" tandasnya seraya menaruh gelasnya.

Dia menatap liar, bisa dibayangkan bagaimana bentuk tubuh wanita itu jika tidak ada satu pun pakaian yang melekat di tubuhnya. Bagian bawah pria itu bergetar hanya dengan melihatnya saja.

"Hei, sudah kubilang jangan—"

Pria itu menepis tangan temannya, gairahnya lebih penting daripada peringatan tak jelas itu. Apanya yang berbahaya? Dia tidak melihat wanita itu membahayakan. Jika memang berbahaya, ya tentu saja, karena kehadiran wanita itu membangunkan benda yang seharusnya tertidur.

"Selamat malam, Nona," sapa pria itu.

Sapaan klasik yang selalu dia dapatkan dahulu. Anna tidak menggubris, mengabaikan adalah pilihan yang terbaik. Lagi pula, kalangan elite tentu tidak mungkin menyentuhnya atau melakukan kontak fisik secara tiba-tiba, iya kan? Setidaknya, kalangan elite memiliki norma dan moral. Tidak seperti, pria-pria yang dia temui di bar. Itu pikir Anna.

"Boleh aku berkenalan denganmu?" tanya pria itu lagi.

Anna meletakkan gelasnya dengan kasar, "Maaf saya tidak ingin berteman dengan siapa pun."

Penolakan Anna tentu tidak akan membuat si pria menyerah.

"Saya tidak ingin berteman dengan Nona. Saya malah ingin menikahi Nona segera," pria itu melepaskan bualan.

Anna menarik napas, di mana suaminya? Kenapa sangat lama sekali?

"Sepertinya Nona belum mengenal saya," ucap pria itu dengan nada sombong.

"Ya, sepertinya kau juga belum mengenal suami saya," tandas Anna.

Pria itu maju satu langkah, jarak di antara dia dan wanita incarannya sangat dekat. Bahkan dengan jarak itu, dia bisa mencium aroma yang menggairahkan dari tubuh wanita tersebut.

"Ah, saya yakin suami Nona pasti mengenal saya." Pria itu terus mengusik.

Anna tetap memunggungi pria tersebut, namun dalam satu tarikan, pria itu berhasil membuat Anna menghadapnya.

"Ah!" Anna terkejut.

Begini lebih baik, karena dengan begitu, pria itu bisa leluasa menatap buah besar yang menggoda itu.

"Kau, berani-beraninya—"


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C14
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