Tidak Biasanya Sabda bangun lebih pagi bahkan hampir bersamaan dengan bangunnya Bi Inah, bahkan Ia sempat sholat malam sebelum adzan subuh berkumandang.
Ia dapati buku-buku pelajarannya. Hal itu Ia lakukan karena ujian akhir semester telah dimulai. Ia perlu belajar tambahan agar bisa mengerjakan soal dengan baik. Ibunya telah mewanti-wanti agar Ia bisa kuliah ke luar negeri sama seperti kakaknya.
Suasana dikelas tampak tenang, semua siswa tampak konsentrasi dengan lembaran soal-soal ujian diatas meja belajar masing-masing. Hanya Dodi yang tampak gelisah semua pelajaran Ia salin pada kertas kecil dengan tulisan yang sepadan kemudian Ia simpan dengan rapi dibalik saku celananya dengan maksud sebagai contekan.
Kegelisahan itu terobati ketika Guru lengah mengawasi maka beraksilah Ia. Diturutnya soal satu persatu kemudian ia cari jawaban dibalik kertas contekan itu namun naas tidak satupun Ia temukan jawabannya. Tetapi semangatnya sungguh luar biasa Ia tidak mau menyerah begitu saja.
Ia mencoba tengok kanan dan kekiri barangkali ada teman yang bisa kasih jawabannya. Namun ternyata kegelisahannya tidak sendiri, banyak dari teman-temannya juga bernasib sama. Hingga sampai pada saat keahliannya beraksi semua gerak-geriknya telah diawasi tanpa dia sadari.
Dia tulis jawaban dari soal-soal ujian itu setelah Ia mendapatkan lembar jawaban dari bangku belakang. Dan malang tak bisa dihindari ternya lembar jawaban itu Ia dapatkan dari guru yang mengawasi ujian yang sedang menjebak dia hingga tertangkap tangan telah mencontek. Hukuman berdiri di depan kelas telah menanti untuknya.
Sementara Syifa dengan kesibukan sehari-harinya membantu Neneknya di rumah atau bahkan ke sawah ditengah kesibukannya sebagai pelajar. Semenjak Kakeknya meninggal kesibukannya bertambah menjadi tulang punggung keluarga mencari nafkah untuk diri dan neneknya. Diakhir ujian semester sekolahan mengadakan study tour ke Bali tentu Ia butuh biaya. Dia tetap bekerja membantu neneknya ke sawah .
Ujian akhir telah usai perasaan lega bagi semua siswa kecuali yang harus remidi karena nilai tidak cukup. Kegiatan belajar mengajar yang menguras waktu dan pikiran dan disudahi dengan ujian akhir semester terbayar dengan study banding atau wisata bersama di pulau Dewata Bali.
"Syifa bagaimana hasil ujian akhir semestermu?" tanya Nenek Syifa di meja makan.
"Alhamdulillah baik Nek."
"Nenek selalu khawatirkan Kamu diusia masih belia harus ikut bekerja demi mencukupi kebutuhan kamu sementara usia Nenek sudah tidak muda lagi tentu tidak laku jika bekerja menjadi buruh atau kerja apa. Dan Ibumu sampai saat ini juga belum ada kabar beritanya.
"Nenek berharap dalam setiap doa agar Kamu mendapat kebaikan dan keberuntungan dalam hidup." Kata-kata Nenek Syifa memecah sepinya malam.
"Amiin doa Nenek pasti dijawab oleh Tuhan." Kata Syifa membesarkan hati neneknya.
"Syifa Malam sudah larut baiknya kamu tidur!" kata Nenek kepada Syifa.
"Iya nek" jawab Syifa dan beranjak dari kursi menuju kamarnya.
Sementara Sabda masih asyik bermain game dengan laptop di kamarnya hingga Ibunya manggil dia
"Sabda! makan dulu.! Panggil ibunya dari balik pintu kamarnya.
"Iya Bu" jawab sabda dan beranjak dari kursi menuju pintu kamar dan menyusul Ibunya ke ruang makan.
"Apakah Ujian semestermu sudah selesai? sepertinya hari ini engkau tampak lebih santai dari hari-hari biasanya.?" Tanya Nyonya Indah kepada Sabda disela-sela makan malam bersama keluarga.
"Sudah Bu, terakhir minggu kemarin."
"Apa besok tidak ada kegiatan belajar mengajar di sekolah?" Nyonya Indah kembali bertanya kepada Sabda.
