ดาวน์โหลดแอป
22.1% The Dangerous Love Zone / Chapter 42: The Dangerous Love Zone - 39

บท 42: The Dangerous Love Zone - 39

Juza yang sejak dua jam lalu duduk dibalik kemudi mobil melirikan matanya kearah jam tangan yang saat ini sudah menunjukan pukul tiga sore.

Kedua manik matanya kini kembali melihat kearah gerbng universitas, melihat satu persatu para mahasiswa yang keluar dan masuk universitas untuk menemukan sosok Azami.

"Apa yang sedang dia lakukan? Ini sudah lewat setengah jam dari yang dia katakan tadi." Gumam Juza sambil melihat ponselnya yang menampilkan isi room chat antara dirinya dan Azami.

"Apa aku datangi dia saja? Mungkin dia sedang dalam masalah." Gumam Juza yang sudah siap untuk melepas sabuk pengaman, namun dia mengurungkan niatnya saat tidak sengaja dirinya melihat sosok Azami yang sedang berjalan menuju gerbang universitas bersama dengan seorang pria yang merangkul pundaknya.

Kedua mata Juza menyipit dengan sorot mengintimidasi saat melihat pria yang berada di samping Azami itu kini mengulurkan sebelah tangannya untuk mengacak-ngacak rambut Azami dengan seulas senyum cerah terpatri diwajah pria itu.

Juza melihat kini pria itu melambaikan sebelah tangannya kepada Azami, lalu berjalan menjauhi Azami yang sedang membalas lambaian tangan pria tadi.

"Orang yang mencurigakan." Desis Juza dengan sorot mata yang masih fokus mengikuti pria tadi yang kini sudah masuk kedalam sebuah bis.

Tok.. Tok.. Tok..

Juza yang mendengar suara ketukan pada kaca mobilnya pun menolehkan kepalanya keasal suara dan dirinya menemukan sosok Azami sudah berdiri tepat di depan pintu penumpang samping pengemudi.

Ceklek..

"Maaf Juza-san, aku sudah membuat mu menunggu setengah jam dari yang sudah aku bilang padamu tadi." Ucap Azami saat dirinya sudah didik di kursi penumpang sebelah Juza.

Juza pun berdeham pelan seolah-olah dirinya tidak merasa keberatan sama sekali. "Tidak masalah. Aku juga baru sampai tidak lama."

Azami terdiam sesaat, tidak merespon karena dirinya sibuk meletakan tas ranselnya di kursi penumpang belakang dan juga memakai sabuk pengaman miliknya.

"Juza-san, setelah ini apa kita akan langsung kembali kerumah? Karena aku memiliki jadwal untuk bekerja di kafe." Tanya Azami sambil menatap Juza yang sedang fokus menatap kedepan jalan.

"Apa kau lupa dengan apa yang ku katakan padamu tadi pagi, Azami-kun? Selama sisah hari ini dan besok, kau akan menghabiskan waktu bersama ku." Jawab Juza tanpa menolehkan kepalanya kearah Azami.

Azami yang mendengar jawaban Juza menghela nafasnya. "Tapi, jika aku tidak bekerja di kafe, gaji bulanan yang aku dapatkan akan menipis Juza-san. Dan aku khawatir, waktu yang aku butuhkan untuk melunasi hutang ku padamu akan bertambah lama."

"Gaji bulanan yang akan kau dapatkan tidak akan berubah Azami-kun. Karena kau menggunakan hak cuti mu. Jadi kau tidak akan mendapatkan potongan pada pendapatan mu nanti." Ucap Juza yang membuat Azami mengerutkan dahinya heran.

"Tetapi tetap saja, aku merasa tidak enak dengan yang lain. Mereka bekerja begitu giat di kafe, belum lagi mereka juga bekerja dimalam hari bersama mu. Sedangkan aku yang hanya bekerja di kafe saja sudah sering mengambil cuti." Elak Azami mencoba mencari celah untuk menolak ajakan Juza hari ini.

Juza mengulurkan sebelah tangannya untuk mengusap-ngusap puncak kepala Azamii, lalu menolehkan kepalanya kearah Azami yang tengah terdiam membisu di tempatnya.

"Kau tidak akan bisa mengubah rencanaka ku, Azami-kun. Karena hari ini dan besok kita akan menghabiskan waktu di apartemen ku."

Azami melirikan matanya kearah Juza. "Aku tidak membawa baju ganti Juza-san."

Juza menjentkan jarinya. "Kau tidak perlu khawatir, aku masih memiliki baju ukuran saat aku masih seusia dirimu."

Azami menghela nafasnya pasrah. "Baiklah.Kau menang Juza-san."

