"Tuan Fang Jie bertaruh 1.000.000!!" Tanpa sadar Youmei mendesah. Seakan tidak percaya ada yang berani harga tinggi.
Semua mata penonton bergetar takjub dengan jumlah Duan yang disebutkan itu. Mereka mulai menghayal dengan jumlah sebesar itu akan dapat digunakan untuk berbagai hal. Untuk yang miskin akan berpikir memperkaya dirinya. Untuk yang kaya mulai berkhayal untuk memperbesar usaha nya. Bahkan ada yang berkhayal untuk mencari isteri dari salah satu orang kaya.
Jumlah 1.000.000 Dapat di gunakan untuk membeli Rumah Besar. Suatu Jumlah yang sangat tinggi untuk di pertaruhkan. Jika orang berani bertaruh tinggi berarti dia memiliki keyakinan untuk menang.
Yang lebih mengejutkan, Han Song begitu yakin untuk menjadikan dirinya menjadi bandar dan menanggung semua tagihan jika kalah. Atas dasar apa Satria Judi ini berani mempertaruhkan Nama Besarnya hanya untuk seorang Pemuda Kampung yang baru di kenalnya. Ini benar benar membingungkan para kolega nya.
Bahkan Youmei sendiri yang begitu percaya kepada Chen, yang menganggapnya sebagai adiknya sendiri masih belum yakin akan keputusan Chen yang menetapkan batu itu berisikan Besi Emas Hitam. Selain langka juga harga nya sangat tinggi. Diatas dari batu yang lain dengan level yang sama.
"Tuan Fang Jie bertaruh 1.000.000 Duan kalau batu ini bukan Baja Emas Hitam. Siapa lagi yang akan menyusul." Han Song memutar tubuhnya 180 derajat. Menawarkan kepada yang lain dengan penuh percaya diri.
"Jangan khawatir Kakak." Fang Han adik dari Fang Jie memberi semangat. Diantara keluarga Fang, hanya Fang Han yang berbakat menempa. "Meskipun aku tidak sekaya kakakku namun aku bertaruh 500.000 Duan. Hanya orang bodoh yang menganggap bahan itu berisi Baja Emas Hitam."
Dukungan dari Adiknya Fang Jie sangat membantu dirinya untuk semakin yakin akan keputusannya. Adiknya adalah seorang Penempa yang terkenal di kotanya. Pendapatnya berarti merupakan pandangan seorang ahli di bidangnya.
"Yah... 500.000 dari Fang Han. Siapa lagi yang mau menyusul."
Suara bisik bisik mendengung di dalam ruangan. Semua perhatian tertuju kepada Bandar.
Kesempatan ini di gunakan Chen untuk mendatangi Orang Tua Sing Poa sebelum Youmei membahas tentang pembicaraan sebelumnya.
Rupanya Youmei memang teralihkan fokusnya karena jumlah besar yang di pertaruhkan Fang Jie. Sekalipun yang menanggung semua kerugian jika terjadi kesalahan adalah bandar, namun tetap saja ini membuat dirinya khawatir.
Meskipun Youmei masih baru kenal dengan Chen namun Pemuda itu telah telah diterima di dalam hatinya menutupi kekosongan di ruang hatinya semenjak di tinggal adik kandungnya sendiri.
Rasa khawatir yang berlebihan ini lah yang membuat dia segera meninggalkan istananya ketika mendengar adik angkatnya ini membuat masalah dengan Puteri dari Keluarga Kaya Fang. Dia benar benar menganggap Chen merupakan bagian dalam hidupnya seolah adik kandungnya sendiri.
Chen sudah tidak memperhatikan kecemasan kakak angkatnya yang sedang meremas remas sapu tangan. Karena dia sudah berhadapan dengan Sing Poa yang Kemudian kedua nya saling menyapa.
Menurut Chen Kakek tua ini sangat jenius dapat menganalisa kualitas benda yang masih tertutup. Pasti ada rahasia dibalik kemampuannya itu.
"Tuan Sing Poa. Saya Ye Shang. Jika boleh saya ingin berbicara sebentar."
"Silahkan Tuan Ye Shang, jangan sungkan."
"Bagaimana anda bisa menilai bahwa benda ini berisi Baja Hitam."
"Tuan Ye Shang. Seorang Penempa biasanya dapat menilai suatu batu berharga. Baik Dari beratnya, dari aroma nya, dari bentuk dan warnanya ataupun dengan di ketuk oleh jari. Sama seperti seorang tukang buah dalam menilai buah, apakah isinya manis atau masih mentah."
