บท 144: Apa yang Terjadi?

Sungguh, Rezqi ingin mengabarkan hal menggembirakan ini kepada paman dan bibinya itu. Minimal, mungkin mereka berdua akan mendukung dirinya.

Hanya saja, karena mengingat satu dan lain hal—terutama yang menyangkut soal Shari—Rezqi akhirnya hanya bisa memendam saja semua itu di dalam hatinya, untuk sementara waktu.

"Hemm, ya sudahlah kalau emang kek gitu," ujar Akhirali terkait ucapan Rezqi soal penandatanganan kontrak kerja tersebut. Ia pun berdiri. "Semoga aja yang terbaik buat kamu, Qi."

Rezqi mengamini itu. Akhirali pun beralih kepada ketiga anak-anaknya yang asyik menonton acara animasi di televisi.

"Eeh, kalian belum mau tidur?" kata Akhirali. "Udah jam berapa ini?"

"Bentar lagi, Yah," sahut Arjuna. "Belum selesai nih."

"Baru juga jam sembilan, Yah," timpal Bima pula. "Lagian, besok kan hari Minggu, nggak sekolah ini."

"Nggak sekolah, nggak sekolah," gerutu sang ayah sembari bertolak pinggang. "Shinta?"

Si kecil Shinta langsung merengek, "Aah… Shinta belum ngantuk."