ดาวน์โหลดแอป
3.92% Mirror Seizes The Soul / Chapter 12: Buku Dokumentasi

บท 12: Buku Dokumentasi

Kejadian aneh yang dilihatnya langsung di depan mata membuat Alex menakikkan sebelah alisnya, kini ia malah di usir dari rumah Nada dengan alasan ibu-nya yang akan segera pulang.

"Di tanya, gak di jawab, tiba-tiba aku di suruh pulang gitu aja."

Berjalan memasuki halaman rumah, ia melihat mobilnya yang sudah menghilang dari tempat awal ia meninggalkannya. Menolehkan kepala ke arah garasi yang terbuka, ternyata mobilnya sudah dalam keadaan kering dan bersih di sana.

Tidak perlu khawatir lagi, ia melangkahkan kaki masuk ke rumah sambil mengucakpan salam. "Bu, Ibu!" panggilnya.

Rumah Alex yang tergolong cukup besar ini terlihat asri, berbeda sekali dengan rumah Nada yang hawanya terasa sangat mencekam.

Sebelumnya, rumah itu kosong dan setiap ada yang menghuni, pasti tidak akan ada yang pernah bertahan lama.

"Iya, sayang.."

Hadirlah sosok wanita setengah baya yang masih terlihat cantik, menghampiri Alex dengan daster yang melekat di tubuhnya.

"Alex mau tanya sesuatu, tapi kita ke perpustakaan rumah dulu, gimana?" tanyanya dengan nada serius, ia menunggu jawaban dari wanita yang kini berara tepat di hadapannya.

Mendengar nada bicara Alex yang terdengar serius, sebagai orang tua tentu saja tau kalau sang anak ingin membicarakan sesuatu yang penting.

Namanya Olivia, wanita yang saat ini hanya memiliki satu-satunya anak, yaitu Alex. Tinggal bersama para pelayan di rumah besar ini jikalau sang suami dan anaknya memang memiliki kegiatan di luar rumah. Berwatak penyayang, baik, dan juga jangan lupakan penuh pengertian.

Mereka akhirnya berjalan ke arah perpustakaan kecil yang sengaja di bangun di rumah ini mengingat sang pemimpin rumah —ayah Alex—, sangat menyukai membaca bahkan kalau hari libur menyempatkan diri untuk berada di sana hanya untuk sekedar membaca dan menambah pengetahuan.

Alex berjalan duluan, seolah memimpin jalan. Ia teringat akan suatu hal yang sebelumnya ia tidak percayai dan selalu ia tangkis dari pemikirannya.

Begitu sampai di ruang perpustakaan, tangan Alex kembali menutup pintunya.

Jajaran lampu berwarna kuning tentu saja sangat cocok di gunakan untuk peneman di saat membaca, tidak terlalu membuat mata perih karena bisa saja silau.

Olivia menghentikan langkah tepat di samping Alex yang saat ini berhenti di dekat meja bundar. "Apa yang kamu ingin bicarakan sampai membawa Ibu kesini?" tanyanya yang penasaran.

Alex menatap Olivia dengan serius, setelah itu menghembuskan napasnya. "Aku percaya." ucapnya dengan anggukkan tegas.

Jawaban Alex sangat membuat Olivia kebingungan. "Apa yang kamu percaya?" tanyanya yang seolah menuntut penjelasan yang lebih perinci lagi.

Menyadari Olivia tidak paham dengan apa yang di maksud, Alex pun segera berjalan mendekati jajaran rak untuk mencari salah satu buku untuk pembahasannya kali ini.

Pikirannya berkelana di saat mengingat apa yang terjadi di rumah Nada, di satu sisi masih tidak percaya namun ia sudah berhasil melihat langsung di hadapannya dengan sangat jelas.

"Aku percaya ini." balas Alex sambil menarik buku berwarna merah maroon dengan ukiran tua yang bertuliskan judul 'Mirror Seizes The Soul', ia menaikkan pandangan untuk menatap Olivia yang sepertinya sudah tidak tercenggang lagi.

Olivia menganggukkan kepala, setelah itu bergerak ke salah satu sofa panjang yang berada di perpustakaan ini, lalu ia mendaratkan bokongnya di sana. "Ibu yakin kamu lebih suka mendengarkan penjelasannya sambil duduk," ucapnya sambil menepuk sofa di samping tubunya yang jelas kosong.

