ดาวน์โหลดแอป
4.02% The Envoy of Darkness For The New Beginning / Chapter 16: Kekuatan Yang Luar Biasa

บท 16: Kekuatan Yang Luar Biasa

"Baiklah, akan aku masukan ya!" Pria gendut berbicara, dengan wajah kegirangan.

Sedangkan perempuan itu, melotot dia terus mengeluarkan suaranya, dari balik kain yang menyumpal mulutnya.

Sudah, tidak ada pilihan lain lagi. Dia harus rela, keperawanannya direnggut oleh, pria yang mirip dengan babi itu.

"Uh… apakah ini, akhir dari kebebasanku, menjadi seorang perempuan? Ayah, ibu…." Dia mengingat, wajah kedua orang tuanya yang memberikan senyuman manis, air mata menetes dari kelopak mata sebelah kiri, jatuh ke atas kasur yang menjadi saksi dari kesedihan yang sedang dia alami.

Brack!!!

Tiba-tiba, dari arah belakang pintu terdengar, menghantam dinding dengan sangat keras, benturan terdengar oleh mereka berdua. Mata langsung tertuju ke arah pintu, mereka penasaran apa yang sebenarnya menghantam pintu tersebut.

Seorang pria masuk, dengan wajah yang tertutupi jubah.

"Siapa kau?" tanya spontan dari pria gendut.

Dia membuka, hoodie lalu berkata, "Aku adalah, malaikat maut yang akan mencabut nyawa orang bejat seperti dirimu!" Nada berat, dengan mata melotot ditunjukkan.

Langsung perasaan merinding, menyebar di seluruh tubuh mereka berdua.

"Di-Di mana, para penjaga kenapa mereka tidak menangkap penyusup seperti dirimu?" Menjadi panik pria gendut, dia merasa sangat ketakutan ketikan menyaksikan aura hitam aneh yang menyebar di sekeliling pria asing yang masuk ke dalam ruangan.

"Mereka sudah, aku kirim ke neraka. Sekarang, kau harus yang harus menyusul mereka! Tenang saja!"

Pedang Arzlan berkilau, hingga menyebarkan rasa ketakutan yang besar dari dalam tubuh pria gendut.

"Aku, akan memotong lehermu, dengan sangat sadis. Kau tidak perlu khawatir, pasti para malaikat yang ada di neraka bisa mengembalikan tubuh dan kepalamu menjadi satu."

Ucapan Arzlan sudah, mengakibatkan efek intimidasi yang sangat besar. Pria gendut berusaha untuk melakukan perlawanan. Dia turun dari ranjang, dan berlari ke arah dua tombak yang menjadi hiasan kamar.

"Aku tidak, akan mati di tangan orang bajingan seperti dirimu!" Dia menggerutu, lalu memutar tubuhnya.

Crash!!!

Akan tetapi, pedang Arzlan sudah menebas kepalanya. Darah, terciprat ke dinding, dengan derasnya.

"Uh…." Wanita elf itu, terdiam menyaksikan apa yang terjadi. "Apakah, aku ini sudah selamat?" Dengan pakaian yang masih terbalut hanya, kain tipis matanya melotot kaget, ketika itu ia melihat penampakan Arzlan seperti malaikat, kematian yang memang dikirim untuk bertemu dengan dirinya.

Arzlan mulai menoleh ke arah wanita itu, lalu dia berjalan ke arahnya. Wanita tersebut, merasa kebingungan kenapa Arzlan menatap dirinya, dengan hawa membunuh yang menyebar di sekelilingnya.

"T-Tunggu! Apakah dia akan menghabisi diriku juga? Apakah aku ini berdosa, karena tubuhku sudah dilihat oleh laki-laki." Dia menutup matanya.

Things!!!

Lalu, suara benturan besi terdengar. Ternyata, pedang bukan hendak menebas tubuhnya melainkan menghancurkan borgol sihir, yang membelenggu kaki dan tangannya. Akibat borgol tersebut, wanita itu tidak bisa bergerak bebas.

Setelah, dua borgol tersebut hancur segera wanita elf membuka kain yang menyumpal mulutnya.

"Huh…." Dia melepas napas, lega dengan selimut yang langsung digunakan untuk menutupi tubuhnya.

Arzlan tidak, banyak berkata. Pria itu segera melangkah ke arah pintu.

"Tunggu!" Wanita itu, mencoba untuk berbicara kepada Arzlan.

Arzlan mendadak berhenti, dan menolehkan kepalanya.

"Siapa sebenarnya, dirimu?"

"Aku adalah, makhluk yang akan menghancurkan negeri busuk ini!" Arzlan kembali melangkah.

