Hinata kembali tenggelam dalam pekerjaannya. Sebulan lagi pembukaan kantor cabang Perusahaan Uchiha di Konoha akan di resmikan. Berbagai persiapan dilakukan untuk menyambutnya. Hinata bahkan bekerja lembur tiap malam dan bahkan sampai menginap di kantor demi kesuksesan acara itu. Hinata bahkan merasa hanya bertemu Naruto beberapa kali dalam sebulan ini, padahal mereka tinggal dalam satu rumah. Hinata jadi sedikit merasa rindu pada lelaki pirang itu. Yap. Sedikit saja.
Hinata sedang mengawasi penerimaan furniture dan peralatan kantor saat dia melihat seorang lelaki pirang mengenakan seragam perusahaan furniture mengangkat sebuah meja. Tanpa sadar Hinata menghampiri lelaki pirang itu.
"Naruto?" panggil Hinata. Lelaki pirang itu menoleh sambil tersenyum.
"Maaf, tapi nama saya Kotaro, Nona. Bukan Naruto. Anda salah orang." jawab lelaki pirang bernama Kotaro itu lalu melanjutkan pekerjaannya.
"Maaf.." Hinata membungkuk meminta maaf.
Hinata menatap lelaki pirang itu sampai orang itu menghilang di balik pintu. Hinata baru mengalihkan pandangannya saat Sasuke menghampirinya.
"Bagaimana? Apakah semuanya baik-baik saja?" tanya Sasuke.
"Oke Bos. Semuanya sesuai pesanan kita. Mereka bahkan memberi harga diskon untuk kita. Saya rasa sebaiknya kita memakai mereka sebagai supplier tetap Perusahaan Uchiha." jelas Hinata.
"Bukan itu. Yang aku maksud adalah dirimu Hinata. Kalau kau lelah kau boleh mengambil cuti beberapa hari." kata Sasuke. Dia menatap wajah anak Hinata yang terlihat lelah.
"Tidak. Aku tidak apa-apa. Oya. Maaf. Waktu itu saya mengganggu saat Bos dan Nona Haruno.. Mmm.." Hinata tidak bisa meneruskan ucapnya. Hinata menunduk malu dengan wajah memerah.
"Kami yang harus minta maaf. Kami pasti sangat mengagetkanmu waktu itu. Kami benar-benar minta maaf padamu Hinata.", Sasuke meminta maaf dengan wajah memerah.
Hinata yakin bosnya itu sangat malu padanya kepergok sedang bercinta di kantor, walaupun sebenarnya sudah di luar jam kerja.
"Tidak Bos. Seharusnya saya yang minta maaf. Maaf atas kelancangan dan ketidak sopanan saya. Seharusnya saya mengetuk pintu dulu sebelum masuk." ucap Hinata sambil membungkuk untuk meminta maaf.
"Sudahlah Hinata. Kenapa kau jadi bersikap formal begitu. Bersikaplah santai seperti biasa." Sasuke jadi merasa aneh dengan sikap Hinata.
"Maaf Bos. Sepertinya saya harus berusaha menjaga sikap mulai sekarang. Sebentar lagi Bos akan jadi pemimpin perusahaan Uchiha tertinggi di Kota Konoha ini. Saya tidak mau orang-orang bersikap tidak hormat pada Anda, Bos." jelas Hinata. Sasuke menghela nafas.
"Terserah kau saja." ucap Sasuke pasrah.
"Oya Bos. Sudah berapa lama Boss dan Nona Haruno... mm.. Anu.. Mmm.." Hinata ingin berkata pacaran tapi merasa tidak enak hati dan kurang sopan. Lagipula itu adalah urusan Pribadi bosnya. Sasuke tersenyum.
"Kami sebenarnya sudah di jodohkan sejak kecil. Ayah menyuruhku mengurusi cabang di kota ini agar kami lebih dekat. Sebentar lagi kami akan segera tunangan.", kata Sasuke malu-malu.
"Kalau begitu selamat Bos. Saya ikut bahagia untuk Bos." Hinata menjabat tangan Sasuke sebagai ucapan selamat.
Sasuke menyambut tangan Hinata dan berterima kasih. Hinata tersenyum melihat bosnya itu terlihat lega dan bahagia. Bosnya sudah menemukan kebahagiaannya. Akankah dirinya juga bisa bahagia?
