"Kala, dengerin aku dulu!"
Arkala membuang napas berat, kemudian berbalik menatap Arsena. "Ayo jelasin," pintanya. Dengan nada yang sangat lembut.
"Tadi aku tuh kebelet pengen pipis. Terus pas aku mau ke sungai, aku nggak sengaja ketemu Rangga. Dia nawarin buat nganter. Dan aku juga nggak punya pilihan lain, hutannya gelap. Makanya aku nerima tawaran Rangga. Maafin aku, ya."
"Kenapa nggak minta anter Aileen atau temen-temen kamu? Atau minta bantuan aku. Apa susahnya kamu nyamperin tenda aku, Sena?"
Arsena menunduk dalam. Raut wajahnya nampak sedih. Mungkin ini adalah pertengkaran pertamanya dengan Arkala setelah menjalin hubungan.
"Aku minta maaf. Temen-temen aku nggak bisa dibangunin, aku juga nggak enak harus ganggu kamu. Apalagi ini udah tengah malem. Aku juga niatnya pergi sendirian, kok. Ketemu Rangga, kan nggak sengaja."
Fyuh ... Arkala mengembuskan napas pelan. Ia memejamkan mata, berusaha meredam emosi yang sempat memuncak.