Seulas senyum teramat kecil terpatri diwajah Juza saat mendengar perkataan Azami yang terdengar begitu pasrah. "Ya, karena aku selalu bisa mendappatkan apa yang ku ingankan." Gumam Juza teramat pelan agar Azami tidak dapat mendengarnya.

***

Azami yang sedang menonton televisi sedikit tersentak kaget saat merasakan sesuatu bersandar pada pundak sebelah kirinya, dengan cepat Azami langsung menolehkan kepalanya dan dirinya semakin dibuat terkejut saat wajahnya berhadapan dengan wajah Juza yang kini sedang memejamkan kedua matanya.

"Juza-san, jika kau lelah. Kau bisa beristirahat dikamar mu." Ucap Azami dengan nada sedikit gugup, lalu kembali menolehkan kepalanya kearah televisi.

Juza berdeham dengan kedua matanya yang masih terpejam. "Tidak, aku ingin bersandar padamu."

Juza membuka sedikit kelopak mata sebelah kirinya untuk melihat bagaiman ekspresi yang saat ini tergambar diwajah Azami.

Melihat ekspresi wajah Azami yang terlihat biasa-biasa saja, Juza mendesis didalam hatinya. Lalu kini dirinya mengangkat kepalanya dari pundak sebelah kiri Azami dan mengarahkannya untuk berbaring diatas paha Azami.

Saat kepalanya baru saja di rebahkan diatas paha Azami, Juza dapat merasakan jika tubuh Azami seketika membeku di tempatnya. Menyadari jika kini Azami tengah merasa gugup pun, Juza tertawa senang didalam hatinya.

Sedangkan itu Azami yang melihat Juza merebahkan kepalanya diatas pahanya dengan kedua kelopak mta yang terpejam pun menghela nafas dalam. Lalu sebelah tangannya terulur untuk diletakan diatas kening Juza.

Juza yang merasakan jari jemari Azami berada diatas keningnya, mengulaskan senyum teramat kecil diwajahnya. Perlahan Juza dapat merasakan jari jemari Azami sedang memijat keningnya yang membuat dirinya perlahan ikut merasa santai.

Azami yang melihat Juza sama sekali tidak keberatan saat jari jemarinya mulai memijat pelan kening pria itu pun mengulaskan senyum diwajahnya.

"Juza-san? Kenapa kita tidak pindah ke kamar mu? Sudah sangat jelas jika tubuh mu saat ini sedang lelah." Ucap Azami dengn jari jemari yang masih memijat perlahan kening Juza.

"Tidak. Aku ingin kau memijat-mijat kening ku seperti ini." Balas Juza dengan kedua mata yang masih terpejam.

Azami mengerutkan keningnya. "Meskipun kita berada di kamar mu, aku akan tetap memijat perlahan kening mu Juza-san. Aku hanya tidak ingin kau jatuh terlelap diatas sofa."

Juza mengangkat kedua bahunya dengan kelopak mata yang masih tetap terpejam. "Aku tidak akan terelap dengan mudah Azami-kun."

"Aku tidak yakin jika kau tidak akan terlelap Juza-san." Ucap Azami yang membuat Juza langsung membuka kedua kelopak matanya dan menatap kearahnya.

"Jika kau tidak ingin aku terlelap, maka kau harus mengajak ku berbicara."

Kini tatapan mata Juza dan Azami saling bertatapan satu sama lain.

Azami yang tidak ingin terlalu lama bersitatap dengan Juza pun kembali melirikan matanya kearah televisi sambil berdeham.

"Aku harus mengajak mu berbicara perihal apa Juza-san? Aku tidak memiliki topik yang bisa untuk dibicarakan saat ini." Tanya Azami tanpa menatap kearah Juza.

Juza yang melihat Azami berbicara tanpa menatap kearahnya pun lansgung mengulurkan kedua tangannya untuk menangkup kedua sisi wajah Azami dan kini dirinya arahkan untuk bertatapan dengannya.

Azami yang menyadari kini jarak antara wajahnya dengan wajah Juza begiitu dekat pun melirikan matanya kearah lain.

Juza mendesah didalam hatinya saat melihat Azami melirikan mata kearah lain dan tidak menatap kearahnya.

"Kau bisa mengajak ku berbicara dengan mengambil topik tentang dirimu."

Azami mengerutkan keningnya heran dan kali ini dirinya memfokuskan tatapan matanya pada kedua manik Juza.

"Temtang ku?" Tanya Azami memastikan kepada Juza.

Juza menganggukan kepalanya. "Ya, tentang mu. Dengan contoh, apa yang kau lakukan di Tokyo beberapa hari lalu, sampai kau bisa terkena demam selama empat hari?"

Azami menaikan sebelah alisnya. "Bukankah kau sudah tahu jika kau pergi mengunjungi rumah teman lama ku?"

