"Papi" gumam Andika. Ia bahagia karena melihat orang yang sejak kemarin ia harapkan akan menolongnya, kini datang di saat yang tepat.
"Andika, bertahanlah. Papi dan orang-orang Papi akan menolongmu" ucap Amurwa. Ia segera mengawasi keadaan.
"Iya, Papi."
Entah bagaimana Amurwa dan teman-temannya bisa masuk. Yang jelas saat ini mereka sedang berjuang untuk mengalahkan orang-orang kuat yang disewa Lusi untuk mempertahankan Andika.
"Kau benar-benar pengecut, Lusi. Aku tidak menyangka kau bisa melakukan ini pada Andika. Anak kandung yang kau buang bahkan sejak dia masih dalam kondisi lemah dan memerlukan asuhanmu."
"Ha ha ha, karena dia anakku. Maka akan seperti itu selamanya aku tidak suka kau menyentuh milikku. Walaupun aku telah membuangnya dulu."
"Bukankah dulu kau menolak kehadirannya? Mengapa sekarang kau sangat menginginkannya? Apakah karena suamimu tidak bisa memberikan keturunan padamu?"
Lusi diam. Ia sama sekali tidak tahu kalau Amurwa mengetahui semua rahasianya.