ดาวน์โหลดแอป
24.13% Hikikimori Knight / Chapter 7: 07. Teman

บท 7: 07. Teman

"Kamu, kamu beneran Qines?" Tanyaku lirih.

"Masa kamu gak ngenalin suara teman sendiri sih?" Tanya Qines balik.

Mana mungkin aku lupa, satu-satunya teman yang bisa ku ajak ngobrol selama ini hanya Qines.

"Ok, jadi bisa kamu bukain pintunya kan Lih? Banyak yang harus kita omongin…"

Sebenarnya, di awal-awal aku mengurung diri Qines masih sering mengunjungiku, pintuku pun masih sedikit terbuka untuk menyambutnya. Tapi tak lama setelah itu, Qines mulai jarang datang, dan kami hanya bertukar pesan lewat ponsel. Perlahan hubungan kami mulai renggang, jelas, susah berteman dengan orang yang tidak mau kemana-mana dan mengurung diri di kamarnya.

"Sorry Nes… Aku benar-benar cemas kalau biarin orang masuk kamarku sekarang. Aku gak tahu gimana ngomongnya, tapi aku benar-benar gak bisa…"

"Ok, ok aku ngerti Lih. Kita ngobrol dari sini aja, kamu gak keberatan kan?"

"...Gak."

Akupun menyender pelan ke pintu, aku benar-benar orang yang menyedihkan, tapi tak ada yang bisa kuperbuat. Kecemasan tak beralasan ku membuatku tak bisa menghadapi orang lain saat ini, bahkan untuk menghadapi diri sendiri saja aku kesulitan.

"Sibuk apa lu sekarang Lih? Masih main Immortal War?"

"Masih."

"Masih awet aja kamu main game itu. Aku udah gak selowong dulu sih, susah cari waktu buat main."

Sibuk ya, benar-benar kata asing untuk pengangguran sepertiku.

"Gimana kerja di bank? Beneran enak?"

"Ya gitu deh, tuntutan kerjaannya berat banget, mesti gajinya emang lumayan."

"Tapi cewek di bank cantik-cantik kan?"

"Jelas hehehehe."

Kamipun terdiam beberapa saat, "Maaf ya Lih, aku udah jarang ke sini akhir-akhir ini. Belakangan aku makin sibuk, tau lah, kuliah, sampe sekarang keterima kerja, hampir gak ada waktu buat istirahat." Kata Qines memecah keheningan.

"Gapapa Nes."

"Kamu, masih marah sama kejadian itu Lih?"

Gak cuma satu kejadian itu yang merubah semuanya, tapi ya, kejadian itu jadi salah satu pemicu yang membuatku berakhir begini.

"Mungkin…"

Terdengar suara helaan nafas berat dari balik pintu, "Lih, aku tahu semua kejadian itu berat buatmu. Tapi apa kamu mau nyerah gitu aja? Galih yang kukenal anak yang pantang menyerah, berimajinasi luas, pemberani. Jatuh sedikit, menangis dikit mungkin gak masalah, melarikan diri sesaat juga gak salah. Tapi ini bukannya udah terlalu lama Lih? Udah tiga tahun kamu begini…"

A

Itu masalahnya Nes, aku bukan anak-anak naif lagi. Penolakan dari dunia sudah menyadarkanku bahwa, terkadang, perjuangan tidak ada artinya.

"Kamu gak apa-apa gini terus? Kita masih muda Lih, masih banyak kontribusi yang kita bisa kasih ke masyarakat…"

"Kalian di bank di ajari ceramah ya?"

"Sorry, aku gak bermaksud menggurui, cuman…"

"Santai aja Nes, aku paham kok. Makasih buat nasehatnya."

"Masih ingat Linda Lih?"

Kenapa tiba-tiba?

"Gimana aku bisa lupa."

"Dia barusan kecelakaan Lih, sekarang lagi dirawat di rumah sakit. Anak-anak udah pada ngejenguk tadi barengan. Untungnya lukanya gak parah sih."

"..."

"Kamu, gak mau jenguk dia? Biar gimanapun dia kan-"

"Gak usah omongin dia Nes."

"Kamu yakin Lih? Mungkin ini kesempatan ka-"

"Nes."

"Ok, ok aku berhenti ngomongin dia. Tapi yang pasti, jangan sampai kamu menyesal Lih."

"Jadi, itu kenapa kamu datang ke sini Nes?"

"Itu juga sih, tapi juga soal reuni SMA kita. Kamu gak mau berubah pikiran Lih?"

"Gak Nes."

"Gitu ya, ya udah deh, gak bisa di paksa juga kalau memang kamunya gak mau. Aku gak bisa lama-lama di sini Lih, kapan-kapan kita ngobrol lagi ya."

"Iya, makasih ya Nes."

"Sama-sama, yang terbaik deh buat kita berdua. Aku duluan ya."

