ดาวน์โหลดแอป
57.44% Sayap Hitam / Chapter 27: Ingin Tahu 2

บท 27: Ingin Tahu 2

Ravi terkejut dengan pergerakan Raymond yang bangkit duduk sehingga Ravi sekarang berada di pangkuannya. "Ravi, bisakah aku mencium Ravi banyak-banyak."

Hah?

"Tidak ada ciuman lagi di antara kita, apakah kamu tahu apa yang kita lakukan ini adalah tidak normal?"

Raymond meletakkan keningnya pada pangkal lehernya dan Ravi merasa lebih malu ketika Raymond dengan terang-terangan tengah mengendusnya.

Beberapa jam yang lalu dia ditampar oleh Ravi anggap kakaknya kemudian kabur dari rumah, lalu sekarang dia benar-benar tanpa sehelai benang berada di atas pangkuan Raymond.

"Ravi... Bisakah aku mencium Ravi lagi?" Raymond kembali bertanya mengangkat wajahnya untuk melihat Ravi hingga hidung mereka hampir bersentuhan. Ravi bergidik dengan kedekatan ini, melihat mata Raymond dari dekat membuat dia mengakui keindahannya sekali lagi.

"Ini terakhir." Ravi menemukan dirinya mengatakan itu pada Raymond, lagi dia tidak bisa menolak rengekan yang dibuat oleh Raymond untuknya. Raymond dengan gerakkan cepatnya langsung menyambut bibir Ravi kembali, menyebabkan Ravi sendiri kewalahan.

"Cukup. Aku tidak bisa bernapas." Ravi mendorong wajah Raymond menjauh. Dia melihat ekspresi Raymond yang kecewa dan sepertinya hendak meminta lagi sebuah ciuman, jika Ravi tidak menolaknya lebih cepat. "Tidak, Raymond. Kita bahkan belum ke bagian utama."

"Apa itu Ravi?" Raymond tampaknya melupakan tujuan sebelumnya.

"Kamu berbaring. Aku akan melakukannya." Ravi sendiri tidak percaya bahwa dia akan melakukan hal dewasa seperti ini untuk pertama kalinya kepada sesama pria, berbeda dengan tujuan Raymond sebelumnya yang akan melakukan hal ini dengan seorang wanita yang akan dia temui di club.

Raymond berbaring, mata mereka tidak terputus sedikit pun. Sementara Ravi memantapkan apa yang akan dia lakukan selanjutnya, tangan Raymond justru telah melingkar pada pinggul Ravi sepenuhnya. Ravi bergumam pada dirinya sendiri. "Sebenarnya apa yang aku lakukan."

"Aku juga tidak tahu Ravi, tetapi aku ingin mencium Ravi lagi?"

Apa-apaan? Bahkan bibir Ravi sendiri sekarang terasa kebas.

"Tidak." Ravi menjawab cepat tengah memposisikan tubuhnya. Dia pikir itu tidak akan bisa muat, mungkin saja akan membelah dirinya menjadi dua.

"Ravi, aku ingin mencium itu." Raymond menunjuk lehernya dan Ravi bertanya-tanya apakah Raymond tidak menyadari apa yang tengah coba Ravi lakukan sekarang. "Ravi..."

Cengkeraman pada pinggul Ravi semakin erat tatkala Ravi mulai memasukkannya dengan sangat perlahan. "Milikmu, itu... Mungkin tidak akan muat."

Ravi mencoba untuk membatalkan semua ini, tetapi tampaknya Raymond enggan ketika dia justru menyentak Ravi hingga dia terpekik karena terkejut.

Napasnya seolah di tarik paksa dari rongganya ketika benda itu sekarang benar-benar telah berada di dalam dirinya, jauh ke dalam. Ravi membiarkan sejenak untuk tidak bergerak agar membiasakan diri, tetapi tampaknya Raymond tidak bisa diam walau sejenak. "Ravi, aku mengira bahwa aku harus bergerak?"

Ravi tidak berusaha menjawab, rasa malunya lebih mendominasi, tetapi dia dengan perlahan mulai bergerak pelan untuk menghalau rasa sakitnya perlahan. "Jangan lakukan apapun."

"Ravi, aku... Ini luar biasa." Tangan Raymond melemas di pinggangnya, gerakan mulai menjadi cepat bersamaan dengan Ravi yang menyingkirkan rasa malu ke belakang pikirannya. "Ravi..."

Tidak tahu sudah seberapa banyak Raymond memanggil namanya, yang ingin Ravi lakukan sekarang hanya ingin menutup mulutnya dan menghentikan itu. "Jangan sebut namaku."