"Berarti Tuan Sing Poa menggunakan penciuman pada saat menentukan bahan mentah ini, karena Tuan sejak awal belum menyentuhnya sampai ketika Batu ini di tukar dengan yang di pajang."
Kakek tua itu tersipu malu dan pipinya pun mulai berwarna merah.
"Hehe... Saya memang belum sehebat Tuan yang bisa mengetahui kualitas dari sebuah batu hanya dari penglihatan saja. Terbukti ketika batu di tukar namun Tuan Ye Shang masih bisa menebak, mana yang aslinya. Saya mohon di maafkan atas perbuatan saya yang keterlaluan demi mendapatkan benda berharga. Sungguh tak tahu malu."
"Tidak perlu minta maaf Saya dapat mengerti akan hasrat membara seorang penempa ketika melihat sesuatu yang di hargai sangat tinggi. Sesungguhnya saya mengenal dengan beberapa penempa. Tapi maaf, saya tidak pernah mendengar nama Sing Poa. Dimanakah Tuan tinggal? Apakah bersama dengan kota nya Fang Yun?"
"Tuan sangat rendah hati dan pemaaf. Saya bersyukur bisa mengenal Tuan." Sing Poa menunduk sedada dengan sopan. "Mengenai hubunganku dengan Puteri Keluarga Fang, sepertinya Tuan salah paham. Aku baru bertemu tadi pagi di kedai dengan Tuan Fang Jie sekeluarga. Secara tidak sengaja aku kejatuhan cetak biru Pedang Hitam Tipis yang baru kubuat. Tuan Fang Han menemukan kertas itu lalu selanjutnya terjadi obrolan panjang antara sesama Penempa. Rupanya Fang Yun tertarik dengan Pedang Hitam Tipis sesuai dengan Cetak Biru itu. Akupun berjanji membuatkan nya. Seperti kau ketahui selanjutnya, kami mencari bahannya di tempat ini. Kami sudah mencoba mencari di lantai atas tapi tidak menemukannya sampai akhirnya pencarian kami di lantai bawah."
Demikian penjelasan dari Pak Tua Sing Poa. Pembicaraan pun terhenti ketika terdengar keramaian di area tengah.
Chen mencium bau kelicikan dari Orang Tua ini. Jika dikatakan cetak biru itu baru dibuat jelas suatu kebohongan. Karena dilihat dari tintanya saja jelas itu karya yang sudah lama dibuat. Demikian juga dengan lipatan kertas yang sudah begitu dalam, pasti tersimpan cukup lama. Pasti orang tua ini sengaja menjatuhkan cetak biru untuk di tunjukkan kepada Fang Han yang juga seorang Penempa.
Mungkin Orang Tua ini banyak tahu tentang keluarga Fang termasuk Fang Yun yang merupakan pecinta pedang mungil.
Chen hanya merasa harus lebih waspada kepada pria tua ini. Sebaiknya tidak usah terlalu berhubungan dengan orang yang kelak akan merugikannya. Jadi Pemuda ini pamit mengundurkan diri dengan sopan.
Rupanya suasana panggung taruhan semakin panas. Beberapa pengunjung ingin ikut bertaruh tapi di tolak oleh Han Song karena dia menetapkan tarif taruhan terendah 100.000 Duan. Beberapa Pengunjung mencoba untuk saling patungan agar dapat berpartisipasi dalam taruhan.
"Aku tidak melayani taruhan dengan tarif di bawah 100.000 Duan." Tekan Han Song.
"Tuan Han Song. Apakah kau yakin akan membayar semuanya?" Bang Seok meragukan nya. Bertaruh atas sesuatu yang jelas tidak mungkin di menangkan oleh bandar.
"Bukankah aku mengatakan kalau aku yang jadi bandar. Apa kau meragukan kekayaanku? Taruhan ini tanpa batas. Jika kau mempertaruhkan Rumah Senjatamu maka aku dengan senang hati menerimanya. Aku taksir Rumah Senjatamu berkisar 10.000.000 Duan berikut semua isinya." Han Song sangat percaya diri. Dia mengetahui semua isi dari rumah senjata ini hanya berisikan sampai tingkat bahan Golden Core dan dapat di hitung dengan jari untuk senjata peringkat Epik.
Ditantang seperti itu, Bang Seok jadi semakin ragu untuk bertaruh. Dia mengenal Satria Judi ini yang tidak pernah kalah. Kalaupun dia pernah mengalami kekalahan dalam hal judi, itu pasti kesengajaan karena akhirnya dia tetap yang akan memenangkan pertaruhan.