ดาวน์โหลดแอป
7.38% Istri Termahal Tuan CEO / Chapter 31: Kehangatan Petra

บท 31: Kehangatan Petra

Petra bergegas memeluk Mia di dalam dekapannya dan menatapnya dengan kaget. "Mia…. Mia? Mia?"

"A—aku baik-baik saja…." Suara Mia sedikit lesu, matanya yang setengah terbuka menatap wajah setampan ilusi itu, cara bicaranya berantakan. "Aku hanya agak pusing…. Kurasa aku sudah terlalu lama berjongkok."

Petra mengernyit, melihat tubuh Mia lemas, dan menatapnya. Di saat yang sama, dia tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya memeluknya dan masuk ke mobil dengan wajah dingin….

Hari itu, cahaya di gang sangat lembut, dan Mia sudah cukup sadar kembali setelah linglungnya tadi akibat peredaran darah yang tidak lancar. Dia melihat dagu Petra, seolah-olah sedang menahan perasaan buruk rapat-rapat di dalam hatinya.

Tidak peduli seberapapun tegas atau kejamnya Petra di mata orang lain, setidaknya… saat ini, Petra muncul di dunianya yang rapuh sebagai seorang suami.

Agak memalukan, tapi itu membuat jantungnya berdegup kencang….

Mia tersenyum, hanya berupa sedikit lengkungan di sudut bibirnya. Ada rasa hangat di dunia ini yang tidak ada hubungannya dengan cinta. Perasaan itu namanya terbiasa!

Dia dan Petra tidak saling mencintai, tapi mereka sudah terbiasa dengan satu sama lain. Mungkin, ini juga sejenis rasa hangat.

Setidaknya, Mia merasa bahwa dia bisa melupakan rasa sakitnya untuk sementara dan hanya bersembunyi di pelukan Petra.

Dan dia melakukannya. Tangan kecilnya yang cerah memegangi kemeja Petra dengan erat, tidak peduli apakah kemeja itu kusut atau tidak. Mia terus bersandar di dadanya, mendengarkan detak jantungnya yang kuat.

Petra menatap wanita kecil di pelukannya, wajahnya masih merekah cerah, tapi ada senyum yang jelas di matanya…. Namun dia bahkan tidak menyadari senyum itu.

Setelah menurunkan Mia di kursi penumpang, Petra berbalik dan pergi ke kursi pengemudi.

Dia masuk ke dalam mobil, mengenakan sabuk pengaman, lalu menyalakan mobil dan pergi. Sejak awal dia tiba di sana sampai akhirnya membawa Mia, dia tidak bertanya kenapa Mia menangis.

Setiap orang memiliki ruang di hatinya yang berada di luar jangkauan siapa pun. Petra tidak bertanya. Itu adalah bentuk rasa hormat kepada satu sama lain.

"Kamu mau kembali ke kantor?" Petra bertanya ketika mereka melaju di dekat Jalan Tol Dalam Kota. Dia melihat ke ke sebelahnya, ke arah Mia. Wanita itu agak membungkuk.

"Aku mau pulang," kata Mia dengan pelan.

Petra menjawab dan berbelok menuju Taman Dewata. "Nanti aku pergi ke kantor lagi."

Mia memiringkan kepalanya untuk melihat Petra, "Mau kutunggu kamu pulang untuk makan malam hari ini?"

"Ya," jawab Petra.

Petra memperhatikan Mia keluar dari mobil dan memasuki rumah sebelum berbalik dan pergi.

Setelah memasuki rumah, Mia pertama kali menelepon Andini. Ketika mendengar suara Andini yang cemas dan khawatir, Mia hanya mengatakan bahwa dia baik-baik saja…. Dia pun menitipkan pada Andini untuk memintakan cuti untuknya, dan bahwa dia tidak akan kembali ke kantor sore itu. Selain itu, dia mengingatkan Andini untuk tidak menyebutkan soal hal-hal yang terjadi di pihak Pak Wira.

"Mia, aku… tadi berkata…." Andini terdengar seperti seorang anak yang melakukan kesalahan. "Pak Tahir meneleponmu saat itu dan tidak ada yang menjawab, jadi beliau meneleponku, lalu…."

Mia merasa sakit kepala. "Lupakan, katakan saja." Itu sama sekali bukan masalah besar. Jika Wira terjebak dalam masalah ini, semua pasti akan tahu, cepat atau lambat.

Setelah menutup telepon, Mia pergi ke lemari es dan mengambil es batu dan mulai mengusapkannya di matanya. Dia sudah menangis begitu lama. Jika dia tidak merawat diri dengan baik, dia mungkin akan terlihat jelek besok.

Dan benar saja, terdengar suara denting dari ponselnya, semuanya menandakan pesan masuk. Mia mengambil ponsel untuk melihatnya setelah beberapa saat. Pada dasarnya, semua pesan berupa "kecemasan" dari departemen desain.

Pesan-pesan tersebut di antaranya:

Fira: "Kak Mia, Kak Mia, bagaimana? Pak Wira mempermalukanmu, ya?"

