Aku tak menyangka anak itu akan menerima kenyataan pedih ini. Kathriena, ya anak itu, kini sudah memiliki pemikiran yang cukup dewasa. Mungkin kebanyakan anak seusianya akan merasa marah dan kecewa jika mengalami hal seperti ini. Kathriena berbeda, ia menerima semua kenyataan. Aku cukup terkejut dan tak menyangka akan sikapnya. Aku kira ia akan marah dan membenciku, namun ternyata aku salah. Setelah bercerita bahwa aku bukan ibunya, ia berkata, "Aku sedih mendengar apa yang Ambu ceritakan, tapi bagaimanapun Ambu adalah orang yang sudah merawat dan menyayangi aku hingga saat ini."
Perkataan anak itu membuatku terharu. Bagaimana ia bisa sedewasa itu di umurnya yang masih belia? Aku tak pernah memanjakannya, tak pernah juga memukuli atapun memarahi Kathriena. Namun aku tak sadar jika perlahan anak itu sudah memiliki pemikiran yang tak ku sangka. Aku bersyukur bisa merawat dan menjaga Kathriena. Walaupun aku tahu Kathriena bukanlah darah dagingku, aku tetap bersyukur.