"Aku kembali. Bagaimana keadaanmu? Lebih baik?!"
Daniel meletakkan karangan bunga di meja nakas, berikut membawa beberapa buah tangan dan terus tersenyum semringah. Bersiul seolah baru saja memenangkan perang berdarah.
"Aku juga membawa buah segar, makanlah. Ini rekomendasi dari penjualnya. Karena aku tidak tahu buah macam apa yang boleh kau makan, " tawar Daniel tersenyum manis.
"Lebih baik apanya, aku masih lemas. Nafsu makanku terus menurun, hamil itu menyebalkan!" keluh Tamara dengan segenap kejengkelannya. "Tidak bisa bergerak bebas, pola makan terbatas, aku kehabisan energi! Kau tampak senang, ada apa? Senang ya, melihatku tidak berdaya begini?!"
Daniel menarik kursi, duduk di samping Tamara terbaring. Berdecak sebal, "Kau selalu saja berpikiran buruk padaku. Aku habis menangkan permainan luar biasa. Kupikir kau akan menyukainya."
Wajah Tamara yang pias tampak mengerut aneh, "Apa maksudmu. Kau ini bicara apa?"