Mendengar hal itu, Winda merasa ragu sejenak.
"Tetapi, identitasnya misterius. Kudengar dia tidak terlalu peduli dengan hal semacam ini dan tidak ada yang tahu di mana dia berada. Bisakah dia membantu kita?"
Tabib Zainal tersenyum misterius. "Apa kau tahu hadiah apa yang diberikan Melia dari keluarga Sunyoto di hari ulang tahun Bu Jamilah beberapa waktu yang lalu?"
"Pil Penenang Saraf Resep Keluarga Mahmud…" Winda ragu-ragu. Namun, pada titik ini, dia tiba-tiba mengerti. "Artinya, dia ada di Bandung?"
Tabib Zainal mengangguk. "Selain itu, Tabib Solihin telah berada di tempat tidur begitu lama, tapi penyakitnya juga sudah membaik. Seseorang pasti telah membantunya merawat penyakitnya. Siapa lagi orang ini?"
Tabib Solihin jelas sudah tua dan tidak bisa merawat dirinya sendiri. Dia berusia sembilan puluhan. Meskipun kekuatan fisiknya sudah buruk, dia masih energik seperti biasa. Semua orang diam-diam menebak bahwa pasti muridnya yang membantunya.