Goshi yang sedang membersihkan piring kotor sehabis makan malam, melirikan matanya kearah Azami yang sedang memotong beberapa buah disampingnya.
"Eng, Azami-kun." Panggil Goshi menolehkan kepalanya ke arah Azami yang kini tengah memakan satu potong buah apel.
"Hei, Azami-kun. Jika kau selalu memasukan potongan buah yang kau potong kedalam mulut mu, mereka semua yang sedang menunggu diruang bersantai bisa mengamuk." Ujar Goshi memasang ekspresi meringis diwajahnya.
Setelah berhasil mencerna potongan buah apel yang dimakannya, Azami menundukan kepalanya kearah Goshi. "Maaf, aku hanya sedikit mencicipi buah-buah ini."
"Jika kau selalu memasuki potongan buah itu kedalam mulut mu, itu bukan mencicipi namanya."
Goshi kembali melihat Azami memasukan satu potong buah strawberry kedalam mulutnya.
Cling!
Tiba-tiba saja empat buah cahaya putih muncul dibelakang tubuh Azami. Goshi yang menyadari itu langsung memasang raut wajah horor.
Greb.
"Hoi, hoi hoi! Jadi ini yang selalu membuatmu lama di dapur saat mendapat bagian menyiapkan buah-buah, Azami kun?" Seru Tenma yang saat ini sudah melingkarkan tangannya pada bahu Azami sambil memasang ekspresi wajah yang pura-pura diseramkan.
Azami yang sudah berhasil mencerna buah strawberry, menolehkan kepalanya kearah Tenma.
"Maaf Tenma-san. Aku tidak bisa menahan diri jika di hadapan buah-buah dingin ini."
Tenma dan Daichi yang mendengar perkataan maaf dari Azami namun tanpa ekspresi wajah merasa bersalah sama sekali membuat sebuah perempatan kecil muncul di dahi mereka berdua.
"Hei, siapa pun juga tidak akan ada yang bisa menhan diri jika di hadapan buah-buah segar yang dingin ini Azami-kun." Geram Daichi menahan kesal yang kini sudah mengamankan pisau dan buah pir ditangan Azami.
Goshi yang melihat perlakuan Tenma dan Daichi kepada Azami hanya bisa menggelengkan kepalanya pasrah.
"Sudah cukup.Tenma-kun, kau bawa Azami-kun keruangan bersantai. Biar aku dan Goshi-kun yang akan melanjutkan menyiapkan buah-buah segar ini." Ujar Daichi yang langsung di setujui oleh Tenma, namun tidak dengan Azami yang tidak rela harus di pishkan dari buah-buah segar yang di porongnya tadi.
"Tapi Daichi-san.."
"Tidak ada tapi-tapi an, Azami-kun. Sekarang kau ikut aku kembali keruangan bersantai." Selak Tenma yang kini sudah menarik tubuh Azami untuk keluar dari dapur menuju ruang bersantai.
Sedangkan itu Goshi yang baru saja selesai membersihkan piring kotor membantu Daichi untuk memotong buah-buah.
"Goshi-kun, apa kau merasakan jika Azami-kun kini sudah mulai terlihat bisa menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan sikap kita semua?" Tanya Daichi tanpa menoleh sama sekali kearah Goshi.
"Ya, menurut ku begitu. Dia juga sudah mulai sedikit menunjukan ekspresi lain saat berinteraksi dengan kita semua." Jawab Goshi dan di setujui oleh Daichi.
"Hei, aku dengar besok kau akan pergi ke Tokyo, Goshi-kun?"
Goshi menolehkan kepalanya kearah Daichi. "Ya, besok aku akan pergi kesana untuk membeli beberapa keperluan."
"Kau ajaklah Azami-kun dan Yuri-chan bersama mu. Selama satu bulan mereka tinggal disini, aku belum pernah melihat mereka menghabiskan weekend keluar dari rumah ini."
"Ya, tadi aku ingin bertanya kepadanya. Tapi kau dan Tenma-san sudah lebiih dulu datang."
Daichi terkekeh mendengar perkataan Goshi. "Nanti saat kita diruang bersantai, kau bisa bertanya kepadanya. Mereka pasti akan senang."
Goshi menganggukan kepalanya. "Ya, apalagi mereka bilang jika mereka berasal dari Tokyo."
"Mereka pasti rindu untuk mengunjungi makam kedua orang tua mereka."
