ดาวน์โหลดแอป
85.41% Sebuah Kebohongan / Chapter 41: 15

บท 41: 15

***

Hikaru bangun di langit langit putih yang terlihat berbeda. Hawa yang terlihat begitu berbeda, menyesakkan dengan aroma obat-obatan dimana-mana.

Dimana dia--?

Hikaru mengambil posisi duduk, melihat ke sekeliling dimana ruangannya begitu kecil, dan Hikaru dipakaikan Infus.

Hikaru mengarahkan tangannya ke arah mata kirinya yang di perban.

Mata kirinya yang sudah tidak ada.

Ternyata semuanya bukanlah mimpi.

Hikari memandang dalam diam, mungkin Hikaru sudah terbiasa dengan semua hal mengejutkan yang terjadi.

Hikaru bahkan tidak bereaksi berlebihan saat mengetahui kalau dirinya ada di rumah sakit. berarti ibunya juga sudah mengetahui tentang kondisinya.

Brak!

Pintu kamarnya di buka.

menampilkan kedua orangtuanya disana, yang memandangnya dengan tatapan merendahkan.

Ibunya datang dan langsung menampar Hikaru, seolah dirinya bersalah.

Benar, memang dirinya yang salah.

"Apa yang kau lakukan Hikaru?"

"Bagaimana bisa kau terjebak dalam pembunuhan seseorang!" bisik ibunya, seolah takut yang lainnya akan tau.

"Dan kau juga cacat!" seru ibunya kali ini dengan nada merendahkan.

Omelan Omelan yang merendahkan dirinya, perkataan yang membuat Hikaru kembali tersudut. Yang membuat Hikaru menjadi orang paling menyedihkan.

Hikaru yang bersalah. Hikaru kembali dalam dunianya yang gelap, dimana ibu nya seperti bayangan hitam disana.

Yang terus memarahi Hikaru tanpa henti, membuat Hikaru tersudut dan mulai mempertanyakan dirinya.

"Apa-apaan dirimu cacat!" seru ibunya membuat Hikaru kembali tersadar.

Ibunya meraih wajah Hikaru dengan kasar, dan menatapnya dengan jijik.

"Bagaimana bisa anak yang ku didik dengan penuh kasih sayang seperti ini, Kau yang bersalah Hikaru...katakan, kenapa kau membalas ibu seperti ini?" tanya ibunya menatapnya dengan tatapan peng-hakiman. sebenarnya siapakah yang bersalah, kasih sayang apa yang kalian berikan selama ini--?

Mendadak Hikaru dipenuhi pertanyaan yang sebelumnya hanya disembunyikan nya dalam semua kebohongan, Semua akan baik-baik saja seperti biasanya.

Apa semuanya memang baik baik saja-?

Hikaru terdiam, merasakan semuanya mendadak menjadi benang kusut.

Hingga Hikaru kini gantian perlahan mencengkram tangan ibunya, hal pertama yang dilakukannya. selama ini Hikaru hanya diam saja, karena menganggap kalau semuanya adalah hal yang wajar dan semuanya adalah karena kasih sayang, namun semakin Hikaru memikirkannya semakin Hikaru tidak mengerti arti dari kasih sayang.

Kasih sayang itu sebenarnya apa-?

"Ibu..aku tidak mengerti, dimana kesalahan ku.." bisik Hikaru menunduk.

Ibunya kesakitan, "Apa yang kau lakukan Hikaru! kau melawan ibu?"

"Sejak kapan aku melawan, Bukankah ini adalah kasih sayang ibu-?" tanya Hikaru seraya memandang ibunya dengan wajah yang sulit di artikan.

"A..apa yang kau lakukan! Tolong, anak ini sudah stress. mungkin karena dia baru saja mengalami cacat, makanya dia mengalami hal seperti ini....!" seru ibunya mulai berteriak-teriak.

Apa yang ibu maksudkan?

Aku stress?

Tidak lama banyak orang yang datang, dan mulai memegangi tangan Hikaru, Hikaru memandangnya ibunya yang perlahan tersenyum sendu dan mulai mengusap kepalanya dengan lembut.

"Kasihan nya anak...ibu, kau sedang kesulitan kan?" seru Ibunya. Apa yang sedang terjadi..? Kenapa disini, seperti dirinya yang melakukan kesalahan-?

Ayahnya hanya menatap dalam diam disana, Hikaru terdiam. hingga semua orang meninggalkan nya, dan Hikaru dengan cepat mendapatkan tamparan hingga membuat Hikaru terjatuh dari kasurnya. Ayahnya disana, yang kini memandangnya dalam wajah diam.