"Sekolah tetap masuk bu, bagi yang nilainya tidak cukup ikut remidi sedang yang lain ikut try out antar kelas.
Pagi itu Sabda sehabis sarapan langsung tancap gas dengan motor kesayangannya setelah terlebih menyiapkan kelengkapan untuk try out di sekolah. Seragam olahraga dan raket telah disiapkannya didalam tas. Dia tidak mau kehilangan kesempatan dan kepercayaan oleh teman-temannya mewakili lomba bulu tangkis antar kelas.
"Sabda aku harap kamu bisa tampil bagus hari ini!" Kata Syifa menyemangati.
"Kamu dan teman-teman adalah semangatku." balas sabda ketika hendak masuk lapangan.
Dengan semangat dan percaya diri Sabda mengayuhkan raket untuk setiap bola kok yang datang dan sesekali menghujamkan smash ke arah lawan.
Hingga tiga kali putaran Sabda memimpin dengan skor 2-1 babak penyisihan Ia lewati dengan mudah. Hingga siang menjelang dan semua siswa berhamburan keluar kelas tanda waktu pulang sekolah.
"Syifa, ayo sekalian aku antar kamu pulang" Kata sabda menawarkan tumpangan kepada Syifa. Diraihnya jok belakang sepeda motor Sabda dan Syifa duduk dibelakang berboncengan. Setelah lebih dulu Syifa menolak tawaran tumpangan pada temannya yang lain.
"Syifa tadinya aku sungkan menawarkan tumpangan untukmu setelah aku melihat kamu menolak tawaran tumpangan Alex." Kata Sabda mengawali obrolannya.
"Aku melihat dua laki-laki dengan tawaran yang sama namun niatan yang berbeda." Kata Syifa menyambung obrolannya.
"Bagaimana jika aku tiba-tiba berbuat jahat kepadamu?" kata Sabda kepada Syifa.
"Seorang laki-laki tidak akan berbuat jahat kepada wanita kecuali laki-laki rendah moral." Jawab Syifa dengan bahasa yang halus.
Sepeda motor itu terus melaju hingga masuk jalan pedesaan menuju rumah Syifa.
"Aku masuk Desa ini serasa berada di dunia yang berbeda, hamparan sawah yang menghijau, semilir angin yang menyejukkan suasana serta ramahnya warga membuat betah tinggal disini." Sambung Sabda dalam obrolannya.
"Kedamaian tidak cukup dengan apa yang kita lihat dan kita rasakan. Namun suasana hati dan pikiran setiap orang tentu berbeda. Kamu bisa rasakan indahnya alam pedesaan karena hati dan pikiranmu tidak sedang gelisah karena masalah. Tentu berbeda dengan orang yang hati dan pikirannya gelisah karena dirundung masalah." Kata Syifa menyambung obrolannya dengan Sabda.
"Syifa! kalau boleh jujur aku merasakan apa yang kamu rasakan." Kata Sabda dengan jawaban putisnya.
"Kamu boleh saja punya rasa empati terhadapku, merasakan apa yang aku rasakan namun peran kita berbeda" kata Syifa. Dan Sabda terdiam sambil pegang stang sepeda motornya yang terus melaju.
Hanya tinggal ratusan meter akan sampai ke rumah Syifa. Rumah itu tidak asing terlihat dari kejauhan khas rumah jawa dengan nuansa pedesaan.
Sampai di rumah Sabda dan Syifa sudah dinanti Neneknya didepan rumah. Wajar saja Neneknya merasa kesepian jika Syifa tidak di rumah dan menanti syifa diteras rumah sampai Syifa kembali.
"Syifa! kamu sudah pulang Nak!." Kata nenek dengan wajah ceria menyambut kepulangan Syifa.
"Hari ini kamu pulang lebih awal dari biasanya, diantar sama siapa? tanya nenek Syifa
"Nenek lupa sama saya? saya Sabda Nek." Jawab Sabda Singkat.
"Syifa! cepatlah masuk dan ganti baju lalu ajaklah temanmu makan. Sudah Nenek siapkan di meja makan." Pinta Nenek kepada Syifa.
Dengan sedikit malu-malu Sabda ikuti saja ajakan Syifa makan siang bersama dengan lauk dan nuansa yang berbeda. Nasi liwet dipadu dengan oseng kangkung dan tempe goreng khas olahan Nenek Syifa menjadi menu makan siang yang istimewa.