Ucapan singkat itu begitu bermakna, hingga wanita itu menjadi terdiam. Wanita tersebut, mencoba untuk menyusul Arzlan.

Dengan selimut yang menutupi, tubuhnya ia berjalan keluar. Di depan kamar, matanya harus melihat pemandangan yang begitu sadis, karena para prajurit yang berjaga sudah tergeletak dengan darah, yang mengucur deras.

"Apakah ini, semua dia yang melakukannya?" tanya wanita elf dari dalam hatinya.

Punggung Arzlan semakin menjauh, tidak ada waktu lagi wanita itu segera melucuti pakaian prajurit yang mungkin, bisa digunakan olehnya.

Setelah selesai dia mengejar Arzlan.

"Tunggu!"

Arzlan, berhenti lalu menoleh ke arah belakang. "Apa yang kau inginkan?"

Wanita itu, terengah-engah kemudian berkata, "Aku akan membantumu, kau pasti ingin menyelamatkan tahanan bukan?" Senyuman yang terbentuk di wajah gadis itu, melambangkan semangat yang baru saja didapatkan olehnya.

"Terserah kau! Tapi ingat, aku tidak akan menyelamatkan dirimu lagi, ketika bahaya akan datang!"

"Baik!"

Mereka, lalu mulai berjalan. Tujuan adalah satu pintu, yang terhubung ke arah ruang bawah tanah. Tempat yang cukup, klasik untuk menyembunyikan para budak atau tahanan.

"Siapa kalian?"

Dua penjaga, sedang dikejutkan oleh orang asing yang tiba-tiba muncul. Satu di antara mereka, membentak orang tersebut, namun tidak dihiraukan oleh mereka.

"Berhenti, atau kau akan kami sakiti?" bentak sekali lagi penjaga.

"Sepertinya, mereka ini adalah penyusup." Rekannya, menyadarkan pria tersebut.

Pernyataan itu didukung dengan, pedang Arzlan yang masih terlihat berlumuran darah. Arzlan langsung berlari ke arah mereka.

"Uh…." Wanita elf hanya, bisa terdiam. Di depan matanya, Arzlan membunuh kedua penjaga dengan waktu yang sangat singkat.

Arzlan lalu mendobrak pintu, dengan terjangan kakinya. Cara yang paling ramah, bagi dirinya untuk membuka pintu tersebut.

Anak tangga, yang diselimuti kegelapan ruangan, sedikit memberikan efek takut jika orang yang melihatnya adalah seorang penakut. Arzlan, melihat kegelapan adalah teman yang paling setia.

Arzlan langsung menuruni tangga, bunyi langkah kakinya begitu nyaring. Tanpa penerangan dia bisa, melihat seluruh struktur ruangan, ini semua berkat skill yang telah dia dapatkan.

Matanya, seperti seekor hewan malam yang bisa melihat seluruh makhluk dari kegelapan.

"Sebenarnya, dia ini apa? Kenapa, dia bisa melihat ruangan yang begitu gelap?" Wanita elf itu, hanya bisa mengikuti langkah kaki Arzlan, sama sekali dirinya tidak tahu ke mana mereka akan melangkah.

Setelah, beberapa saat menuruni anak tangga, mereka melihat cahaya merah yang berasal dari obor di dalam ruangan. Semakin mendekat, ke arah cahaya tersebut suara aneh terdengar di telinga.

Ternyata, jika didekati ada satu pintu besar, yang merupakan sumber suara aneh tersebut. Dari, apa yang terdengar mereka berdua sudah paham, apa yang sebenarnya terjadi dari balik pintu itu.

Arzlan meruncingkan alisnya, lalu dia menendang pintu itu, lebih keras daripada pintu sebelumnya. Tepat di depan mata mereka, sebuah pemandangan yang sangat keji terjadi.

Para wanita elf sedang diperkosa, oleh para prajurit. Mereka dijadikan mainan, beberapa sedang dicambuk, ada juga yang sedang dinikmati, dan beberapa dari mereka digantung di dinding. Penampakan yang benar-benar, menyakitkan mata.

Aktivitas di dalam ruangan, menjadi berhenti ketika dua orang yang tidak diundang masuk. Mereka melotot heran, kenapa ada pria aneh, dengan wanita berpakaian prajurit bisa masuk ke dalam ruangan.

"Akan aku bantai, kalian semua!" geram Arzlan.

Arzlan lalu, mulai mengeluarkan aura hitam. Aura tersebut, menyebar dan membentuk seekor monster bermata merah. "Dark Eater! Makan mereka semua hingga, tulang dan daging mereka tidak tersisa lagi!"

"Groaaagh!"

__To Be Continued___


บท 17: Dia Utusan Dari Kegelapan : Sang Malaikat maut

Tepat di depan mata, semua wanita. Para prajurit bajingan itu, dimakan oleh energi kegelapan milik Arzlan.