Goshi kembali menganggukan kepalanya. "Nanti aku akan bertanya pada Azami-kun, apakah dia akan ikut atau tidak."
Daichi menganggukan kepalanya merespon perkataan Goshi. Setelah mereka berdua selesai memotong buah-buah segar yang berada di atas piring berukuran besar, kini mereka pun berjalan menuju ruang bersantai dimana terlihat beberapa rekan mereka sedang bermain kartu, sedankan Azami, Yuri, Reki dan Kuroo sedang bermain monopoli.
"Hai semuanya, buah segar sudah siap!" Seru Daichi yang meletakan piring besar tersebbut diatas meja.
Semua orang yang berada disana pun memekik senang.
"Goshi-kun, Juza-kun dimana? Mengapa dia tidak ikut bergabung dengan kita?" Tanya Toshiro sambil memakan buah segar.
Goshi menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu. Tadi aku melihat niisan dan Yuta-san pergi entah kemana." Jawab Goshi yang mengundang tatapan heran dari semua orang yang berada di ruang bersantai.
Malam ini semua anggota inti gangster sedang berkumpul, dikarenakan malam ini Juza tidak memiliki jadwal pertemuan dengan sesama kelompok gangster maupun para pembisnis yang menggunakan layanan jasa mereka.
"Juza-san, meski sedang tidak memiliki jadwal pertemuan tetapi dia selalu sibuk." Keluh Masaki dan disetujui oleh yang lainnya.
Kini semua anggota inti gangster sudah kembali pada kegiatan mereka masing-masing setelah puas menikmati camilan buah dingin.
Goshi yang melihat Azami berjalan membawa piring kotor tempat potongan buah dingin pun melangkahkan kakinya untuk menyusul Azami.
"Hei, Azami-kun. Apa besok kau dan Yuri-chan sudah memiliki jadwal untuk menghabiskan waktu bersama?" Tanya Goshi saat dirinya sudah berada di dapur.
Azami yang sedang mencuci piring kotor itu mengenggelangkan kepalanya tanpa menoleh kearah Goshi. "Tidak, kami tidak memiliki rencana apapun besok. Mungkin besok kami akan tetap menghabiskan waktu bersama di rumah seperti biasa."
"Begitu. Azami-kun, besok aku memiliki rencana pergi ke Tokyo. Apa kau mau ikut bersama ku? Kau juga bisa mengajak Yuri-chan." Tanya Goshi sediit merasa khawatir jika Azami akan menolak ajakannya.
Azami mengerutkan dahinya. "Apa aku boleh pergi keluar dari rumah ini selain pergi ke kafe dan berkeliling di kota Yokohama?"
Kini sebuah kerutan tercetak di dahi Goshi mendengar perkataan Azami. "Tentu saja. Memang siapa yang melarang mu untuk pergi?"
Melihat Azami yang diam tidak merespon membuat Goshi membulatkan matanya terkejut. "Jangan bilang selama ini kau tidak pernah keluar berpergian karena mengira jika kakak ku tidak memperbolehkan mu keluar??!"
Dengan tanpa merasa bersalah, Azami menganggukan kepalanya dan membuat Goshi memukul dahinya cukup kencang.
"Astaga, Azami-kun. Apa kau berpikir jika kakak ku merupakan orang yang sangat keras pendiriannya?" Tanaya Goshi yang langsung di jawab dengan anggukan kepala oleh Azami.
"Aku kira, Juza-san tidakan memperbolehkan ku berpergian keluar sebelum aku melunasi semua biaya yang sudah dirinya keluarkan untuk diriku dan Yuri."
Goshi tidak dapat berkata apa-apa, dirinya tidak mengira jika selama satu bulan Azami tinggal dirumahnya ini dan tidak pernah keluar berpergian selain ke kafe adalah karena laki-laki itu memiliki pemikiran jika Juza tidak akan memperbolehkannya berpergian sebelum semua biaya merawatnya di lunasi.
Padahal Juza sama sekali tidak mempermasalahkan perihal itu. Bahkan Juza sudah melarang Azami untuk melunasi semua biaya merawat dirinya dan Yuri. Hanya saja Azami yang selalu bersikeras ingin membayarnya karena tidak ingin memiliki hutang budi kepada orang lain.
"Tidak. Kakak ku tidak pernah mempermasalahkan itu Azami-kun. Jadi apa kau besok akan pergi ikut bersama ku ke Tokyo?" Tanya Goshi tidak ingin memperpanjang perdebatan mengenai jalan pemikiran Azami.
