ดาวน์โหลดแอป
90% sekolah hantu / Chapter 18: MY CLASS

บท 18: MY CLASS

Ragil menyerahkan dirinya ke kantor polisi terdekat. Polisi segera mencatat semua pengakuannya, dan memasukan pria itu ke dalam sel setelah sidang di lakukan.

Menjadi tahanan bukanlah hal yang ia impikan, tapi ini demi Ainun, dan demi dosa-dosanya menghilang. Meskipun rasa bersalah masih ada sampai saat ini, dan tetap saja tebusan dosa di akhirat masih akan di rasakan nantinya.

"Baik-baik ya Bang," ucap Juna.

Ragil mengangguk sebagai jawabannya.

Cowok itu berpamitan, dan segera berjalan keluar menuju mobil yang terparkir tak jauh.

"Woy!"

Suara familiar itu membuat kedua sudut bibir Juna terangkat, ia segera menoleh dan memberikan lambaian tangan.

"Mau berangkat sekolah?" tanya Rahel.

"Iya, lo sendiri ngapain ke sini?"

"Rumah gue deket sini, terus liat lo ada di sini jadi ikutan mampir," jelas Rahel sambil memberikan senyuman.

"Mau ke sekolah bareng?"

Gadis itu melihat jam tangannya sebentar, dan kembali menatap lawan bicaranya sambil menggeleng.

"Engga, gue mau sarapan dulu di MCD, lo kalau ngerasa telat mendingan duluan aja!"

"Tapi Hel bentar lagi masuk kelas."

"Masih ada sepuluh menit buat masuk, gue bisa makan bentar, abis itu ke sekolah naik bus."

"Lo udah sering ya?" tanya Juna sambil memicingkan matanya.

Gadis itu tersenyum sebagai jawaban yang membuat Juna harus mencubit pipi tirus itu dengan gemas.

"Pantesan jago manjat pager," ucap Juna.

"Hehe! Salah satu keahlian gue sih yang bagian itu," sahutnya, "Btw, lo mau ikutan gak? Kalau gak mau gue duluan."

"Gue ikut, tapi naik mobil gue ya perginya!"

"Oke."

****

Pagi ini McDonald's terlihat begitu ramai, meja pun telah penuh di isi oleh pengunjung.

Rahel menghela samar sambil mencari meja kosong, tapi tetap saja tak terlihat. Semua meja telah penuh, beberapa pengunjung yang datang pun memilih untuk memabawa pulang pesanannya.

"Penuh, makan di mana? Antreannya juga panjang banget," ucap Rahel kesal.

"KFC aja gimana?"

"Boleh, yuk!" Rahel segera menggandeng lengan kanan Juna keluar.

Mereka berdua berjalan menuju KFC yang juga berada di satu gedung mall. Rahel mulai memilih meja yang dekat dengan jendela, dan mulai menduduki tempatnya. Menopang dagunya dengan tangan kanan, dan melihat pemandangan melalui jendela besar itu.

Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, pemandangan pagi ini terlihat begitu indah. Hanya saja, banyaknya kendaraan yang berlalu lalang, di tambah dengan asap kendaraan, membuat udara kembali kotor.

"Hel, lo mau pesen apa?" tanya Juna yang masih berdiri di dekat Rahel.

"Apa aja," sahut Rahel tanpa menatap lawan bicaranya.

Juna hanya mendengus, dan melenggang pergi. Meninggalkan Rahel yang asyik dengan dunianya.

Gadis itu mulai merogoh ranselnya, mengambil benda pipih itu, dan segera mengambil beberapa foto dirinya yang tampak cantik. Rahel segera mengunggah hasil fotonya di instagram.

"Cantik banget," ucapnya.

"Biasa aja," sahut Juna sebelum duduk di depan Rahel.

Gadis itu hanya meliriknya sekilas, dan kemudian mengambil foto Juna secepat kilat.

Cowok itu berdecih, menatap datar Rahel dan berkata, "Apus gak?"

"Gak! Ini kenang-kenangan," sahut Rahel sebelum menyimpan kembali ponselnya.

"Rahel gue serius, apus!"

"Enggak!"

Juna menghela panjang, ia tidak mau berdebat. Lebih baik mengalah, dan memulai obrolan baru, "Lo sering bolos di jam pertama ya?"

"Engga, jarang sih. Gue bolos kalau nyokap gak masak doang, kalau masak ya gue gak bolos." Rahel mulai memakan burgernya, dan bergantian meminum pepsi.

"Oh iya, wajah ainun yang waktu nyeberang, sama di mimpi lo sama gak?"

"Cantikan yang semalem, lebih bercahaya. Kalau di mimpi gue dia cantik, tapi gak secantik semalem."

