19
…
Gue refleks mendengkus. Setelah berbulan-bulan
menjadi pengangguran, akhirnya temen gue yang
satu itu sudah resmi mendapat pekerjaan, meski
bekerja di perusahaan keluarga.
Tepat dua bulan yang lalu, Bram datang ke rumah
dan mengatakan bahwa sekarang dia tidak bisa
sebebas dulu untuk menemui gue. Dan respons
gue? Ya bodo amat.
Ra? Kok cuma dibaca doang dah. Gue ke rumah
lo habis kerja ya, atau nggak malemnya, oke?
"Rumah lo?" Gue tertawa sendiri membacanya.
Rasanya menggelikan, karena nyatanya gue cuma
numpang di sana. Ah sial! Gue beneran pengin
pergi dari rumah itu.
"Apa gue harus nyari suami tajir aja gitu ya? Biar
gue nggak nyusahin papa lagi?" gumam gue,
sambil melajukan mobil meninggalkan rumah.
"Eh, tapi gue nggak mau nikah dulu dah." Gue
bergidik dengan pemikiran konyol gue, meski ada
benernya juga sih.
Karena setelah gue punya suami, jelas gue nggak
bakal tinggal di rumah papa dan keluarganya, kan?
Oh, apa kini misi hidup gue adalah mencari suami