ดาวน์โหลดแอป
9.38% Theodor Obsession / Chapter 38: Out Of Breath

บท 38: Out Of Breath

Richard terkikik geli saat melihat Kaila yang sangat ketakutan. Bahkan melihat Kaila menangis saat ini menjadi pemandangan indah untuknya.

"Calon tunanganmu ini lucu sekali, Theodor. Aku tidak menyangka aku akan menyentuhnya duluan," gumam Richard.

Kaila membelalakkan matanya ketika melihat Richard yang sudah menurunkan resleting celananya.

"Theo ... Theodor, tolong. Mama!" teriak Kaila.

"Enggak akan ada yang mendengar kamu, Kaila sayang. Ini kamar kedap suara loh," ejek Richard.

Kaila merutuki kebodohan dia. Seharusnya dia tidak pergi hari ini.

"Kamu kaget sepertinya," kata Richard.

Richard menarik dagu Kaila lalu mengecupnya dengan rakus

"Arghh! Sialan kau!" teriak Richard saat Kaila menggigit bibirnya hingga berdarah.

Plakk

Wajah Kaila terhuyung ke samping dan pingsan seketika saat mendapat tamparan keras dari Richard.

"Bagus, kamu sekarang lebih baik diam, Kaila," kata Richard.

Richard merobek pakaian Kaila lalu membuangnya ke sembarang tempat. Dia membuka lebar kaki Kaila.

Brak

Tiba-tiba suara pintu didobrak dari luar menampilkan Theodor membuat Richard terkejut.

"Sial, rencanaku bisa gagal," gumam Richard.

Theodor dengan wajah marah dan tatapan menggelap saat dia melihat Kaila yang tidak berbusana dan dalam keadaan pingsan memukul-mukul Richard.

"Beraninya kau menyentuh milikku!" teriak Theodor.

"Cui, kau memang pantas mendapatkan bekasnya saja, Theodor," kata Richard.

"Udah, woi! Mending lu tutup dulu tubuh Kaila," kata Stevanus.

Theodor menghempaskan tubuh Richard yang sudah tidak berdaya. Dia mulai membungkus tubuh Kaila dengan selimut.

"Gue pergi dulu," kata Theodor.

Theodor menggendong Kaila keluar dari kamar setelah menyuruh pengawal membawa Richard kembali ke rumah orang tuanya dan memberitahu bahwa dia akan menghancurkan keluarga Richard.

"Bro, gue urus cewek gue dulu ya," kata Ferdi.

"Iya kalian urus kekasih kalian yang sama nakalnya dengan calon tunangan gue, tapi lebih nakal calon tunangan gue sih," balas Theodor dengan senyum miringnya.

Theodor membawa tubuh Kaila ke dalam mobil. Dino melihat tuannya dalam keadaan tidak baik-baik saja tidak berani bertanya. 

"Kita ke mansion yang sudah saya beli," perintah Theodor. 

Theodor sengaja membeli mansion itu untuk mereka tinggalin setelah menikah, tapi entah kenapa dia tiba-tiba ingin sekarang menikmati Kaila sekarang. Bukan menikmati seperti yang dibayangkan, dia akan menghukum Kaila di sana.

"Bersiaplah menerima hukuman kamu, Kaila Davina Abraham," gumam Theodor dengan smirk miringnya.

Dino mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang melintasi jalanan yang sudah terlihat sepi dan hanya ditemani lampu jalanan. Setengah jam kemudian, mereka akhirnya sampai di mansion.

"Silahkan masuk," kata pengawal saat melihat mobil siapa yang datang.

Pagar berwarna gold itu terbuka otomatis. Dino melajukan mobilnya masuk ke dalam halaman mansion. Di sana banyak pengawal yang berjaga.

"Silahkan, Tuan," kata Dino.

Theodor menggendong tubuh Kaila. Dia membawa Kaila menuju kamar. Perlahan dia membaringkan tubuh Kaila di atas ranjang saat dia sudah berada di dalam.

"Kaila, Kaila, kenapa bisa melakukan hal bodoh seperti ini?" kata Theodor sambil membelai pipi Kaila yang memiliki bekas tamparan.

Theodor melangkahkan kaki ke kamar mandi. Dia mengambil baskom kecil berisi air dan handuk kecil. Setelah itu, dia mendekati Kaila lagi.

"Menjijikan," gumam Theodor.

Theodor membuang dalaman Kaila hingga Kaila polos di hadapannya. Perlahan dia mulai  mengelap tubuh Kaila. 

"Awas saja kalau kamu masih nekad mendekati dia lagi," gumam Theodor.

