Padmasari mengangguk. Ia memang tercipta untuk menjadi wanita yang selalu mengiyakan permintaan keluarganya. Tanpa penolakan ataupun perlawanan.
Satu jam kemudian mereka menyudahi kegiatan dan segera membersihkan diri. Setelah subuh berkumandang, mereka melaksanakan tugas menghadap ilahi dengan penuh kekhusukan.
"Istriku memang selalu menjadi yang terbaik. Jazakillah khoir untuk semua yang telah kau lakukan untukku, Sayang."
"Waiyyaka, suamiku sayang. aku mencintai Mas. Dengan segenap jiwa dan ragaku."
"Mas juga. Mencintaimu sepenuh jiwa dan ragaku. Meski malam ini harus dibuat satu ronde dua kegiatan, tapi Mas sudah senang, Sayang. Energi Mas sudah kembali dan hari ini aku berjanji untuk menemukan Andika dan membawanya pulang ke rumah ini."
"Aamiin, semoga Allah memudahkan semua urusan kita, Mas." Padmasari mencium tangan suaminya dan mengajaknya berdiri untuk menuju dapur.
"Mas makan dulu ya. Aku buatkan sarapan. Mas ingin makan apa?"