"Suatu saat, aku akan membangun rumahku di sini. Apa kau suka pantai Hinata? Karena aku ingin tinggal di rumahku bersama denganmu Hinata."
Ucapan Naruto saat mereka di pantai kembali terngiang di telinga Hinata. Hinata merasa sangat tersanjung dengan ucapan Naruto itu. Tapi Hinata masih ragu pada perasaan Naruto padanya. Naruto itu playboy, wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang atletis dan seksi membuat Naruto bisa menjerat wanita mana pun yang dia inginkan. Apakah mungkin Naruto benar-benar menyukai gadis biasa seperti dirinya? Hinata masih belum bisa mempercayainya.
Setelah persiapan yang melelahkan, akhirnya hari ini Perusahaan Uchiha cabang Kota Konoha resmi di buka. Grand opening Perusahaan Uchiha, salah satu perusahaan elektronik terbesar Jepang itu diselenggarakan dengan sangat mewah dan megah. Banyak pejabat dan selebritis turut hadir memenuhi undangan perusahaan elit itu. Hinata melihat suasana pesta itu dengan sangat puas. Tidak sia-sia usaha dan kerja kerasnya terutama sebulan terkhir ini.
"Acara yang sangat luar biasa. Terima kasih Hinata, kau benar-benar bisa diandalkan." tiba-tiba Fugaku Uchiha, ayah Sasuke yang juga pemimpin nomer satu Uchiha Corp. menghampiri Hinata lalu menyalaminya. Hinata kaget dan tidak percaya mendapat apresiasi begitu besar dari Dirut Uchiha Corp seperti itu.
"Terima kasih Tuan Uchiha. Saya hanya berusaha menjalankan tugas saya dengan baik.", jawab Hinata malu-malu.
"Kau gadis yang baik dan cerdas. Aku senang Sasuke punya kau yang membantunya. Aku jadi tenang. Tetaplah awasi anakku itu. Aku mengandalkanmu." Fugaku membelai rambut Hinata lembut lalu pergi menemui para tamu.
"Jadi ini benar kamu Hinata?" sebuah suara membuat Hinata menoleh. Hinata kaget melihat sosok pemuda tampan berambut hitam bermata coklat dari masa lalunya berdiri di depannya. Hinata mengerjapkan matanya tidak percaya.
"Utakata? Kenapa kau bisa ada di sini?", tanya Hinata curiga.
"Aku adalah tamu undangan di pesta ini. Apa kau tidak tau bahwa aku adalah salah satu teman Sakura. Kenapa? Kau tidak suka melihatku di sini?
Apa kau masih marah padaku masalah waktu itu?" Utakata melihat Hinata dengan ekspresi merendahkan.
"Atau jangan-jangan kau masih menyimpan perasaan padaku? Move on Hinata. Jangan jadi orang yang picik yang terjebak di masa lalu." ejek Utakata.
Hinata menatap Utakata dengan perasaan marah. Wajah Hinata memerah, tangannya mengepal kuat dan tubuhnya gemetar menahan emosinya yang hampir meledak. Ingin rasanya Hinata menampar lelaki di depannya itu, tapi tentu saja dia tidak bisa melakukannya. Hinata tidak mau mengacaukan acara resmi pertama Perusahaan Uchiha di Konoha.
"Semoga kau menikmati pestanya Tuan Utakata." ucap Hinata sopan lalu berbalik dan bermaksud untuk istirahat sebentar di ruangannya. Kedatangan Utakata langsung membuat Hinata merasa sangat kesal dan lelah. Kepalanya juga tiba-tiba terasa sakit.
"Moegi, aku istirahat sebentar di ruanganku. Tolong gantikan aku ya. Kalau ada yang mencariku, bilang aku ada di ruanganku" pamit Hinata pada gadis berambut orens bermata biru gelap yang baru beberapa minggu ini jadi asistennya.
"Baik Nona Hinata." Gadis itu mengangguk patuh lalu segera berdiri di tempat penyambutan tamu menggantikan Hinata.
Hinata memasuki ruangnya lalu merebahkan tubuhnya yang sangat lelah ke sofa. Gadis itu memejamkan mata sambil memijit pelipisnya pelan, mengurangi rasa pusingnya tapi suara pintu tertutup membuat Hinata terkejut. Hinata langsung membuka matanya. Dia kaget melihat Utakata sudah ada di dalam ruangannya. Hinata segera berdiri.