"Selain ainun sama cahaya, apa lagi yang lo liat?"

Rahel terdiam dengan raut muka berpikirnya. Ia mencoba untuk mengingat kejadian kemarin, tentang siapa saja yang di lihat ketika Ainun hendak menyeberang.

"Gak ada, gue cuman liat ainun doang kemarin," sahut Rahel setelah diam beberapa saat.

"Ada anak kecil di sampingnya," ucap Juna datar.

"Ha? Anak kecil? Apa mungkin itu bayinya? Tapi kan hantu gak bisa tumbuh, kenapa janin itu bisa jadi bayi?"

Juna hanya mengangkat bahunya acuh, ia juga tidak tahu hal itu.

"Eh iya, kemarin vito juga tiba-tiba ngilang. Padahal dia bilang kalau gak takut sama ainun," ucap Rahel kesal tanpa menatap Juna.

Juna hanya menatapnya datar, dan kembali memakan burgernya dengan lahap.

"Terus pulang dari sekolah kemarin juga, gue gak ada ketemu sama dia sampai sekarang. Gue heran deh, kenapa dia takut?"

"Dia takut gara-gara gue baca do'a pas manggil ainun kemarin. Gak ada hantu yang tahan sama do'a Hel, mau dia positif ataupun negatif," jelas Juna.

"Ah! Itu sebabnya ya, gue kira kenapa."

"Udah?" tanya Juna.

"Ha? Apanya?"

"Ngomongin vitonya udah selesai?"

****

Gadis itu segera beranjak dari duduknya setelah guru matematika meninggalkan kelasnya. Ia segera mengambil barang-barang berharganya, dan berlari menuju lantai tiga.

Kelas baru untuk melatih otot-otot tubuhnya yang mulai terasa kaku. Rahel sudah siap dengan pakaian renang, dan juga kacamata renang warna hitam miliknya. Ia terlihat begitu ramping, dan juga manis.

Kakinya mulai melangkah maju menuju bibir kolam. Tak menunggu lama, ia segera melompat, dan berenang layaknya puteri duyung.

"Itu Rahel bukan sih Ra?"

Gadis yang berdiri di dekat loker itu mengangguk sambil memperhatikan Rahel yang sedang berenang. Tatapannya begitu tajam, terlihat jelas jika ia tidak menyukai kehadiran Rahel.

"Dia baru di kelas kita?" tanya Hera.

Feli mengangguk samar, ia terus saja memainkan rambut panjangnya.

"Bodo ah! Kita berenang di bagian timur aja, gue gak mau satu kolam sama dia," ucap Hera sebelum melenggang pergi meninggalkan Feli.

"Serius Ra?" teriak Feli sebelum menyusul temannya yang belum jauh.

"Banyak banget yang benci sama gue di sekolah ini," ucap Rahel sebelum naik ke atas.

Rahel berjalan menuju loker, mengambil handuk beserta ponsel, dan juga air mineralnya. Membawa benda-benda itu menuju gazebo yang terletak di dekat kolam.

Ia segera duduk, dan mengecek roomchat-nya yang begitu banyak. Terlalu banyak nomor tak di kenal yang berada di atas, membuat pesan milik orang terdekatnya menjadi tenggelam.

Gadis itu segera membersihkannya, kemudian membuka galeri fotonya. Memperhatikan setiap detail foto milik seseorang yang masih membuatnya bingung.

Di tambah lagi dengan kemampuannya yang membuat Rahel iri. Dia juga ingin membantu, dia juga ingin bisa berbicara dengan bebas tanpa harus takut.

"Vito kemana ya?" gumamnya sambil memperhatikan sekitar kolam.

Rahel menghela samar, meminum air mineralnya hingga habis, dan kembali berjalan menuju loker. Ponsel, dan air mineralnya ia simpan di dalam loker kecil yang di rasa cukup aman.

"Ini loker siapa? Kenapa gak di kunci, atau di tutup sih?" ucap Rahel sambil menutup loker di sampingnya.

Setelah tertutup rapat, Rahel segera pergi menuju toilet yang mulai sepi. Ia segera masuk ke salah satu bilik tengah, dan segera membersihkan badannya, kemudian mengganti pakaian renangnya dengan seragam sekolahnya lagi.

Gadis itu segera membuka pintu, dan kembali berlari menuju loker.

Langkahnya terhenti dengan perlahan, keningnya bertaut dalam. Rahel yakin jika dirinya telah menutup pintu loker itu dengan rapat, tapi pintu itu kembali gerbuka.

Ubin lantai pun terlihat kering. Tak ada siapa pun yang pergi mengunjungi loker tadi, tapi Rahel masih tidak percaya dengan kejadian hari ini.

"Tolongin gue!"

****


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C18
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