Mentari terisak sambil memegangi selimut. Dirinya belum tidur sama sekali dari tadi malam. Jam sudah menunjukkan pukul empat dini hari. Badannya terasa remuk redam. Tulang-tulangnya ia rasa patah karena kejadian itu. Kejadian dimana Langit menyentuhnya dengan sangat kasar.
Noda darah terpampang jelas di seprai putih itu. Mentari terisak begini bukan karena dirinya sedih karena keperawanannya hilang. Bukan! Bukan karena itu. Langit memang sudah berhak atas dirinya ini. Hanya saja cara pria itu yang membuat Mentari bersedih. Ia merasa tidak dianggap sebagai manusia oleh Langit. Melainkan alat pemuas nafsu belaka. Entahlah, kenapa malang sekali nasib hidupnya ini.
Mentari berusaha untuk bangkit. Ia ingin membersihkan diri. Tak peduli rasa sakit yang begitu menyiksa, Mentari berusaha untuk bangkit. Tujuannya kali ini adalah kamar mandi. Namun, sebelum itu, matanya melirik ke arah Langit yang begitu damai sekali tidurnya.