"Para orang tua juga bantu ngurus segala macam persiapan pernikahan kok. Ibu dan Mamahnya Naka kompak banget dan antusias malah."
Jadi yang perlu kalian lakuin cuma nurut aja saat para ibu menyuruh melakukan sesuatu yang tidak bisa mereka lakukan, seperti memilih kebaya pernikahan misal." Ayah tersenyum, mengusap kepala putrinya sayang.
"Udah makan?"
"Sana mandi dulu, terus makan. Kamu udah ngga sarapan, jangan sampe makan siang juga lewat. Nanti sore kita keluar jalan-jalan. Oke?"
Zea tak menjawab. Tapi ayahnya menganggap diamnya gadis itu sebagai persetujuan.
Jadi dia hanya tersenyum, mencubit pipi anak gadisnya itu lalu bangkit melangkah keluar kamar.
Gadis itu menghela napas setelah pintu kembali ditutup dari luar.
Dilampiaskan rasa frustasinya dengan menjambak rambutnya sendiri sambil merengek.
"Tauk ah! Bodoamat!" dia menyingkap selimut kasar, lalu melangkah keluar sambil mengikat rambutnya asal jadi satu.
***