Hari ini Rafandra memilih untuk terus menemani Nadia menjaga kedai seperti biasanya. Sebenarnya gadis cantik itu sudah melarang Rafa untuk menemani dirinya dan memintanya untuk pulang saja karena merasa tidak enak dengan remaja laki-laki itu, namun ia terus-menerus menolak dan bersikeras untuk menemani Nadia apapun alasannya.
"Kamu kenapa masih di sini dan tidak mau pulang? Nanti kedua orang tua kamu nyariin bagaimana?" tanya Nadia pada Rafa yang saat ini masih sibuk membantunya untuk membersihkan peralatan di kedai tersebut.
"Udah, kamu tenang aja karena Mama aku itu jam segini masih kerja. Mama aku juga tidak pernah mempermasalahkan kalau misalnya aku pulang terlambat," jawab Rafa sambil menyengir kuda.
"Kenapa bisa tidak di permasalahkan? Memangnya kamu tidak di perdulikan sama mama kamu sendiri?" sahut Nadia dengan polosnya.
Rafa langsung menghentikan aktivitasnya dan menatap Nadia dengan tatapan heran. Remaja laki-laki itu berpikir apakah Nadia itu benar-benar sepolos ini atau hanya berpura-pura menjadi polos saja.
"Bukan seperti itu maksudnya," ucap Rafa sambil menyunggingkan senyum tipis.
"Lalu? Bagaimana maksud mu?" tanya Nadia sambil menaikkan sebelah alisnya karena masih bingung.
"Mama aku perduli kok sama aku, dan dia tidak akan marah padaku bukan karena dia tidak perduli," jawab Rafa dengan santai.
"Dan alasannya apa?" tanya Nadia lagi yang semakin tidak paham dengan penjelasan dari Rafa.
"Mama aku tau kalau aku bisa di percaya, jadi dia tenang dan tidak akan berpikiran macam-macam tentang aku," jawab Rafa dengan sumringah dan bangga pada dirinya sendiri.
Mendengar jawaban Rafandra yang seperti itu membuat Nadia menyunggingkan senyum tipis, bisa-bisanya ada orang yang memiliki kepercayaan tinggi selain Yeri sahabatnya.
"Baiklah, terserah padamu saja. Aku tidak akan memaksa mu untuk pulang lagi, tetapi jika nanti kamu di marahi oleh orangtua mu karena pulang terlambat, kamu tidak boleh menyalahkan aku!" tegas Nadia pada Rafa.
Seperti layaknya di beri perintah oleh Nadia, Rafa langsung menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia menurut dan tidak akan menyalahkan gadis itu jika nanti dirinya di marahi oleh Mamanya.
Setelah itu, Nadia kembali melanjutkan pekerjaannya dan tidak menghiraukan Rafa lagi. Gadis itu mulai fokus untuk menyiapkan pesanan para pelanggan yang masih ada beberapa di antara mereka masih menunggu. Sementara Rafa juga sibuk merapikan meja pelanggan yang baru saja di tinggalkan pengunjung kedai.
Saat sibuk membereskan meja pelanggan, lonceng kedai berbunyi tanda ada pelanggan baru yang masuk. Dengan ramah Rafandra langsung menyapanya.
"Selamat sore, selamat datang di Caffee Be--" Rafa menghentikan sambutannya dan terdiam sejenak. "Mama di sini?" lanjutnya bingung.
Wanita yang di sapa Mama oleh Rafandra itu langsung menoleh dan kemudian mendapati bahwa putranya sedang membantu teman perempuannya bekerja di kedai kopi tersebut.
"Rafa? Kamu ternyata belum pulang. Mama pikir kamu sudah ada di rumah, dan Mama ke sini cuma mau beli camilan buat kamu sama kakak nanti di rumah," ucap Siska sembari berjalan mendekati putra bungsunya.
"Iya, Rafa disini masih bantu teman Rafa kerja. Jadi, Rafa belum bisa pulang dan mungkin masih sekitar 1 jam lagi," sahut Rafa.
Remaja laki-laki Itu mempersilahkan mamanya untuk duduk di salah satu bangku pelanggan yang sudah kosong. Siska hanya menyunggingkan senyumnya sambil menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia mengerti putra bungsunya itu sedang melakukan kebaikan pada orang lain.
