PLAK!
Tiba-tiba, terdengar suara nyaring yang mengejutkan. Suasana yang memang sudah tegang dan kaku kini semakin membeku setelah tamparan itu. Seketika, semua orang merasa terkejut.
Tangan Mia terasa agak kebas. "Kau boleh saja menuduh apapun padaku, Andini…." Suaranya melemah. "Tapi tidak dengan tindak plagiarisme."
Andini, yang baru saja ditampar, kini matanya memerah. "Kau masih punya muka untuk hidup, tapi kau tidak mau orang lain mengatakan kenyataan itu padamu?"
"Aku tidak melakukannya. Aku bersikap adil dan jujur," kata Mia dengan tak acuh. Tamparan itu menjadi penghancur bagi harapan terakhir Andini. "Kau benar-benar mengecewakanku, Andini."
Usai mengatakannya, Mia mengerutkan bibirnya dengan dingin dan berbalik, kemudian masuk ke dalam lift.
"Kak Mia!" Marsha menjadi yang pertama berseru dan berusaha mengejarnya, namun ditahan oleh Layla.
"Biar dia memenangkan diri," kata Layla.