Fauzan yang hanya duduk sendirian di teras rumahnya membuat Argan yang baru saja kembali dari kantornya kebingungan. Terlebih lagi raut wajah putranya yang tidak seperti biasa. Kusam, suntuk, sendu, dengan mata panda yang bengkak.
Argan membuka kancing jasnya sambil tatapannya yang tidak lepas terus menatap pria yang menyandarkan kepalanya ke pilar besar itu.
"Anak gue bukan sih ini? Tapi kenapa kucel banget? Perasaan Fauzan pinter jaga tubuh deh," decak Argan berkata pada dirinya sendiri jika ia memang tidak salah lihat.
"Zan! Zan! Sadar, kemasukan lo nanti!" Argan mengguncangkan lengan putranya dengan kencang membuat Fauzan berdecak kesal.
"Apa sih, Pah? Ganggu banget deh," decaknya kesal. Pikirannya sedang kacau dan sulit melakukan segalanya, dia baru menemukan kenyaman di tempat ini, tapi sudah diganggu lagi saja. Oleh ayahnya sendiri lagi.