Sepeninggalan Qines, banyak pemikiran berkecamuk di kepalaku. Kenangan masa-masa lalu seakan membanjiri ingatan. Linda, sosok yang tak bisa kulupakan, seberapa pun inginnya aku. Kembali berbaring malas di kasur kusamku, ku buka galeri di smartphone. Sedikit ragu, ku cari folder foto-foto lamaku, sedikit kenangan indah yang kumiliki di masa lalu. Tentu, aku takut melihat kembali ke masa itu, aku takut penyesalanku menjadi semakin dalam saat menyadari hal-hal yang ku buang.

"Kamu yakin? Mau melihat masa-masa itu?"

Suara sialan itu lagi.

Abaikan saja, abaikan hasutan negatif itu…

"Semua teman-temanmu  sekarang sudah menjalani hidup masing-masing, hanya kamu yang masih tertahan di masa lalu. Lagipula, apa kamu mau melarikan diri dari keadaan saat ini, dengan racun nostalgia masa lalu?"

Sial, suara itu berhasil. Mungkin dia benar, melihat semua kenangan indah masa lalu hanya akan menambah besar rasa iri dan penyesalanku. Dengan malas, ku singkirkan smartphoneku ke atas meja. Ada sedikit keinginan untuk membantingnya, tapi mengingat mungkin aku tidak akan mendapatkan gantinya, ku tahan hasrat merusak itu.

Ku tengadahkan kepalaku ke langit-langit kamar, mencoba mencari sedikit ketenangan menatap kosongnya plafond ku rasa. Lantunan lagu-lagu ost anime dari speaker komputerku menemani ku dalam kesunyian ini. Saat tiba giliran salah satu lagu favorit dari anime kesayanganku di masa kecil, tetiba nostalgia menyelimuti ragaku. Akupun ikut melantun dengan romanji seadanya, mencoba menyesapi saat itu.

Gerbang nostalgia yang ku tahan sebisanya, kini terbuka lebar. Bukan ke masa remaja ataupun kuliahku, namun ke masa yang lebih jauh. Ingatan saat menonton TV bersama teman sebaya di hari minggu, berebut siapa yang jadi ranger merah, jatuh cinta pada karakter kartun yang di gambar dengan apiknya. Menirukan pose dari jagoan andalan di TV, masa di mana aku mulai menggambar karena kagum dengan tokoh-tokoh kartun.

Tiba-tiba aku teringat dengan komik-komik konyol yang ku gambar waktu kecil, aku berhenti membuatnya setelah masuk SMA, karena ledekan dari teman-temanku. Bergegas bangun dari tempat tidur, ku buka laci lemariku. Tersenyum, tumpukan kertas usang itu masih di sini.

Kubaca satu demi satu komik hasil imajinasi ku dimasa itu. Sial, gambarku benar-benar parah di masa itu, hehehe, tapi ceritanya sebenarnya gak buruk-buruk amat. Semakin di baca, semakin menarik, apa ceritaku sebagus ini?

"Heh, apa bagusnya cerita kekanak-kanakan begini? Selain itu… he-hei… a-apa kau.. mende-ngarku…"

Seru, cerita ini seru. Tak kusangka komik yang ku buat saat kecil dulu semenyenangkan ini. Kenapa aku bisa lupa perasaan ini?

Tak terasa, semua komik random itu habis ku baca. Air mata ku pun menetes pelan, sial, kenapa aku bisa terharu begini? Ha ha ha, komik-komik kecil ini menyelamatkanku ya?

Komik ya, sudah berapa lama sejak aku berhenti menggambar? Kenapa saat itu aku berhenti ya? Menyerah karena tidak adanya perkembangan yang terlihat? Sejak kapan aku memperdulikan hal itu? Aku menggambar karena aku suka kan?

Entah dapat semangat dari mana, ku bongkar peralatan gambar lamaku. Masih ada, masih ada beberapa kertas gambar dan pensil. Bergerak kaku, akupun mulai mencoret-coret. Hahaha, sial, ampas banget hasilnya, apa gara-gara lama gak ngambar ya?

"Emang gambarmu yang ampas kok…"

Sial, ini suara keluar lagi, padahal tadi udah diam.

Tidak mau menyerah, akupun melanjutkan gambarku. Gambar abstrak, tokoh utama kartun kesukaanku, hal-hal random. Tanpa terasa, waktu mengalir dengan cepat. Tahu-tahu aku sudah menggambar sepanjang sisa hari ini.

"Wah,sudah jam segini…" Gumamku ketika melihat jam dinding di kamarku.

"Udahan nih frustasinya? Kok bisa-bisanya kamu tenang habis bikin gambar ampas gitu?"

Yah, gambar-gambar random itu memang ampas, tapi aku menyukainya. Sekali lagi kulihat hasil karyaku hari ini, kemudian kusimpan rapi semua ke tempatnya semula.

"Padahal cuma gambar…"

Iya padahal cuma gambar, tapi entah kenapa aktivitas sepele itu terasa menenangkan dan mengangkat beban berat di pundakku. Ok, entah gimana aku dapat energi baru sekarang, menatap sekeliling kamar, wah…

"Kayaknya perlu beres-beres nih…" Celetukku.


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C7
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