Dihari yang sama berbeda jam. Putra Kiai yang satu ini di dalam kamar mandi. Barrak merana dengan perurnya yang mules.
"I love you Nasya, mungkin dengan mengungkapkan perasaanku perutku akan sembuh dari guncangan yang tidak tertahankan, buat ek keluar. Aku jatuh cinta tanpa ku tau kau bagaimana dan seperti apa. Aku merana sampai aku menangisimu atau perutku. Heh ... sakit,ini memang majnun, disetiap aku berdiri, di manapun tempatnya, aku merasakan hembusan angin, aku merasa kau hadir, jangan-jangan kau arwah gentayangan.
aku semakin konyol. Aku ingin Dia menjodoh kan kita, aku menunggu dan menanti sesuatu yang mustahil, tapi tak ada yang mestahil jika Dia Menghendaki, ini benar- benar indah, tapi aneh ...."
Tok
Tok
Tok
"Kang jeding bukan milik kamu saja, hampir satu jam, apa tidur to?"
Dok Dok Dok
"He ... dua menit lagi," jawab Barrak dengan suara lemas.
"Cepat Kang ...." teriak salah satu santri, Barrak lemas dia keluar. "Hih, lama," gumamnya lalu mendorong pundak Barrak.