Awalnya wanita cantik itu hanya iseng ingin mampir ke kedai di mana tempat Nadia bekerja karena ia ingat dengan pasti bahwa waktu itu ia melihat foto Rafa dan Nadia sedang berada di dalam kedai tersebut. Jadi, Siska berpikir bahwa tidak ada salahnya jika Iya mampir untuk melihat gadis yang selama ini dibantu oleh putranya.
Sebenarnya yang membuat Siska penasaran pada Nadia adalah apa yang membuat Rafandra mau repot-repot membantu gadis itu padahal mereka baru kenal beberapa hari dan jika dilihat Rafa sama sekali tidak memiliki rasa keberatan sedikitpun ketika membantu Nadia. Selain itu, Nadia juga gadis pertama yang berhasil dekat dengan putra bungsunya itu.
"Mama mau pesan apa? Biar Rafa yang siapkan," ucap Rafa sambil tersenyum lebar.
"Mama pesan Americano saja, sama kue macaron ya yang rasa strawberry saja," sahut Siska pada putranya itu.
Setelah mendengar pesanan dari mamanya, Rafa segera menganggukkan kepalanya dan terlalu untuk menyiapkan apa yang tadi dipesan oleh mamanya tersebut. Rafa terlihat sangat semangat dan sama sekali tidak mengeluh sedikitpun padahal suasana kedai tersebut sangat ramai.
Nadia yang melihat Rafa mengobrol dengan pelanggan baru masuk itu sedikit heran karena keduanya terlihat sangat akrab. Karena terlalu penasaran, akhirnya dia pun memutuskan untuk bertanya apakah Rafa mengenal pelanggan wanita paruh baya itu atau hanya sekedar ramah tamah saja.
"Kamu kenal sama pelanggan yang baru aja masuk tadi? Aku lihat kamu akrab banget sama wanita cantik itu," ucap Nadia sambil mendekati Rafa yang saat ini sibuk menyiapkan americano.
Mendengar ucapan Nadia yang seperti itu Rafa langsung menyunggingkan senyumnya karena ia merasa sangat senang mamanya dipuji cantik oleh Nadia. Setelah americano yang ia siapkan selesai, Rafa menoleh menatap Nadia tanpa melunturkan senyum yang ada di wajah tampannya.
"Dia mama aku," Rafa tersenyum semakin melebar hingga menampilkan deretan gigi rapi nya.
"Benarkah? Wanita cantik itu mama kamu? Tidak bohong kan?" Nadia langsung mengalihkan pandangannya menatap Siska lagi dengan tatapan sedikit tidak percaya bahwa wanita cantik yang baru saja ia puji adalah mama dari teman barunya.
Sementara itu Rafa hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanda bahwa apa yang baru saja ia ucapkan tadi memang benar dan Siska adalah mama kandungnya. Setelah itu Rafa segera pergi meninggalkan Nadia untuk mengantarkan pesanan mamanya.
Merasa tidak enak, Nadia pun memutuskan untuk menghampiri Mama Rafandra juga sekaligus untuk berkenalan sebab ia merasa sangat tidak sopan jika dirinya sudah tahu bahwa wanita itu ada yang Mama dari temannya sendiri namun ia tidak menyapanya sama sekali.
Dengan ragu gadis cantik itu berjalan semakin mendekati Siska dan Rafa yang saat ini duduk berdampingan. Kedua ibu dan anak tersebut terlihat sedang berbincang-bincang ringan entah apa yang mereka berdua bicarakan.
"Eum, hallo Tante..." sapa Nadia dengan sopan.
Siska menatap Nadia sambil tersenyum kagum karena Gadis itu terlihat sangat polos dan cantik secara alami.
"Halo, kamu temannya Rafa kan? Duh, cantik sekali," sahut Siska dengan ramah.
Nadia yang di puji seperti itu langsung tersenyum dengan canggung. "Eum, i-iya Tante. Perkenalkan saya Nadia, maaf ya Tante kalau Rafandra nya belum pulang. T-tadi Rafanya--"
"Nggak apa-apa, Tante sudah tahu kalau Rafa ada disini. Jangan merasa nggak enak ya, santai saja karena tante nggak akan marah," potong Siska dengan cepat.
"E-eh? Tante tau Rafandra di sini?" Nadia langsung kikuk seketika.