Azami terdiam sebentar sebelum dirinya menganggukan kepala. "Baiklah, besok aku dan Yuri akan ikut pergi bersama mu."
Helaan nafas lega Goshi hembuskan mendengar jawaban Azami. "Bagus. Besok kita akan berangkat jam delapan pagi, ok?"
Azami kembali menganggukan kepalanya. "Baik. Kalau begitu sekarang aku akan memberi tahu Yuri dan bersiap untuk tidur."
Goshi menganggukan kepala sambil melambai-lambaikan tanganya. "Ya, kau harus memberi tahu Yuri sekarang."
Setelahnya Azami pun berjalan keluar dari dapur meninggalkan Goshi yang masih berdiri ditempatnya dengan memasang ekspresi bingung.
"Aku tidak habis fikir jika Azami memiliki pemikiran seperti itu."
***
"Niichan! Niichan! Apa hari ini kita akan pulang kerumah?" Tanya Yuri dengan penuh semangat saat dirinya bersama dengan sang kaka dan Goshi sudah keluar dari stasiun kereta api.
Goshi yang mendengar pertanyaan Yuri kepada Azami terdiam, dirinya melirik kearah kedua kakak beradik itu.
"Tidak Yu-chan. Kita hari ini hanya akan menemani Goshi-san berbelanja."
Goshi membulatkan matanya mendengar jawaban Azami yang sukses membuat Yuri memasang ekspresi kecewa.
"Azami-kun, jika kalian ingin pergi mengunjungi rumah kalian tidak apa-apa. Kalian jangan memikirkan aku." Sahut Goshi panik. Dirinya tidak menyangka jika Azami akan berkata seperti itu.
"Apa? Tapi memang tujuan utama mu mengajak kami untuk menemani mu berbelanja, Goshi-san."
Goshi melambai-lambaikan tangannya cepat. "Bukan, bukan itu. Aku datang kesini memang untuk berbelanja, tetapi aku mengajak kalian karena ingin kalian menghabiskan waktu bersama. Kalian pasti bosan bukan berdiam diri dirumah terus?"
Azami mengerutkan dahinya heran. "Tapi kami tidak memiliki tempat untuk di kunjungi."
Goshi menolehkan kepalanya kearah lain. Memikirkan kata-kata yang harus dirinya katakan pada Azami.
"Ah! Bagaimana selama aku berbelanja, kalian pergilah bersenang-senang. Jika kalian memang tidak ingin pergi mengunjungi rumah, kalian pasti memiliki tempat yang kalian rindu untuk di kunjungi bukan?"
Azami memilih untuk diam tidak merespon dan memperhatikan Goshi yang bersikap sedikit aneh dari biasanya.
"Ah, aku akan mulai berbelanja sekarang. Nati kita akan bertemu lagi disini jam lima sore ok? Kalian bersenang-senanglah! Sampai nanti!"
Setelahnya Goshi pergi begitu saja meninggalkan Azami dan Yuri didepan gedung stasiun kereta api dengan ekspresi heran tercetak di wajah mereka berdua.
"Oniichan, hari ini Goshi-san terlihat aneh." Ucap Yuri menolehkan kepalanya kearah Azami.
Azami yang mendengar perkataan Yuri, menganggukan kepalanya setuju. "Kau benar. Baiklah, kalau begitu ayo kita pergi mengunjungi rumah paman Renji terlebih dulu."
Yuri mengerutkan dahinya heran. "Mengapa kita tidak pulang kerumah terlebih dulu,Niichan?"
Azami menghela nafas panjang. "Kita harus menjelaskan keadaan kita saat ini kepada paman Renji terlebih dulu. Kau tidak ingin mendapat masalah bukan Yu-chan?"
Yuri menggelengkan kepalanya cepat. "Tidak, aku tidak mau paman Renji marah."
"Bagus, ayo kita pergi kerumah paman Renji sekarang."
Azami dan Yuri pun berjalan kaki menyusuri trotoar jalan menuju rumah Renji yang memang tidak terlalu jauh dari stasiun kereta api. Azami berharap sesampainya dia dan Yuri dirumah Renji, sahabat ayahnya itu tidak akan menceramahinya panjang lebar.
Sedangkan itu di tempat Goshi saat ini, dirinya tengah terdiam menatap sebuah jaket dengan tatapan tidak berminat.
"Ah, seandainya aku tadi memilih untuk ikut pergi bersama dengan Azami dan Yuri. Pasti akan sangat menyenangkan."