Ravi terus bergerak, lututnya tertancap lebih dalam ke kasur sementara Raymond bergerak-gerak mengikuti. Mata Raymond menatap Ravi dengan memohon dan Ravi tahu apa yang pria itu inginkan darinya.

Tangan Ravi menekan dada Raymond dan dalam gerakan cepat dia menyikap ke atas baju yang melekat pada pria itu sehingga mengungkap tato alami dengan nama Ravi terukir di sana. Ravi meletakkan jemarinya fia atas sana yang langsung di sambut sebuah suara erangan keluar dari bibir Raymond. "Ravi... Ravi sesuatu hendak keluar dari sana."

Raymond berkata terengah-engah, tangannya mengambang hendak meraih Ravi, tetapi Ravi tidak menanggapi ucapannya dan terus bergerak. Perasaan dan juga rasa aneh yang menjalar ke sekujur tubuhnya membuat Ravi seperti hampir kehilangan akal dan seolah hendak meledak dari porosnya, ditambah lagi tembakan aroma yang menguar pekat menyelubungi Ravi erat.

Dia sampai.

Ravi mengerang saat Raymond menembakkan cairannya jauh ke dalam bersamaan dengan miliknya yang mengotori perut Raymond.

Ravi terengah-engah tumbang di tepat di sebelah Raymond. "Ravi... Jangan mati."

Ravi bahkan tidak memiliki tenaga untuk berdecak menanggapi perkataan Raymond yang sembarangan. Ravi melihat Raymond yang bergerak menyamping, miliknya menyentuh milik Ravi sendiri menciptakan geliat tidak nyaman pada Ravi apalagi Raymond apakah dia sadar atau tidak justru menggesek-gesekkannya di antara kaki Ravi.

Tanpa bertanya padanya tangan Raymond telah mendarat di atas wajah Ravi hingga mata mereka saling bertatap dalam jarak yang sangat dekat. Ravi sendiri hanya menggeser sedikit saja kepalanya, maka dia bisa meraih bibir Raymond sekarang. "Ravi, itu luar biasa di dalam Ravi. Apakah aku boleh mencobanya lagi?"

Lagi dia bilang?

Tubuh Ravi seolah terbelah menjadi dua karena 'milik' Raymond yang besar itu dan pria ini mengatakan ingin melakukannya lagi?

"Tidak."

"Mengapa?"

Kerutan di atas alis Ravi semakin dalam saat Raymond menekan Ravi mendekat dengan memeluk Ravi erat-erat padanya. Bahkan dengan berani Raymond mengangkat salah satu kaki Ravi ke atasnya. "Apa yang kamu lakukan Raymond? Aku mengatakan tidak."

"Ravi aku ingin lagi. Bisakah?" Lagi-lagi Raymond merengek menggoyang-goyang tubuh Ravi, apakah Raymond bahkan tahu bahwa ini adalah pengalaman pertama Ravi dan sangat melelahkan juga sakit hingga ke pinggangnya?

Rambut Raymond yang berantakan serta wajah pria itu yang memerah menatap Ravi dengan matanya yang bahkan lebih cerah lagi dengan penuh keinginan yang kuat. Ravi merasakan jari-jari Raymond menelusup masuk ke dalam setiap helai rambut Ravi dan mengacak-acak pelan di sana. Napas mereka beradu kemudian bersatu dengan kabut napsu yang menyelubungi. Pengalaman pertama Ravi dengan seseorang terasa aneh di luar perkiraannya, tetapi dia pun harus mengakui bahwa ini sebenarnya tidaklah buruk ketika dia berakhir bersama Raymond.

Pria setengah manusia itu tampaknya akan memberikan dan melakukan apapun yang Ravi inginkan dengan senang hati, melindungi Ravi di sisinya serta sekarang Raymond menjadi satu-satunya orang yang bersama Ravi sekarang. Ravi mempercayainya dan dia berharap bahwa Raymond tidak mengingkari kepercayaannya.

Ravi memajukan wajahnya hingga dia menangkap bibir Raymond yang tampak menegang dengan langkah cepat Ravi ambil. Ravi akan terbiasa dengan ini ketika dia melumatnya serta mengigit bibir Raymond dengan gemas karena pria ini hanya diam terperangah.

Ravi menarik kepalanya, tangannya bergerak menangkup pipi Raymond yang terdiam tidak mengatakan apapun atau pria ini kehilangan kata-katanya sendiri. Ravi berbisik tepat di atas bibir Raymond sambil menepuk-nepuk pipinya pelan. "Tidak, Raymond. Kita akan melakukannya lain kali, aku lelah. Mari kita tidur."


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C27
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