Hikaru berusaha bergerak. Hikaru harus bisa mengatakan semuanya.

"Kenapa Ayah! Ak-"

Plak!

Vas bunga di lemparkan di sebelahnya, dan Hikaru mendadak terdiam.

"Kau sudah bisa melawan ya? kau yang melakukan kesalahan." seru ayahnya menatapnya dengan wajah kosong nya, seolah ayahnya adalah yang benar dan dirinya hanya harus menurutinya.

Hikaru merasakan detak jantungnya seketika berhenti, dan mendadak rasa sakit di matanya kembali lagi. seolah darahnya perlahan menetes, dan segera memenuhi seluruh tubuhnya. membuat semuanya perlahan berwarna merah, ayahnya perlahan menunduk, meraih pecahan vas bunga dengan ibunya yang hanya menatapnya dengan tatapan kesal, merasa kalau Hikaru pantas untuk mendapatkan semua hukumannya.

Karena melawan kasih sayang yang telah mereka berikan, wajah ayahnya yang terlihat begitu menakutkan.

Srek!

"A.."

Plak!

ayahnya menampar Hikaru lagi, hingga membuat bibirnya terasa berdarah.

Srek!

Vas bunga itu di goreskan pada dahinya membuat luka di bagian wajahnya.

"Tidak!" seru Hikaru berusaha melawan, dan mengayunkan tangannya.

Plak! Bruk!

Ayahnya dengan mudah dan tanpa belas kasihan membalasnya, dan membuat tangan Hikaru mengenai dinding membuat luka memar parah.

Ayah nya menarik tangan Hikaru yang kini terinfus. dan hendak menarik jarum infus yang terasa begitu menyakitkan.

Membuat darah keluar dari sana.

dan Hikaru berhenti memberontak.

"Ini sebagai hukumannya Hikaru, kau harus terus mengingatnya.., ini adalah kasih sayang Hikaru...kau harus selalu mengingat, hukuman yang diberikan karena melawan kasih sayang kami.."

"T.. tidak ayah.." bisik Hikaru, merasakan rasa sakit yang perlahan-lahan semakin membuatnya kesakitan, Hikaru tidak bisa bergerak, bahkan bernafas, Wajah ayahnya yang perlahan berubah menjadi bayangan hitam tanpa wujud.

Agar Hikaru bersembunyi dalam kebohongan nya, agar Hikaru bisa bernafas kembali. maka Hikaru harus menyembunyikan semuanya dalam bayangan hitam, agar Hikaru tidak ketakutan lagi, agar Hikaru tidak bisa merasakan rasa kesakitan nya lagi.

Tidak ada yang bisa menyelamatkannya selain dirinya sendiri.

ayah berdiri menepuk kedua tangannya seperti membentuk maha karya.

"Hikaru, kau harus mengingatnya.."

***

Tidak lama para perawat masuk, Hikaru memeluk dirinya yang sendirian pelan gemetaran. Ini bukanlah salahnya, dan Hikaru bisa merasakan samar samar suara ayahnya yang berbicara dan ibu nya yang hanya mendukungnya. Seolah Hikaru lah yang tidak waras, seolah Hikaru yang melakukannya, Hikaru ingin mengatakan sesuatu sebelum melihat bayangan hitam itu tersenyum kepada nya, seolah sedang mengawasi nya.

dan lagi lagi Hikaru hanya bungkam.

Sebenarnya Hikaru itu apa-?

Sebenarnya kasih sayang itu apa-?

Hikaru tidak mengerti apapun. Hikaru bahkan tidak mengerti tentang dirinya sendiri, kenapa Hikaru harus terus menerus bertahan dalam semua kebohongan ini, kebohongan yang memaksa Hikaru terus bersembunyi, dan kehilangan dirinya sendiri.

"Ah, dia mengalami stress karena baru saja mengalami kecelakaan" seru ayah nya sembari tersenyum simpul.

Ibunya menutup kedua matanya, menangis. Padahal ibu mengetahui semuanya, dan menganggap kalau semua ini adalah demi Hikaru.

Demi Kebaikan nya.

"Kasihan sekali anakku. kami akan memberikannya semua kasih sayang, jadi Hikaru akan baik baik saja. " seru ibunya lagi seraya tersenyum tipis.

Nyatanya Hikaru tidak baik baik saja, sebelum Hikaru merasakannya semuanya semakin memudar, oleh suntikan bius yang diberikan padanya.

Kenapa Hikaru harus melaluinya-?

Semua kebohongan ini-?

***


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C41
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