Juza ikut menaikan sebelah alisnya. "Jika kau hanya pegi untuk mengunjungi rumah teman mu, aku pasti tidak akan terkena demam."

"Lagi pula, bukakah saat itu teman mu bertanya mengenai demam mu apakah sudah sembuh atau belum? Maka dari itu, kau pasti telah mengunjungi beberapa tempat sebelum kau mengunjungi unit apartemen temanmu."

Juza menyipitkan kedua matanya untuk memeperhatikan raut wajah pada wajah Azami. "Kau pasti bermandikn air hujan bukan saat kau pergi ke Tokyo? Jika tidak kau pasti tidak akan terkena demam dan flu berat."

Azami yang melihat Juza menatapnya begitu mengintimadasi terdiam sesaat. Dirinnya berfikir untuk mempertimbangkan apakah dirinya harus memberitahukan kepada Juza perihal keperluannya di Tokyo atau tidak.

Tetapi Azami berfikir kembali, jika dirinya tidak memberitahukan Juza, itu akan sangat tidak adil karena hampir semua anggota gangster mengetahui perihal keperluannya pergi ke Tokyo dari Daichi yang tidaksengaja membocorkan tentang itu secara langsung.

"Baiklah, aku akan menceritakan semuanya dari awal." Ucap Azami sambil menghela nafas pasrah.

"Ku harap kau tidak terlelap saat aku menceritakan semua nya." Ucap Azami lagi yang kali ini menatap Juza dengan kedua mata yang menyipit dengan sorot mengintimidasi.

"Tenang saja, aku tidak akan terlelap." Balas Juza dengan seulas senyum terpatri diwajahnya.

Helaan nafas panjang pun Azami hembuskan sebelum dirinya menceritakan semua perihal yang sudah dirinya alami saat berada di Tokyo tanpa ada yang terlupakan. Hanya saja untuk nama para paman, kakek, sepupu dan nama perusahaan milik ayahnya dirinya samarkan agar Juza sama sekali tidak mengetahui identitas aslinya.

Dalam diam, Juza fokus mendengarkan apa yang dikatakan oleh Azami kepadanya tanpa mengintrupsi sama sekali.

"Jadi begitulah kejadian yang terjadi dibalik diriku yang terkena demam dan flu berat."

Juza mengangukan kepalanya pelan. "Jadi kau tetap memilih untuk tidak datang keacar ulang tahun perusahaan milik mediang ayah mu?"

Azami menganggukan kepalanya pasti. "Ya, aku tidak akan datang keacara tersebut. Karena seperti yang sudah aku ceritakan pada mu sebelumnya, jika para paman dan bibi ku mendapati jika aku tidak benar-benar berada diluar negeri maka kesempatan mereka untuk mencelakaiku sangatlah besar."

Sebuah kerutan teretak di dahi Juza. "Lalu mengapa kemarin kakek mu mengundang mu keacara rapat keluarga? Bukan kah itu sama saja dengan kau memancing mereka, meski kau mengatakan jika kau benar-benar sedang melanjutkan pendidikan diluar negeri?"

Helaan nafas panjang Azami hembuskan. Aku juga sempat berfikir begitu. Tetapi semoga saja mereka semua percaya jika aku benar-benar melanjutkan pendidikan diluar negeri."

Kedua tangan Juza kini mencengkram erat kedua sisi wajah Azami dan semakin dirinya arahkan untuk mendekat pada wajahnya.

"Jika kau berubah fikiran untuk menghadiri acar tersebut, kau tidak perlu ragu untuk mengajak ku. Karena aku akan menjaga mu selama acara tersebut berlangsung." Ucap Juza dengan sorot mata yang begitu serius menatap kedua manik mata Azami.

Seulas senyum tercetak diwajah Azami. "Terimakasih. Tetapi aku tetap tidak akan merubah keputusan ku, Juza-san."


Load failed, please RETRY

ของขวัญ

ของขวัญ -- ได้รับของขวัญแล้ว

    สถานะพลังงานรายสัปดาห์

    Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
    Stone -- หินพลัง

    ป้ายปลดล็อกตอน

    สารบัญ

    ตัวเลือกแสดง

    พื้นหลัง

    แบบอักษร

    ขนาด

    ความคิดเห็นต่อตอน

    เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C42
    ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
    • คุณภาพงานเขียน
    • ความเสถียรของการอัปเดต
    • การดำเนินเรื่อง
    • กาสร้างตัวละคร
    • พื้นหลังโลก

    คะแนนรวม 0.0

    รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
    โหวตด้วย Power Stone
    Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
    Stone -- หินพลัง
    รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
    เคล็ดลับข้อผิดพลาด

    รายงานการล่วงละเมิด

    ความคิดเห็นย่อหน้า

    เข้า สู่ ระบบ