Nindy semakin melankolis. Air matanya merembes turun.
Nindy...kamu tidak boleh begitu! Kamu tidak sengaja meninggalkannya. Kamu tidak bersalah. Kamu di penjara karena di fitnah!" Soraya membujuk Nindy.
"Apa dia selamanya seperti itu?"
"Nindy.... untuk apa kamu terus begini! Memikirkan hal-hal yang tidak penting seperti itu?"
Nindy tersinggung.
"Apanya yang tidak penting? ibuku itu penting bagiku! Dia segalanya!" Nindy emosi.
"Terus kamu mau apa? Mau menyesali diri? Termenung setiap hari... seperti orang patah hati!" kata Soraya blak-blakkan. Dia berkata apa adanya. Dia memarahi Nindy seperti memarahi anak kecil.
"Aku ingin ibuku kembali ingat denganku!" Nindy memukul-mukul bantal kembali.
"Bising!" Soraya melepaskan gelang Nindy dengan paksa.
"Gelang ku!" Nindy menjerit.
"Ini sudah kuno!" Soraya melempar gelang-gelang itu ke bak sampah.
"kamu ingin ibumu kembali ingat kamu, kan?"
Nindy mengangguk polos, kayak anak kucing yang tidak berdaya.