"Oh, jadi kalian juga datang, ya? Memang benar kami sempat latihan tanding melawan universitas lain." Marlon mengiyakan saja celotehan Fahrizul meski suasanya kembali canggung. Padahal Marlon sendiri sempat melihat mereka waktu itu, bahkan sangat jelas sampai mengamati wajah mereka pula. Mungkin Marlon hanya lupa jika salah satu dari mereka bersorak paling keras sampai sempat mengganggu konsentrasi para pemain.
"Ya, kami datang saat itu karena ingin melihat seperti apa ketika Arya bermain basket. Kau tahu, selama satu semester kemarin, ketika praktek, Arya sama sekali tak pernah serius. Seakan-akan ia menyembunyikan kemampuan sebenarnya di hadapan teman kelasnya."
Marlon mengangkat alisnya, tak percaya "Benarkah? Tapi selama aku satu divisi dengannya, Arya sama tak pernah sedikit pun terlihat bercanda atau terlalu banyak bertele-tele. Arya yang kami kenal justru sangat serius ketika sudah berkaitan dengan basket."