ดาวน์โหลดแอป
100% Mysterious CEO / Chapter 31: Pengacara Gadungan.

บท 31: Pengacara Gadungan.

ensky tersenyum manis seolah-olah pertanyaan itu biasa-biasa saja. "Itu tidak mungkin Mr. Hans, aku hanya karyawannya."

"Tapi dari pandangaku sebagai kaca mata lelaki, aku rasa dia menyukaimu, Sky."

Kensky terbahak. "Ah, Mr. Hans ada-ada saja."

Mr. Hans ikut tertawa. "Tidak masalah, Sky, beliau kan belum menikah. Apalagi tidak biasanya dia bersikap seperti ini terhadap wanita. Selama ini tidak ada wanita yang dispesialkan di kantor ini, hanya kau."

Mata Kensky menyipit. "Dispesialkan? Maksud, Anda?"

Saat itulah Mr. Hans berdiri, kemudian mendudukan bokongnya di atas meja menghadap Kensky yang sedang duduk bersandar di kursinya. "Pertama, tidak ada karyawan yang baru lulus bisa menempati jabatan asisten keuangan. Kalaupun orang itu memiliki riwayat dari lulusan Universitas ternama, dia harus punya pengalaman minimal satu tahun menjadi staf di bagian keuangan dan setelah itu dia baru bisa menempati jabatan asisten. Kedua, tidak pernah ada satupun karyawan yang diajak masuk ke mansion untuk minum anggur. Kalaupun ada peringatan hari besar seperti ulang tahun kantor, beliau tidak akan pernah memperbolehkan satupun dari ratusan karyawannya untuk masuk ke mansion itu. Ketiga," Mr. Hans menarik napas, "selama ini tidak ada satupun karyawan yang dikirim beliau untuk menjadi anggota Kitten Group di Jerman. Bahkan semua penghuni Kitten Group di sana adalah asli orang Jerman."

Kensky sebenarnya tahu alasan apa yang membuat Dean bersikap begitu padanya, namun dalam hati ia bertanya-tanya bahwa kenapa harus dia, sementara Kensky adalah orang yang baru dikenalnya. Jika alasan Dean bersikap begitu pasanya karena perjodohan, itu masih sangat tidak masuk akal baginya, karena sampai sekarang pun ia tidak mendapat keterangan jelas dari sang ayah mengenai perjodohan itu. Dan saat ini yang masih membuat Kensky bingung adalah, kenapa Mrs. Stewart juga mengatakan hal yang sama kepadanya? Kenapa wanita itu begitu penuh keyakinan mengatakan bahwa dirinya adalah calon istri Dean, sementara Kensky tidak pernah tahu kapan dan siapa yang menjodohkan mereka?

Seandainya hanya Dean yang mengatakan hal itu, Kensky masih pantas untuk jika tidak mempercayainya, sebab bisa jadi itu hanya akal-akalan Dean untuk mendekatinya. Tapi di satu sisi ibu Dean sendiri-lah yang menyuarakan bahwa dirinya adalah calon istri Dean. Dan hal itulah yang sampai saat ini terus melayang-layang dalam ingatannya. Jika benar dia dijodohkan sejak dulu dengan Dean, lantas siapa pria di foto yang duduk di sebelah ibunya?

"Sky?" panggil Mr. Hans, tapi gadis itu tak menjawab. Dia terlarut dalam semua pikirannya. "Sky?"

"Ah, ya!" Ia tersentak. "Oh, maafkan aku, Mr. Hans." Kensky tertawa.

Pria itu ikut tertawa. "Kau pasti sedang mengkhayalkan bagaimana rasanya pacaran dengan Pak Dean, kan?" ledeknya.

Kensky tersenyum membayangkannya, karena meski tidak dibayangkan pun ia sudah tahu bagaiamana rasanya berpacaran dengan pria yang bernama Dean Bernardus Stewart. Laki-laki ganas yang penuh keromantisan.

Di sisi lain.

"Bagaimana, kau sudah membujuk pengacara gadungan itu?" tanya Dean kepada Matt. Saat ini ia sedang berada di ruangannya yang ada di Kitten Group.

"Sudah, Bos, tapi dia minta imbalan untuk membongkar semua kejahatan Rebecca di hadapan polisi."

Dean menyeringai. "Berapapun dia minta berikan saja, asalkan dia bisa membuat Rebecca membusuk di dalam penjara."

"Baik, Bos."

Dean yang tadinya duduk dikursi, kini berdiri mendekati jendela. "Kau hubungi Mr. Bla, tanyakan kabar Eduardus."

