Kini, kedua orang tua Leony telah dimakamkan di pemakaman umum. Makam kedua orang tuanya saling bersebelahan. Polisi pun sudah berhasil menyelidiki bahwa rumah mereka memang sengaja dibakar. Terdapat sebuah botol minyak tanah, yang letaknya tak jauh dari peristiwa kebakaran tersebut.
Leony pun berpikir keras. Siapakah dalang di balik ini semua, yang telah mengakibatkan kedua orang tuanya telah tiada. Wanita itu akan mencari tahu mulai dari sekarang.
Para warga yang berkunjung ke pemakaman pun masing-masing telah membubarkan diri. Kini, hanya tersisa Leony saja yang ada di tanah pusara kedua orang tuanya.
"Ayah, Ibu, aku janji bakalan mencari tahu siapa pelakunya yang membuat kalian telah tiada," ujarnya sambil terisak.
Tangisan Leony sampai sekarang tak bisa berhenti. Air mata turun dengan deras membasahi pipi mulusnya. Ia tak peduli lagi, kalau kantong matanya sudah membesar, wajah pun terlihat layu.
Wanita berusia dua puluh tiga tahun itu berjanji untuk menemukan siapa pelakunya. Leony tak rela, kalau pelakunya masih berkeliaran di luaran sana dengan santai. Ia akan membalas kematian kedua orang tuanya.
Setelah ini, Leony tak tahu lagi harus berkelana ke mana. Rumahnya habis dan tak bersisa apa-apa lagi. Hidupnya tinggal sebatang kara saja, tanpa ada yang menemani. Terpaksa mulai sekarang, Leony akan memenuhi semua kehidupannya dengan kerja keras sendiri.
Baju tidur yang melekat di tubuhnya sekarang pun, hanya satu-satunya yang tersisa. Tak ada lagi, pakaian yang ada karena telah terbakar akibat peristiwa kebakaran itu.
Rambut Leony mulai acak-acakan, tak beraturan. Wajah pun terlihat kusam, seperti orang yang tak bisa merawat diri sendiri.
"Setelah ini, aku harus pergi ke mana, Yah, Bu? Aku gak tau harus pergi ke mana."
Tak ada sanak keluarga yang berada di kota ini. Mereka semua terpisah jauh. Leony pun tak punya biaya untuk pergi menemui sanak keluarga yang jauh di sana. Ia pun hanya bisa pasrah dengan keadaan sekarang. Mungkin, Tuhan telah menyiapkan sebuah rencana yang indah untuknya di masa depan.
Leony mulai menghapus bulir-bulir air di sudut matanya. Ia pun beranjak dari pemakaman ini dan meninggalkan kedua orang tuanya. Mungkin setelah ini, Leony akan tidur di emperan jalan, seperti layaknya seorang gelandangan yang tak punya hunian.
***
"Hai."
Sapa seseorang yang telah mengganggu kenyamanan tidurnya. Leony pun memandang ke arah orang itu dengan seksama.
"Sedang apa kamu tidur di bawah pohon begini?" tanyanya lagi.
"Anda siapa?" tanya Leony dengan sopan dan tengah memandang wanita dewasa yang berada di depannya.
"Perkenalkan namaku Mira. Panggil aja Mami Mira," ujar orang itu sambil mengulurkan tangan ke arah Leony.
"Leony."
"Kamu cantik loh. Bentuk badanmu juga oke," pujinya.
Leony merasa agak sedikit sungkan padanya. Baru pertama kali kenal, wanita itu sudah memuji bentuk fisiknya seperti ini.
"Oh, ya, kamu sudah punya pekerjaan atau belum?" tanya Mira lagi.
"Belum. Saya baru saja dapat sebuah musibah," ujar Leony sambil tersenyum kecil. "Kedua orang tua saya telah meninggal dunia."
"Ya Tuhan, aku turut berdukacita."
Obrolan mereka berdua terus berlanjut. Mira pun terus bertanya-tanya perihal Leony. Bagi Mira, Leony sangat menarik perhatiannya.
"Kerja bersamaku, mau? Aku berani jamin, kamu pasti akan dapat uang yang banyak dan berlimpah."
Mira masih berusaha untuk terus membujuk Leony agar mau kerja bersama dengannya.
"Kerja apa, ya, kalau boleh tau?" tanya Leony lagi.