"Aku dengar dari Sakura kau masih belum punya pacar sampai saat ini. Jadi kau ini masih belum laku juga yaa?" Utakata menghampiri Hinata.
"Bagaimana kau bisa ada di sini?!" teriak Hinata sambil mundur menjauhi pria itu.
"Aahh!" Hinata menjerit saat Utakata tiba-tiba mendorong tubuh Hinata hingga jatuh terbanting di sofa lalu menindihnya.
"Mmm!" Hinata berusaha berteriak tapi Utakata membungkan Hinata dengan telapak tangannya.
Hinata berusaha memberontak tapi tubuhnya yang mungil tidak bisa melawan kekuatan seorang lelaki seperti Utakata saat pria itu memaksakan ciumannya di bibirnya sambil membuka blus putih Hinata dengan kasar hingga robek dan beberapa kancingnya terlempar ke segala arah. Hinata berusaha meronta dan menangis.
"Sshh.. Kenapa kau bereaksi berlebihan begini? Jangan-jangan kau juga masih perawan?" tanya Utakata sambil menatap wajah dan tubuh Hinata.
Hinata merinding melihat tatapan Utakata yang terasa seperti ingin memakannya hidup-hidup. Apalagi saat tangan pria itu menyingkap branya lalu meraba dadanya. Hinata berusaha melepaskan dirinya dengan meronta, tapi Utakata benar-benar membuatnya tidak bisa berkutik.
"Ternyata kau cukup cantik dan.. seksi. Aku hampir menyesal telah menolakmu dulu." Utakata meremas payudara besar Hinata dengan kuat membuat gadis itu menggeliat kesakitan.
"Kau mau aku mencumbumu agar kau juga bisa merasakan surga dunia Hinata? " ucapan tidak pantas keluar dari mulut Utakata.
Hinata menatap Utakata dengan amarah yang memenuhi dirinya. Bagaimana mungkin dirinya pernah menyukai lelaki yang ternyata sangat tidak bermoral ini. Dan lebih parahnya lagi lelaki itu kini sudah menguasai dirinya. Air mata Hinata mengalir deras membasahi wajahnya. Hinata memejamkan matanya erat, tidak mau melihat wajah lelaki yang akan segera menghancurkan dirinya.
"BRUAKK! DUAGH! Aack!!"
Hinata mendengar suara benda terjatuh dengan keras dan suara pukulan lalu teriakan kesakitan. Lalu bersamaan dengan itu dia merasa tubuhnya bebas. Saat membuka matanya Hinata kaget melihat Utakata sudah terkapar di lantai dengan darah mengalir di sudut bibirnya. Di depannya Naruto berdiri dengan wajah memerah karena sangat marah.
"Mau mencumbu Hinata kau bilang!? Merasakan surga dunia kau bilang?! Aku akan membuatmu merasakan neraka sebelum kau menyentuh Hinata!?" teriak Naruto murka.
Naruto menarik kerah jas Utakata hingga lelaki itu berdiri lalu memukul wajah lelaki itu sekuat tenaga hingga tubuh jangkung Utakata terlempar sampai ke luar pintu ruang kerja Hinata dan tidak bangun lagi. Lelaki itu pingsan. Naruto menghampiri Hinata sambil melepaskan jas putihnya lalu menutupkannya ketubuh Hinata.
"Ada apa ini? Utakata? Kenapa dia? "
Tiba-tiba Sakura datang dan langsung menghampiri tubuh Utakata yang masih terkapar pingsan di lantai.
"Pria itu telah mencoba menodai Hinata!! " teriak Naruto marah.
Sakura melotot kaget lalu dengan terburu-buru masuk ke ruang Hinata. Sakura sangat kaget melihat Hinata yang terlihat sangat berantakan dengan wajah penuh air mata.
"Ya Tuhan! Hinata! Aku minta maaf." Sakura memeluk Hinata erat.
"Aku tidak menyangka Utakata ternyata lelaki yang sangat brengsek! Tau begini aku tidak sudi mengundang artis murahan itu kesini!!" teriak Sakura marah.
Para petugas keamanan segera berdatangan mendengar keributan itu dan langsung mengerumuni tubuh Utakata.
"Bawa orang itu keluar sebelum aku membunuhnya!" teriak Naruto kalap.
Para satpam menatap Hinata meminta perintah yang dijawab Hinata dengan anggukan. Para satpam segera menyeret tubuh Utakata keluar.