"Baik, Bos." Dengan cepat merogoh ponsel di saku celana, kemudian menghubungi Mr. Bla. Dan sesuai perintah sang atasan, Matt menanyakan kabar lelaki itu. "Kata Mr. Bla dia sudah bisa menggerakan semua tubuhnya, Bos."

Dean berbalik menatap Mathew. "Mereka tidak lupa memberikannya vitamin, kan?"

Matt berbicara pada seseorang di balik telepon. "Selalu, Bos."

"Bagus, lakukan seterusnya sampai dia benar-benar kuat, karena kita akan menjadikannya kejutan begitu balik dari Jerman."

Sore hari saat pulang kerja, Kensky mampir ke apartemen Tanisa. Selain karena merindukan sahabatnya itu, Kensky juga ingin memberitahukan pada Tanisa soal keberangkatannya ke Eropa.

"Deutscher! Ya ampun, Sky, tidak salah lagi, dia pasti akan menikahimu. Aku rasa dia serius tentang perjodohan itu. Coba pikir, hal yang tidak mungkin jika dia tidak menyukaimu, tapi mengajakmu ke luar negeri."

Saat ini kedua gadis itu sedang duduk di ruang televisi sambil menikmati cokelat hangat dan biskuit kelapa. Udara musim dingin membuat tubuh mereka menggigil meski berada di dalam ruangan dan menyalakan mesin pemanas. Kensky masih mengenakan pakaian kantor. Sementara Tanisa sudah mengenakan pakaian rumah, karena hari ini dia tidak dinas alias libur.

"Dia bukan mengajakku liburan, Tan, dia hanya memutasiku ke sana."

Wajah ceria Tanisa kini berubah kusut. "Mutasi? Berarti kau akan menetap di sana, dong?"

Kensky tersenyum. "Bisa iya, bisa tidak. Dean memberikan fasilitas liburan. Katanya kalau aku ingin pulang dan menjenguk Daddy atau dirimu, aku bisa ambil cuti dan pulang sebulan sekali."

"Wah, kau dispesialkan. Tapi aku rasa sikapnya seperti itu karena memang dia menyukaimu. Kenapa kau tidak menerima saja lamarannya, Sky?"

Ingatan Kensky tertuju pada perkataan Mrs. Stewart. "Kau ingat saat malam aku ke pesta ulang tahun ibunya?"

Tanisa menyesap cokelatnya. "Ya, kenapa? Apa ibunya mengusirmu?"

Kensky menggeleng. "Justru ibunya mengucapkan kata yang sama dengan Dean. Kata beliau aku adalah calon istri Dean."

Tanisa tertawa. "Dari awal memang aku sudah yakin bahwa dia pasti calon suamimu, karena hal yang tidak mungkin Dean bisa menebak namamu dan ayahmu dengan benar jika mereka tidak saling kenal."

"Itu juga yang membuatku bingung, Tan. Jika benar mereka sudah merencanakan perjodohan ini dengan keluargaku sebelumnya, kapan dan dengan siapa? Mommy atau Daddy? Kalaupun Daddy, dia tidak pernah membahas masalah perjodohan itu padaku dan Mommy ... Mommy justru memberikanku kotak berisi foto seorang pria yang notabene adalah calon suamiku. Jika benar mereka menjodohkanku dengan Dean, lantas pria di foto itu siapa?"

"Apa jangan-jangan pria itu adalah Dean?"

Kensky ternganga. "Dean?" Ia terbahak, "Itu tidak mungkin, Tan. Pria di foto itu bicaranya sangat pelan dan sopan, sementara Dean ... Dia bahkan sering bersikap kurangajar padaku kalau sedang berdua. Jadi sungguh sangat mustahil jika itu dia. Lagi pula foto itu sangat berbeda dengan wajah Dean."

Tanisa tertawa. "Lantas kapan kau akan dilamar, katamu dia akan mengajakmu menikah?"

"Aku belum tahu, tapi nanti malam aku harus bicara dengannya. Aku harus jujur padanya mengenai kepindahanku ke Jerman."

"Kau yakin dia akan mengijinkan?"

"Entalah, Tan. Yang jelas mau tidak mau kalau dia melarangku pergi, aku terpaksa harus membuat Dean kecewa."

Tanisa berdiri untuk mengambil tissu di dekat TV. "Kalau menurut kata hatimu sendiri, bagaimana?"

"Aku sudah punya janji dengan pria itu, Tan. Kau sendiri tahu, kan? Jadi mau tidak mau aku harus meninggalkan Dean ketika dia datang untuk menjemputku." Kensky terdiam sesaat, " Tapi di satu sisi aku takut, Tan, bahkan rasanya sangat takut."

"Takut kenapa?"


Load failed, please RETRY

ตอนใหม่กำลังมาในเร็วๆ นี้ เขียนรีวิว

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C31
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