Tania sedang menunggu Pangeran Mahisa di depan Toko Kendi. Situasi Pasar Kutaraja saat itu terlihat sangat ramai. Semua orang memakai kain tradisional Jawa. Beberapa penjual meneriakkan nama produk mereka untuk memberi tahu pembeli apa yang mereka jual di sana. Disaat yang bersamaan, Pangeran Toh Jaya berjalan melewati ratu dan dia mengenali bahwa disana ada ratu yang sedang berdiri sendirian di depan Toko Kendi. Dia berhenti lalu berjalan ke arah ratu untuk menemuinya.
"Yang Mulia, apa yang Anda lakukan di sini?", Pangeran Toh Jaya menyapa Ratu.
"Ah, Toh Jaya, kamu di sini juga. Aku menunggu Mahisa di sini". jawab Tania.
"Hmmmm, sebenarnya ada beberapa makanan enak di sekitar sini, apa kamu mau mencobanya? Aku akan mentraktir yang mulia", kata Pangeran Toh Jaya.
"Benarkah??? Ayo pergi!!" kata Tania
Mendengar kata makanan membuat Tania seolah lupa bahwa ia harus menunggu Pangeran Mahisa disitu. Tania langsung mengikuti Pangeran Toh Jaya untuk pergi ke sebuah restoran.
Ketika Pangeran Mahisa kembali ke toko kendi, ratu telah pergi. Dia berpikir bahwa dia sangat bodoh karena dia meninggalkan ratu sendirian. Kemudian dia mencoba mencari ratu. Dia berkeliling pasar dan bertanya kepada seseorang "Maaf Pak, Apakah Anda melihat seorang wanita dengan rambut panjang dan saya pikir tinggi badannya mirip dengan wanita itu". Tapi tidak ada yang mengatakan bahwa mereka tahu di mana ratu berada.
Pangeran Mahisa tampak lelah. Hingga saat ini ia belum juga dapat menemukan ratu. Dia berhenti di depan toko suvenir. Kemudian dia menyeka keringatnya. Hari ini sangat terik karena di Pulau Jawa hanya ada 2 musim yaitu musim hujan dan musim panas. Dan biasanya ditengah hari akan terasa sangat panas.
Pangeran Mahisa melihat Bagaskara (pengawal raja) berjalan di depannya, lalu dia memanggilnya.
"Bagaskaraaa... berhenti... Bagaskara", teriak Pangeran Mahisa.
Tapi Bagaskara tidak mendengarnya. Dia berjalan sangat cepat. Kemudian Pangeran Mahisa mengejarnya. Karena disana sangat ramai, Pangeran Mahisa sulit untuk memanggil Bagaskara.
"Ba.. Bagaskara.. Mahisa ada di sini, tolong aku", teriak Pangeran Mahisa sekali lagi.
Bagaskara mendengar suara Pangeran Mahisa. Dia berhenti lalu dia melihat ke belakang. Dan ternyata di belakangnya ada Pangeran Mahisa.
"Ada apa Yang Mulia, apakah ada pencopet mengambil dompet Anda?" tanya Bagaskara.
"Tidak..tidak..tidak.. aku kehilangan kakak ipar ku disini, maksudku ratu kita", jawab Pangeran Mahisa.
"Apa?", Bagaskara terkejut
"Tolong bantu aku menemukannya". Perintah pangeran.
"Ya, Yang Mulia".
Sementara itu di restoran, Tania dan Pangeran Toh Jaya sedang makan bebek goreng bersama. Tania terlihat sangat menikmati sajian bebek goreng yang ada di hadapan nya itu.
"Woww,, bebek goreng ini rasanya paling enak diantara semua menu bebek yang pernah aku makan sejak lahir", kata Tania.
"Benarkah? Saya sangat senang jika Anda menyukainya", kata Pangeran Toh Jaya sambil tersenyum.
Tania melihat senyum di wajah Pangeran Toh Jaya dan dia terlihat sangat tampan. Kemudian Tania berbicara dalam hatinya "seharusnya aku menjadi istri nya. Bukan istri untuk Ivan, sebal!"
Setelah itu, Tania baru teringat bahwa seharusnya dia menunggu Pangeran Mahisa. Mungkin saja saat ini Pangeran Mahisa sedang menunggunya di depan toko kendi. Kemudian Tania meminta Pangeran Toh Jaya untuk mengantarnya ke toko kendi.
Sesampainya di toko kendi, ternyata toko kendinya sudah tutup dan suasana di sekitar toko sudah sangat sepi. Tania khawatir Pangeran Mahisa akan mencarinya. Namun beberapa saat kemudian, Bagaskara dan Pangeran Mahisa melihat mereka. Kemudian mereka berdua datang menemui Tania dan Pangeran Toh Jaya.