Suara renyah, daging yang dimakan dengan cipratan darah, terdengar di telinga mereka. Pemandangan mengerikan itu, tidak sanggup untuk dilihat oleh mata. Mereka, merinding setiap kali darah terus bercucuran ke arah dinding.

Beberapa prajurit berusaha untuk kabur, namun semuanya percuma, gerakan dari Chaos Eater sangat cepat.

"Huh… apakah ini, adalah perbuatan manusia?" tanya dalam hati perempuan elf yang berdiri tepat di samping Arzlan. Sama sekali, dirinya tidak melihat Arzlan sebagai seorang manusia yang sewajarnya, bahkan tingkah dan tindakan itu mengingatkan dirinya akan, para iblis yang dulu juga terkenal akan kekejamannya.

Arzlan merasa, sangat puas melihat para prajurit menunjukkan wajah histeris dan mereka begitu menderita akibat serangan yang dia gunakan.

Matanya, memancarkan hawa membunuh yang menyebar ke seluruh ruangan. Para elf merasa ketakutan, karena meski mereka sedang diselamatkan namun setelah melihat kekuatan Arzlan mereka, jadi ragu apakah memang benar kalau Arzlan adalah penyelamat hidup mereka.

Setelah, semuanya selesai. Arzlan mulai kembali memasang wajah dingin, tanpa semangat apapun, sangat jauh berbeda dari sebelumnya.

Tidak, ada yang Arzlan ucapkan. Dia segera beranjak pergi dari dalam ruangan, baginya tugas untuk menyelamatkan para gadis elf itu sudah selesai, dirinya kini hanya perlu pergi dari ruangan tersebut.

"Tunggu!"

Perempuan elf yang tadi, berada di sampingnya menghentikan Arzlan.

Arzlan menoleh lalu berkata, "Ada apa?"

"Apakah, kau ingin pergi begitu saja? Tanpa, membawa mereka pergi dari kota ini?"

"Huh…?" Arzlan memutar tubuhnya, matanya melirik ke setiap wajah elf. Tampak ketakutan, mereka saat menatap Arzlan, tapi Arzlan sudah memakluminya. Tatapan itu diberikan, akibat rasa takut mereka setelah menyaksikan kekuatan dari kemampuan Arzlan.

Arzlan mengambil napas panjang, lalu dia buang secara perlahan. "Baiklah, kalian akan aku selamatkan hingga keluar dari kota ini! Akan tetapi, kalian harus ingat bahwa aku ini bukanlah, pahlawan untuk diri kalian, karena aku adalah makhluk yang diutus kegelapan, untuk menghakimi mereka yang sudah mengotori kesucian dunia ini!" Nada bicaranya terdengar, begitu horor ketika di akhir kalimat.

Sengaja dia berkata seperti itu, karena memang tidak ada niat di hati Arzlan untuk menjadi seorang pria yang ingin dipuji atau disanjung oleh orang lain. Dia memang ingin menciptakan dunia tanpa penindasan, tapi bukan berarti kalau dirinya yang akan menjadi pemimpin dunia itu. Dia hanya akan menjadi malaikat maut, bagi mereka yang sudah berniat untuk menghancurkan kebebasan dari makhluk lain.

***

Arzlan menggunakan, kereta kuda yang digunakan untuk membawa para wanita elf. Para penduduk sama sekali tidak merasa curiga, terhadap kereta tersebut, memang para penduduk tidak berani untuk ikut campur dalam urusan, para bangsawan.

Bangsawan biasanya, akan bertindak seenaknya tidak peduli anak kecil, orang tua, atau wanita. Mereka tetap akan menyiksa bahkan membunuh, siapa saja yang berani ikut campur dalam urusan para bangsawan.

Para penduduk, lebih suka memalingkan pandangan, ketika ada bangsawan lewat, daripada menatap mereka dengan wajah penuh harapan, namun jika mereka ketahuan mengabaikan bangsawan yang seharusnya mereka hormati, akan ada hukuman yang menanti mereka.

Tanpa halangan, Arzlan berhasil melewati kota.

"Hmm…." Zuru kebetulan, melihat kereta tersebut, dan dirinya menjadi heran kenapa kereta itu tiba-tiba melintas di hari sudah hampir menjelang malam.

Perjalan terus berlanjut, hingga Arzlan masuk ke dalam hutan. Dia sudah mendengar, kalau para gadis itu berasal dari desa selatan.