Theodor jijik saat tahu Richard mengecup tubuh Kaila, tapi dia akan memberi pelajaran pada Richard yang menyentuh harta berharga miliknya lain waktu.

"Ehmm," deham Kaila sambil membuka mata perlahan.

Kaila yang sudah membuka matanya melihat tatapan mata Theodor yang begitu kelam dan amarah menguasai pria itu sangat ketakutan dan memilih memejamkan mata kembali.

"Pura-pura tidur, hmm," gumam Theodor.

Theodor hanya diam saja. Dia mengambil kotak P3K, lalu dia mengambil salep  yang berada di dalam kotak itu. Perlahan dia mulai memakaikan salep itu ke pipi Kaila.

"Kenapa dia diam saja?" gumam Kaila merasakan Theodor tidak ngapain-ngapain setelah mengobatinya.

Kaila melihat Theodor diam saja merasa lebih takut dibandingkan Theodor yang marah padanya.

"Theo," panggil Kaila.

"Kamu mau menggodaku, Kaila? Lihat penampilanmu," tegur Theodor.

Kaila terkejut saat mendapati dia tidak memakai sehelai benang pun.

"Enggak. Theodor dengerin aku ya. Kamu salah paham," mohon Kaila.

"Hahaha, kamu ini lucu sekali, Sayang. Kamu tahu aku paling tidak suka gadis nakal seperti ini. Apa hukuman yang pantas, hmm?" tanya Theodor.

Kaila menjawab bahwa dia tidak tahu sambil menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Aku akan bilang pada papa Samuel," kata Theodor membuat Kaila membulatkan matanya.

"Bisa habis aku sama papaku kalau dia thau tentang hal ini," gumam Kaila.

Kaila langsung berjalan mendekat ke Theodor, lalu dia memeluk theodor dengan erat.

"Hiks ... hiks, jangan bilang papa. Kaila mohon maafin Kaila. Kaila janji mau nurut, please," mohon Kaila.

"Janjimu palsu, Sayang. Kamu ini terlalu banyak berbohong," balas Theodor.

Theodor menangkup wajah Kaila lalu mendekati bibirnya ke telinga perempuan itu.

"Jangan menangis, Sayang. Kamu cantik dan sangat menggairahkan sehingga orang seperti Richard saja ingin menyentuhmu," kata Theodor menunduk melihat Kaila dengan tatapan tajamnya. 

"Kaila mau dihukum apa saja, tapi jangan bilang papa," kata Kaila memeluk Theodor.

"Tidurlah," perintah Theodor membuat Kaila melongok mendengar ucapan Theodor.

"Tidur?" tanya Kaila.

"Ya tidur. Kenapa? Kamu enggak mau tidur, Sayang?" tanya Theodor.

Kaila menganggukkan kepalanya. Dia berjalan ke ranjang, sedangkan Theodor melangkahkan kaki ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya. Dia sengaja tidak memberi pakaian kepada Kaila.

Cklek

Tidak lama Theodor keluar dari kamar mandi sudah memakai baju tidur. Dia langsung menghampiri Kaila dan menarik Kaila ke dalam dekapannya. 

"Theodor," panggil Kaila saat merasakan Theodor hanya diam saja lagi. Dia merasa bersalah pada Theodor.

"Hmm," deham Theodor.

"Aku minta maaf. Aku enggak menyangka Richard bakal seperti itu," kata Kaila.

"Tidak perlu mengarang cerita, Kaila. Kamu yang  menyuruh dia menggagalkan pertunangan kita kan jadi tidak perlu panjang lebar begitu padaku," balas Theodor.

Kaila menitikkan air matanya. "Kamu marah banget ya sama aku?" tanya Kaila.

"Sudah, Kaila. Kamu tidur sekarang. Aku tetap mencintaimu, tapi untuk sekarang aku butuh menenangkan pikiranku. Aku enggak mau melukai kamu," jawab Theodor.

Kaila menghadap ke Theodor lalu dia memeluk tubuh Theodor dengan erat.

"Iya aku akan tidur. Selamat malam, Theodor. Terima kasih kamu udah nolongin aku," kata Kaila lirih.

perlahan mata Kaila sudah menutup. Theodor yang sebenarnya masih terjaga menatap Kaila selama Kaila tertidur. Dia mendengar napas Kaila sudah teratur berusaha memejamkan matanya, dia masih merasa sesak saat melihat Kaila hampir disentuh pria lain.

"Untung saja aku berhasil menolong kamu. Kalau tidak, aku bingung harus melakukan apa saat milikku sudah disentuh pria lain," gumam Theodor.


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C38
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