Handphone-ku berbunyi tepat saat aku keluar dari minimarket. Aku menepi, dan duduk di kursi yang tersedia di depan minimarket, lalu mengangkat telepon yang ternyata dari Gilang itu.
Meski rasanya agak aneh, tapi aku senang diperlakukan sebaik ini oleh pria itu.
Dia sering menanyakan di mana aku berada, apakah aku butuh tumpangan, apa aku ingin memakan sesuatu, dan sebagainya.
Aku tahu, mungkin saja perlakuan baiknya itu dikarenakan rasa iba setelah insiden di SMA Harapan yang untungnya tidak diperpanjang. Siapa sangka jika Gilang adalah anak salah satu pejabat yang sangat berpengaruh di sini? Let's say aku beruntung!
"Lo di mana, Mel?" tanya Gilang dengan suara rendah.
"Aku lagi di depan mini market."
"Sama siapa? Nyokap?"
"Enggak, aku sendirian!"
"Kan gue udah bilang, jangan pergi sendirian, bandel banget sih? Minimarket mana? Biar gue jemput!"
Aku terkekeh pelan. Tidakkah dia cukup manis?
"Aku kirim lewat chat aja ya!"