"Kak, aku mencari mu kemana-mana. Tapi kamu ternyata ada di sini", kata Pangeran Mahisa.
"Maafkan aku adik, ini salahku", kata Pangeran Toh Jaya.
"Kakak ipar, ayo kita kembali ke istana", kata Pangeran Mahisa.
Pangeran Mahisa menggandeng tangan Tania, namun Tania menatap Wajah Pangeran Toh Jaya. Pangeran Toh Jaya tersenyum dan melambaikan tangannya.
"Hati-hati, Yang Mulia", kata Pangeran Toh Jaya.
Tapi Pangeran Mahisa berkata: "Hati-hati.. hati-hati.. preeeett..". Pangeran Mahisa masih marah pada saudara tirinya itu.
Setelah mereka tiba di istana. Tania pergi ke kamarnya, dan Pangeran Mahisa pergi ke kamar Raja bersama Bagaskara. Kemudian Pangeran Mahisa menceritakan tentang apa yang telah terjadi hari ini. Dia mengatakan bahwa Pangeran Toh Jaya membawa ratu pergi ketika ratu sedang menunggu Pangeran Mahisa.
"Kakak, kamu harus lebih tegas padanya, Ratu adalah istrimu", kata Pangeran Mahisa.
"Aku tahu, tapi karena desas-desus tentang aku yang bukan merupakan putra ayah kita, mungkin membuat Toh Jaya berpikir bahwa aku mencuri semuanya, dan dia jadi seperti membenciku", kata raja.
"Aku tahu tapi aku yakin rumor itu salah, kamu harus menjelaskannya".
"Aku pikir itu hanya membuang-buang waktu Mahisa".
Kemudian Bagaskara juga menasihati Raja Anusapati.
"Saya pikir Yang Mulia harus mengambil hati Yang Mulia ratu terlebih dahulu karena ratu tinggal di luar istana, saya yakin dia mendengar desas-desus itu", kata Bagaskara.
"Aku mengerti, Terima kasih atas saranmu".
Raja Anusapati pergi ke kamar Ratu. Tetapi Tania sedang tidur. Raja menatap wajah Tania, lalu berkata: "Jika tidak ada yang percaya padaku, aku harap kamu akan percaya padaku karena kamu adalah ratuku". Tetapi Tania mengigau: "Nasi Bebek Madura,, oh Tuhan itu terlalu enak". Raja tertawa kecil.
Di pagi hari, Tania sangat terkejut ketika dia terbangun dalam pelukan Raja.
"AAAAAAAAAAAA,,, pergi !!!"
"Ah ratuku, kamu bangun lebih awal", kata raja.
"Ivan kenapa kamu tidur disini, ini kamarku", kata Tania.
"Kamu adalah istriku, dan aku adalah suamimu, mengapa aku tidak bisa tidur denganmu?".
Kemudian Tania berkata bahwa Raja bisa tidur setiap malam dengannya jika Raja bisa memenangkan pertandingan panahan melawannya. Raja setuju dengan Tania. Kemudian raja memerintahkan Bagaskara untuk mengumumkan kepada orang-orang di Kutaraja, bahwa akan ada pertandingan panahan antara raja dan ratu di alun-alun Kutaraja. Semua orang diizinkan untuk hadir untuk menonton kompetisi.
Pengumuman telah dipasang di sekitar Kutaraja. Pada hari pertandingan antara ratu dan raja telah dimulai, orang-orang berbondong-bondong ke alun-alun Kutaraja. Pangeran Toh Jaya bingung, lalu dia bertanya kepada seseorang mengapa semua orang pergi ke Alun-Alun Kutaraja. Seseorang memberinya informasi. Setelah itu, ia mengikuti orang-orang untuk pergi ke Lapangan Kutaraja.
Di alun-alun Kutaraja, banyak spanduk yang dipasang menandakan ada persaingan besar. Bunyi gong yang dibunyikan oleh pejabat keraton, pertanda bahwa pertandingan telah dimulai. Tania dan Raja Anusapati masing-masing bersiap untuk menembakkan anak panahnya. Semua orang di sana bersorak mendukung raja dan ratu.
"Apakah kamu siap untuk tidur setiap malam denganku ratuku?" kata Raja Anusapati.
"Hei, Anusapati, jangan sombong, aku pandai memanah". kata Tania.
"Oke, mari kita mulai pertandingan ini".
"Oke, go..go..go"