Kamu seperti bintang dalam setiap malamku. Selalu menerangi semua gelapku. Memberi kebahagiaan dalam hidupku. Memberi cahaya dalam setiap langkahku. Hanya satu yang aku tahu. Kamu lah yang selalu ada dalam mimpiku.
Ardhan mengajakku sarapan bersama di sebuah warung bubur ayam di pinggir jalan. Ardhan sekarang memang selalu memperhatikan setiap makananku. Ya, karena dari dulu Ardhan selalu tahu bahwa aku selalu suka makanan pedas. Dan itu memperburuk keadaan lambungku. Jadi, sebisa mungkin Ardhan selalu menjaga makananku. Manis sekali bukan sikapnya padaku.
Bubur Ayam sederhana di pinggir jalan ini terlihat biasa saja. Tapi bagiku terasa sangat istimewa karena sarapan buburnya ditemani Ardhan. Kekasihku yang semakin lama semakin manis di mataku. Aku tersenyum geli sambil menikmati sarapanku.
" Kenapa gitu? Kok senyam senyum?" tanya Ardhan curiga. Aku melirik kearahnya berpura-pura kesal.
" Senyum gak boleh. Manyun di bilang jelek. Terus aku harus gimana, Chagi," kesalku.