Sekitar lima jam, dari kota mereka sampai di lokasi desa. Tidak sama sekali, tempat itu mencerminkan sebuah desa, di dalam hutan yang sunyi dengan malam yang gelap, serta keadaan desa yang sudah hancur membuat suasana menjadi sangat horor mencengkam. Kaki dan tangan rasanya, bergetar ketakutan jika terus berada di tempat itu, akan tetapi tidak dengan Arzlan, dia sangat nyaman berada di dalam kegelapan.

Kegelapan seolah, menjadi sahabat baginya. Arzlan melirik ke arah sekitar, dia menjadi sangat kesal. Tanpa ada yang memberitahu, dirinya sudah paham apa yang terjadi dengan desa itu. "Cih… ini pasti perbuatan mereka!" Ingin sekali, Arzlan memukul wajahnya sendiri akibat tidak datang untuk menghentikan, kejadian buruk yang menimpa desa tersebut.

Desa itu, bukan berarti sudah ditinggalkan, karena tidak beberapa lama para elf mulai berdatangan dan mereka membawa senjata. Mereka menganggap kalau kereta yang datang, adalah pasukan kerajaan lagi yang ingin melakukan serangan kembali.

"Siapa kau?" tanya salah satu pemuda elf, yang melotot dengan marah ke arah Arzlan.

Arzlan menatap pemuda itu, dengan sangat tajam. Hingga, pemuda tersebut merasa ketakutan, aura intimidasi telah merasuk ke dalam hatinya, sehingga dia tidak sanggup untuk terus melotot ke arah Arzlan.

"Sudah, dia pasti prajurit yang ingin menculik dan merampas lagi!" Pemuda itu mulai, memberikan perintah kepada orang-orang yang ada di sana, untuk melakukan penyerangan.

Arzlan paham, kalau mereka menyerang hanya akan ada kematian. Tepat di dalam matanya, level pemuda itu adalah 18 dan para elf lainnya, hanya level 9-12.

Ukuran kekuatan, mereka berdasarkan level saja sudah sangat jauh, apalagi dari energi yang terpancar dari tubuh mereka, sangatlah kecil.

Arzlan mulai berpikir, untuk menenangkan amukan itu dengan cara kekerasan.

"Tunggu dulu!"

Namun, ketika para elf hendak maju. Seorang perempuan, membuka suara lantang hingga, mengheningkan suasana.

Perempuan yang Arzlan selamat itu, keluar dari dalam pedati dan mencoba untuk berbicara kepada para elf.

"Dia bukalah, berasal dari pihak kerajaan!" jelasnya dengan nada tegas.

"Apa yang bisa, kami percaya dari ucapanmu? Dia itu manusia! Manusia itu semuanya, sama saja. Rakus, perampas, pemerkosa, dan penghancur. Tidak ada lagi, bagi kami untuk mendengar penjelasan kalau manusia seperti dirinya, bukan dari bagian pasukan kerajaan itu."

Dendam sudah, merasuk dalam hati, Kesengsaraan memberikan, kebencian yang sangat besar kepada seluruh ras manusia.

"Apakah kalian, yakin ingin menyerang diriku!" Arzlan mengeluarkan aura intimidasi yang sangat besar, di gelapnya malam matanya bersinar terang.

Para elf yang tadi bersikap berani, kini menjadi ketakutan. Takut kaki mereka untuk dilangkahkan mendekati Arzlan.

"Sudah, aku bilang seharusnya kalian tenang dan dengar penjelasanku terlebih dahulu!" Perempuan itu, tidak mengerti kenapa para elf yang sama dengan dirinya, menjadi begitu emosional.

"Ji-Jika dia bukan, dari pihak kerajaan, lantas siapa dirinya?" Pemuda itu, kehilangan keberanian untuk berbicara lantang, suaranya mengempis layaknya balon.

"Aku adalah, malaikat maut yang di utus kegelapan, untuk mengubah dunia ini!" Sangat tegas, Arzlan mengucapkan kalimat itu, angin dingin menyertai ucapannya sehingga efek intimidasi sangat besar terasa.

Bulu kuduk, setiap orang menjadi merinding. Mereka, semakin ketakutan untuk bertindak yang tidak-tidak.

Para elf, memiliki kekuatan untuk merasakan energi seseorang, ketika merasakan energi Arzlan mereka langsung paham kalau Arzlan bukanlah orang biasa.

__To Be Continued__


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C16
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank 200+ การจัดอันดับพลัง
    Stone 0 หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ

    tip ความคิดเห็นย่อย

    คุณลักษณะความคิดเห็นย่อหน้าอยู่ในขณะนี้บนเว็บ! เลื่อนเมาส์ไปที่ย่อหน้าใดก็ได้แล้วคลิกไอคอนเพื่อเพิ่มความคิดเห็นของคุณ

    นอกจากนี้คุณสามารถปิด / เปิดได้ตลอดเวลาในการตั้งค่า

    เข้าใจแล้ว