Daran: "Mia, tidak apa-apa, kami semua mendukungmu!"

Layla: "Toh tidak ada yang tidak bisa dilakukan. Mia yang kutahu adalah wanita terkuat."

Ada yang marah, tenang, dan sedih. Singkatnya, semua orang saling merangkul satu sama lain. Mia merasa seperti dia baru saja dicampakkan oleh seorang pria.

Setelah Mia mengirim pesan yang mengatakan bahwa dia "tidak apa-apa", dia mematikan ponselnya lalu mengganti es batunya dan terus mengusapkannya di matanya.

Sembari berbaring di sofa, pikirannya dipenuhi kebingungan. Entah kenapa, Mia selalu merasa bingung. Perasaan itu sebenarnya mungkin saja karena terlalu banyak menangis, seolah-olah kehidupannya setelah itu akan sangat bergejolak.

Wira mengganggu ketenangan air danau pikirannya saat mereka masih bersekolah. Sekarang, Mia bahkan semakin merasa terganggu….

Tapi Mia bukanlah orang yang suka menunda-nunda. Tidak peduli apapun alasannya, setelah putus dengan Wira, dia tidak ingin terlibat dengannya dan akhirnya malah menyakiti orang lain dan dirinya sendiri.

Wira berdiri di depan jendela, memandang ke pohon ara di depan gedung kantornya dengan sebatang rokok di tangannya. Asap yang meliuk-liuk mengaburkan sosoknya, menutupi seluruh tubuhnya dengan asap yang merusak.

Aryo mengambil kantong es dan memberikannya pada Wira.

Wira menghela napas dan mengambilnya, lalu berbalik ke sofa. Dia mengangkat kantong es itu dan meletakkannya di sisi kiri wajahnya. Sore itu, dia akan pergi ke Universitas Atmajaya, dan profesornya akan membawanya untuk diperkenalkan kepada mahasiswa yang akan dibimbingnya selama sekitar sebulan. Wajahnya yang seperti itu tidak boleh ditunjukkan.

"Tamparan Mia benar-benar kejam…." Kata-kata Aryo terdengar seperti gurauan. Pandangannya tertuju pada kulit bibir Wira yang tergores, dan dia menghela napas pelan. "Wir, relakan saja."

Wira tetap diam, hanya mematikan rokoknya di dalam asbak.

"Kamu selalu rasional kalau soal masalah emosi, tetapi sejak kamu bertemu Mia, sikapmu seperti setan…." Aryo sedikit kesal. "Seorang perempuan, Wir, di mana kamu tidak bisa mendapatkan seorang perempuan?"

Dengan latar belakang, kemampuan, bakat, ketampanannya.... Berapa banyak wanita yang mau mengejar-ngejar pria seperti itu? Kenapa Wira tidak mau melepaskan Mia?

"Yo, aku mencintainya…. Aku sudah menghabiskan semua antusiasku yang dulu aku gunakan," kata Wira. Meski begitu, seluruh tubuhnya menampakkan bahwa dia terluka. Tidak ada tempat baginya untuk menyembunyikan rasa sakitnya itu. Perasaan itu menyengat dirinya sendiri dan terus menyakitinya. Hal itu menyakitkan bagi Aryo.

"Apa gunanya sikapmu yang lebih ganas ini?" Aryo bertanya dengan sedikit kesal. "Memangnya kau bisa apa dengan orang yang terus bersikap dingin?"

Ya, memangnya apa yang bisa dilakukan Wira? Siapa yang membuatnya jatuh cinta lebih dulu, dan kemudian tidak bisa melepaskannya?

Wira tertawa, dengan tawa yang mencela diri sendiri. Luka batin yang tersirat di wajah tampannya perlahan menembus ke dalam darahnya….

"Kadang-kadang aku bertanya-tanya, apakah memang sudah sejak awal dia merasa tidak enak padaku…." Wira menertawakan dirinya sendiri. "Aku bahkan ingin menguntitnya untuk melihat hidupnya sekarang. Tetapi pada akhirnya, kalau memang dia tidak hidup dengan sulit, aku takut. Takut bahwa benar-benar ada orang di sekitarku yang telah menggantikanku…. Kamu tidak mengerti perasaan itu, Yo."

Keraguan yang membuatnya tak berdaya itu…. Sejak kapan Wira bisa mengalami perasaan seperti itu dalam hidupnya? Namun, setelah pengalamannya dengan Mia, rasa seperti itu masih sejenis dengan sakit hati.

"Kamu gila…." Aryo tidak menyelesaikan kalimatnya dan terdiam lama..

Mereka pengacara; bukannya hal seperti itu bisa ditindak? Kalau begitu, sama saja mereka mengetahui hukumnya, tapi justru melanggar hukum dan melanggar hak privasi!

Wira meletakkan kantong esnya. "Ya, aku memang gila…. Aku gila karena jatuh cinta pada orang yang tidak berperasaan!"


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C31
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