บท 149: Hasutan Athala

"Sayang," ujar Athala pada istrinya.

"Sudah pulang, Mas?" sahut Amora.

"Iya, sayang. Aku mau cerita sesuatu sama kamu," kata Athala.

"Apa?" tanya Amora penasaran.

"Tapi, sayang aku nggak ada maksud apa-apa ya," terang Athala.

"Memangnya apa sih, Mas, kok kayaknya serius banget," tutur Amora.

"Kayaknya Mas Kavin nggak benar-benar menerima jika warisan Papi jatuh ke tangan aku," ungkap Athala.

"Kamu tahu dari mana, kan kamu denger sendiri kalau Mas Kavin akan merelakan jabatan itu. Jika Papi yang menyerahkan langsung pada orang lain," jelas Amora.

"Itu cuma di mulutnya saja, tapi di dalam hati Mas Kavin nggak tahu kan. Kamu nggak tahu bagaimana perasaan dia sebenarnya," yakin Athala.

"Kok kamu bisa berpikir seperti itu sih, Mas?" Amora tidak habis pikir.

"Mas Kavin sendiri yang bilang itu ke aku. Tadi di kantor, Mas Kavin datang ke ruangan aku. Dia bilang dia nggak akan tinggal diam kalau perusahaan jatuh ke tangan orang lain, termasuk aku."