Farisha dan Vania tergeletak lemas di atas tempat tidur setelah melakukan semuanya. Keduanya merasa kelelahan setelah percintaan panas itu. Dengan nafas ngos-ngosan dan senyuman kepuasan yang teramat. Keduanya saling memandang satu sama lain.
"Hehehe ... bagaimana, Farisha? Apakah kamu sudah puas?" tanya Vania. Tersenyum senang lalu mengusap rambut wanita di depannya. "Kalau kamu mau menurut padaku, aku bisa membuat kamu menikmati lagi dan lagi. Untungnya kamu tidak diapa-apain oleh lelaki buruk itu."
"Kan sudah aku katakan, Vania. Aku dan dia hanya pura-pura menikah saja. Aku hanya mencintai kamu saja, Sayanguhh ... kenapa kamu tidak mengerti aku? Mending aku menikah dengan dia daripada dengan lelaki lain. Dia bukan brengsek seperti orang lain."