"Trimakasih Naruto." ucap Hinata yang sudah berganti pakaian dan merapikan dirinya.
"Siapa orang itu?! Kenapa dia berani menghinamu seperti itu? ", tanya Naruto pada Hinata.
"Maaf.. Dia temanku saat SMA. Aku pikir dia bisa jadi ikon produk dari proyek bersama itu karena dia sedang populer. Tapi aku tidak tahu ternyata dia brengsek. Aku sangat menyesal." ucap Sakura sambil menunduk.
"Tapi dari cara bicaranya dia seperti mengenal Hinata. " ucap Naruto sambil menatap Hinata.
"Dia hanya bagian dari masa lalu." jawab Hinata.
"Ternyata kau sudah punya pengawal di sini. Jadi aku tidak perlu mencemaskanmu lagi." Hinata terkejut mendengar suara yang sangat dia rindukan.
"Neji-niisan!" Hinata berlari menghambur ke arah seorang lelaki tampan berkulit putih dan berambut hitam panjang yang diikat ujungnya. Mereka berpelukan erat selama beberapa menit. Hinata tampak bermanja-manja pada Neji.
Naruto melotot melihat Hinata memeluk seorang pria tampan di depan matanya. Naruto cemburu berat melihat Hinata bergelayut manja pada pria itu.
"Apa kabarmu Hinata-chan?" tanya Neji sambil membelai rambut panjang Hinata.
"Aku baik. Aku kangen niichan." Hinata terus memeluk lengan kakaknya.
"Ehem!" Naruto berdehem keras membuat Hinata dan Neji menoleh ke arahnya. Naruto menatap kedua bersaudara itu dengan tatapan kesal.
"Ada yang cemburu rupanya." Neji tertawa geli melihat sikap Naruto. Neji melepaskan tangan Hinata dari lengannya lalu menghampiri Naruto.
"Aku Hyuga Neji, kakaknya Hinata." Neji mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Naruto menyambutnya sambil tersenyum salah tingkah karena sudah salah sangka dan cemburu pada kakak Hinata.
"Namikaze Naruto." jawab Naruto singkat.
"Pukulanmu kuat juga. Kau dari dojo mana?" tanya Neji.
"Dojo?" Naruto hanya menatap Neji bingung.
"Kakakku tanya kau tergabung di mana?" Hinata ikut menjelaskan.
"Aku? Aku dari unit bedah Rumah sakit Namikaze." jawab Naruto mantab.
"Jadi kau ini seorang dokter?" Neji langsung tanggap.
"Kau dokter sekaligus atlet ya? Hebat sekali." puji Neji. Hinata memutar bola matanya.
"Dia tidak hanya hebat dalam hal itu, Niisan. Masih ada hal lainnya." Hal-hal mesum, kata Hinata dalam hatinya. Naruto mendelik marah pada Hinata. Tapi sesaat kemudian Naruto tersenyum. Naruto menatap Neji dengan wajah serius.
"Sebenarnya saya mencintai Hinata dan ingin menikah dengannya. Semoga Neji-niisama mau merestui saya." ucap Naruto bersungguh-sungguh.
Hinata melotot karena terlalu kaget mendengar lamaran yang diucapkan Naruto. Neji terlihat kaget sesaat lalu tersenyum.
"Aku tidak keberatan bila Hinata juga setuju." jawab Neji diplomatis.
Neji dan Naruto lalu menatap Hinata. Hinata tersentak menerima sorot mata yang seakan menuntut jawabannya dari kedua lelaki tampan di depannya.
"Aku.. Aku bingung.." jawab Hinata gugup.
"Kenapa Hinata? Bukankah kau juga menyukai Naruto-san?" Tiba-tiba Sasuke muncul dan ikut menatap Hinata sambil tersenyum.
"Boss! Apa yang kau katakan?", Hinata mendelik pada bossnya.
"Waktu itu kau sampai salah mengenali pria pirang dari perusahaan furniture sebagai Naruto-san, iya kan?" Sasuke membuka rahasia Hinata.
"Boss.." Wajah Hinata memerah.
Neji terbelalak kaget, sedangkan Naruto tersenyum bahagia. Dia lalu berjongkok di hadapan Hinata dan meraih kedua tangan Hinata.
"Apa yang harus aku lakukan agar kau bersedia menerimaku Hinata?" tanya Naruto penuh harap.
— ตอนใหม่กำลังมาในเร็วๆ นี้ — เขียนรีวิว