Alex menganggukkan kepala, mendekati sang ibu dan duduk sesuai dengan perintah. "Jelasin Bu, aku udah liat semuanya dengan jelas. Keanehan dan kebingungan itu, semuanya aku rasakan." ucapnya.

"Dimana kamu melihatnya?" tanya Olivia.

Pada akhirnya, Alex menjelaskan dari awal Nada memintanya untuk ke rumah cewek itu sampai pada akhirnya kejadian aneh di kamar Nada beberapa menit lalu yang terlihat sangat ketakutan dengan pantulan wajahnya sendiri di cermin.

Cerita Alex mengalir begitu saja, tentu ia menarik benang merah dari apa yang terjadi untuk di ceritakan pada wanita di sebelahnya.

"Dia yang terpilih?" tanya Olivia.

Alex menganggukkan kepala. Sebelumnya, ia sudah di ceritakan kisah ini oleh Olivia. Sayangnya, ia terlalu realistis dan menganggap kalau itu hanyalah cerita mitos orang-orang di daerahnya yang juga ditanamkan di pemikiran sang ibu. Tapi ternyata? Kenyataan sendiri yang langsung menunjukkan kepadanya kalau semua yang tadinya ia anggap mitos itu merupakan fakta.

"Aku bisa jadi yang terpilih juga gak, Bu? Maksudnya, bukan aku mau ada di posisi Nada. Hei, tidak ada yang mau di posisinya! Tapi, ku pikir aku telah membantunya."

"Tidak, menurut cerita sih mereka gak mau sembarangan nargetin orang. Katanya juga kalau orang tersebut saling membenci, kamu aman."

Alex juga tidak pernah berpikir untuk jatuh hati kepada Nada kok, memangnya siapa yang ingin menaruh hati bersama perempuan freak?

Ia mulai membuka buku yang berada di genggaman tangannya, langsung terlihat jelas di sana ada gambaran sosok yang entahlah di buat oleh siapa karena berupa gambaran dengan soretan tinta pulpen.

"Menyeramkan." komentar Alex begitu melihat sosok tersebut. Ini adalah kali pertama ia membuka buku ini, tapi bukan kali pertanya melihatnya karena dulu Olivia pernah menunjukkan kepadanya dan ia anggap itu tidak penting.

Olivia menganggukkan kepala. "Iya, tapi Ibu sendiri juga masih meragukan gambaran sosoknya."

Setelah itu, Alex melanjutkan ke halaman berikutnya dan di sana terdapat seperti potongan kecil dari robekan baju yang tidak ia kenali itu milik siapa. "Ini apa?"

Buku dokumentasi tentang kejadian yang menyangkut Mirror Seizes The Soul ini, semua bukti bahkan gambaran serta penjelasan pun ada. Berkali-kali orang menghilang setelah menempati rumah ini, tapi setiap perpindahan hanya memakan satu korban.

Kenapa tidak di hancurkan ulang —rumah yang du tempati Nada hanya di renovasi ulang—? Paling tidak, adukan ke pihak berwewenang. Sudah, Olivia sudah berkali-kali melapor. Tapi pihak kepolisian mengatakan kalau apa yang dijelaskan wanita ini merupakan halusinasi yang dalam artian tidak nyata. Bahkan, kepolisian pun mengatakan untuk selalu tutup mulut jika rumah itu 'berbahaya' dalam kondisi alam lain dan selalu hadir orang baru layaknya Nada yang tidak tau apa-apa tentang sejarah rumah yang di tempati dan tiba-tiba menjadi incaran makhluk jahat.

"Tapi Alex gak bisa liat sosok mereka, aku cuma tau kalau Nada takut melihat dirinya sendiri di cermin. Yang aku lihat hanya ada pantulan Nada, apa mungkin perempuan itu melihat sesuatu yang lain yang tidak bisa aku lihat?"

Olivia menganggukkkan kepala. "Gak ada yang bisa mencegah ini karena yang bisa melihat mereka hanya di target, dan juga paranormal."

"Ayo kita panggil untuk mengurus hal ini karena memakan korban, selamatkan Nada untuk menghentikan kasus yang selama bertahun-tahun seolah berjalan tiada henti."

Maka mungkin setelah ini, yang menurut Alex sebuah Mitos sudah menjadi kenyataan.

Dan yang lebihnya lagi, Olivia tau segalanya, sang ibu dari Alex.

Next chapter


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C12
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