"Enak kok kerjaannya, serius deh," balasnya lagi. "Kamu santai-santai aja ntar."
Leony jadi tertarik dengan pekerjaan ini, tapi ia masih belum jelas akan bekerja sebagai apa. Mira pun tak memberitahunya dengan rinci. Namun, wanita itu telah berjanji untuk memberinya sebuah pekerjaan yang menjanjikan.
Leony masih ragu untuk mengiyakan tawaran dari Mira ini. Namun, apa boleh buat? Sekarang dirinya memang tak punya tempat tinggal lagi dan hanya hidup sebatang kara. Dengan pekerjaan ini, Leony bisa menghidupi dirinya sendiri.
"Gimana? Kamu mau atau gak? Kalau nggak, tawaran kerjaan ini bakalan aku oper sama yang lain loh."
"Ba–baiklah. Saya mau kok kerja sama Mami."
Akhirnya, Leony setuju juga bekerja sama dengan Mira. Mira terlihat sangat senang sekali.
"Aku yakin, kamu pasti bakalan dapat uang yang banyak dari ini," ujar Mira yang lagi-lagi meyakinkan Leony akan hal ini.
Selanjutnya, Mira akan mengajak Leony untuk ke tempat kerjanya. Ia mempersilakan Leony agar masuk ke dalam mobil.
Mira melirik sekilas ke arah Leony. Wanita yang ada di sebelahnya saat ini memang terlihat sangat cantik dan juga bentuk badannya yang tinggi semampai. Ia yakin, kalau bekerja sama dengan Leony akan menghasilkan uang yang berlimpah.
Sang sopir mulai mengemudikan mobil dan menuju ke tempat tujuan. Mira sudah tak sabar lagi, ingin mengenalkan pekerjaannya ini pada Leony.
"Oh, ya, kalau udah sampai nanti, kamu harus ganti baju yang cantik ya, jangan pake baju yang kumuh gini," ujar Mira.
Leony mengangguk dan mengiyakan ucapannya. Membuat Mira tambah merasa senang karena telah mendapatkan incarannya. Ia yakin, bisnis ini akan tambah maju kalau ada Leony.
Wanita berparas cantik itu hanya diam saja. Sambil memandang ke arah ruas jalan.
'Sebentar lagi, kamu akan jadi kesayangan semua pria-pria langgananku.'
***
Alhasil, mobil yang mereka tumpangi telah berhenti. Mira berkata bahwa mereka sudah sampai di tujuan. Wanita kisaran empat puluh tahunan itu, mengajak Leony untuk turun dari mobil.
"Ayo, turun."
Sekilas, Leony menatap ke sebuah gedung di depannya saat ini. Tak ada yang mencurigakan sama sekali. Mira pun meraih tangannya dan mengajaknya untuk masuk ke dalam.
Namun, saat semakin masuk ke dalam ruangan, lampu yang semula bersinar terang benderang jadi remang-remang. Membuat Leony jadi panik seketika.
"Ini kamarmu," ucap Mira.
"Tempat apa ini?"
Di depan kamar Leony, ada dua orang pria berbadan kekar. Mira memberi kode kerlingan mata pada dua pria tersebut untuk membawa Leony masuk ke dalam kamar.
Salah satu pria berbadan kekar itu mulai menarik tangan Leony dengan paksa. Hingga, membuatnya jadi berontak dan tak mau masuk ke dalam kamar itu.
"Mami, ini tempat apa sebenarnya? Aku gak mau masuk ke dalam kamar itu!"
"Cepat, masuk! Perintahku jangan pernah kamu bantah, ya!"
Leony mendadak jadi ketakutan. Mira yang semula sangat baik padanya, sekarang jadi berubah drastis. Wanita itu bahkan telah membentaknya dengan kasar.
Kedua pria itu mematuhi perintah Mira. Mereka membawa Leony masuk ke kamar dengan paksa. Tubuh Leony didorong paksa hingga jatuh ke lantai.
"Sebentar lagi, akan ada dua orang perias yang masuk ke kamar kamu. Siap-siap nanti, ya. Pake baju yang cantik."
"Mami kok gini sama aku?" Leony menangis ketakutan. Entah apa yang akan dilakukan Mira padanya. Mira dan kedua pria tersebut melangkah ke luar dan mengurung Leony di dalam kamar.