ดาวน์โหลดแอป
71.92% When You Belong Me / Chapter 41: LDR part 2

บท 41: LDR part 2

Hari pertama Yola masuk ke kampus dan hari ketujuh Yola hidup tanpa ada Abdul yang menemani harinya. Hanya ada Fatih yang selalu bersamanya kemanapun dia pergi, Fatih dengan setia menemani Yola, termasuk saat Yola harus cek kesehatan ke rumah sakit yang sama tempat dimana dulu ayahnya memeriksakan diri.

Walau sebenarnya mereka tak hanya berdua karena selalu ada mata yang mengintai mereka, Yap. Anak buah Martin selalu mengikuti kemanapun mereka pergi. Seperti saat ini kala mereka telah masuk ke dalam rumah sakit dan Yola sedang menulis namanya di buku khusus pasien rawat jalan.

"Tuan, Nona Yola sedang berada di rumah sakit, bersama laki-laki yang bernama Fatih, ternyata mereka adalah saudara sepupu." Lapor Mark salah seorang anak buah Martin.

"Cari tahu keadaan Yola, aku ingin tahu apa yang terjadi dengan dirinya." Perintah Martin.

"Ya, baik Tuan."

Martin menyandarkan tubuhnya dikursi kerja, pandangannya menatap langit-langit kantor yang bernuansa biru dengan ukiran yang khas.

"Kamu kenapa, sayang?" Gumam Martin sambil membayangkan wajah Yola yang Nampak manis dimatanya.

Yola keluar dari ruangan dokter setelah selesai dia memeriksakan diri, disampingnya dengan setia Fatih menemani Yola.

"Alhamdulilah, kamu hanya harus menjaga pola makan dan istirahat yang cukup, aku ikut lega dengernya." Kata Fatih sambil merangkul bahu Yola.

Yola tersenyum lebar, "Yes!!! Berarti aku bisa punya anak dong." Ucap Yola girang tapi membuat Fatih mengerutkan dahi sambil menoleh menatap Yola.

"Gimana caranya? Abdul aja ga ada." Kata Fatih pada Yola.

"Ya nanti kalau kita sudah bersua, cie elahhh…" Yola bahagia dia terus tertawa, dan lagi tanpa Ia sadari kamera berulang kali membidiknya, hingga membuat orang yang menerima kiriman foto itu tersenyum lebar.

"Kamu besok kuliah jam berapa, Yol?" Tanya Ftih.

"Ehm… besok masuk pagi jam 9, baru kali ini aku masuk mata kuliah ini, katanya dosennya killer, ga boleh telat sama sekali." Ucap Yola.

"Wah, ngeri amat. Ya udah besok kita berangkat pagi-pagi deh, takut kamu terlambat."

"Lha emang kamu kuliah jam berapa?" Tanya Yola.

"Jam 11 siang."

"Ya udah sih, aku berangkat sendiri kamu belakangan aja ga apa-apa."

"Ga lah, kita bareng saja, aku juga sekalian mau ke perpustakaan kok."

"Oke, kalau begitu. Pulang yuk, kita makan dirumah aja lah, ngirit." Kata Yola sambil tertawa.

"Okelah." Fatih menarik Yola untuk bergegas pulang, di halaman sudah ada sopir mereka yang menunggu dengan setia.

Hingga hari hampir malam, mereka baru sampai di rumah, Yola dan Fatih sama-sama memberesihkan diri di kamar masing-masing. Lalu setelah itu mereka berkumpul di bawah untuk makan malam bersama.

Suasana rumah terasa sepi, apa lagi setelah mereka berdua sama-sama kembali ke kamar masing-masing, dan ini adalah waktu Yola untuk melepas rindu bersama sang pujaan hati. Yola mengambil laptopnya lalu segera menyalakan dan menghubungi suaminya.

"Assalamualaikum, sayang." Sapa Abdul.

"Waalaikumsalam, aku kangen." Rengek Yola

Abdul Nampak tersenyum, Abdul baru saja mandi ketika Yola menghubunginya terlihat dari rambutnya yang masih setengah basah, dan tubuhnya yang Nampak segar.

"Kamu habis mandi?" Tanya Yola.

"Iya, sebentar lagi berangkat ke kampus." Kata Abdul sambil mengenakan celana panjang miliknya.

"Ih! Jorok! Ga malu apa?" Tanya Yola saat melihat Abdul dengan santainya melepas handuk yang menutupi pingangnya dan menggunakan celana panjang sambil berdiri di depan kamera laptop.

"Malu? Sama kamu? Kenapa harus malu? Kamu aja sering pegang-pegang kok." Kata Abdul sambil tertawa lalu mengambil laptopnya dan meletakkannya di atas pangkuan saat ia sudah selesai mengenakan celana panjangnya.

Yola menutup mulutnya lalu tersenyum lembut, "Aku ada kabar baik buat kamu." Kata Yola pada Abdul.

"Apa?" Tanya Abdul.

"Aku dinyatakan sembuh oleh dokter, namun masih harus menjaga pola makan dan istirahat yang cukup." Kata Yola sambil tersenyum lebar.

"Alhamdulilah. Aku senang banget dengarnya. Kamu udah makan malam belum? Jangan lupa minum vitaminnya."

"Sudah kok, aku sudah makan dan minum vitamin dari dokter."

"Bagus kalau begitu, bagaimana kuliah kamu? Lancar?"

"Alhamdulilah sejauh ini lancar-lancar aja, tapi besok pagi katanya dosennya Killer, ga boleh telat sedikit pun." Kata Yola.

"Abdul terkekeh, "Ya udah, kamu berangkat lebih pagi kalau begitu, yang. Jangan mepet-mepet."

"Iya, kamu gimana kuliahnya?"

"Ya baik-baik saja, tenang aja, aku ga dekat-dekat sama cewek kok, Cuma sama Jhonatan aja tiap hari juga Fahri." Balas Abdul.

"Awas aja kalau dekat-dekat." Ucap Yola sambil manyun-manyun.

Abdul tersenyum lebar, "Aduh istriku yang super posesif."

"Biarin."

"Aku sayang kamu." Ucap Abdul.

"Sama, aku juga sayaaaaaannng banget sama kamu, pingin cepet selesai kuliah biar bisa cepet bareng lagi sama kamu." Kata Yola sambil mengembungkan kedua pipinya.

Martin berdiri dibalkon kamar, Ia berharap jika Yola keluar darim kamarnya, namun apa yang Ia harapkan tak kunjung tiba, hingga malam bertambah larut, tapi Yola tak juga keluar ke balkon kamarnya. Martin mengambil satu batang rokok, lalu menyalakannya. Pandangannya masih tertuju pada balkon kamar yang sepi dan hanya dihiasi lampu temaram di kedua sisinya.

Sementara Yola masih asik bercanda dengan Abdul melalui sambungan jarak jauh.

"Sudah malam, kamu istirahat, jangan tidur malam-malam, jangan lupa balkon kamar dikunci." Pesan Abdul lalu Yola mengangguk.

"Ya udah kamu yang benar kuliahnya, biar nilainya bagus-bagus dan cepat lulus." Kata Yola.

"Iya sayang, aku udah kirim uang jajan buat kamu, jangan lupa untuk dihabiskan." Pesan Abdul.

"Kok di habiskan?"

"Kalau utuh berarti kamu ga pernah jajan, boleh pakai uang dari ayah Danil tapi kalau uang dari aku tidak cukup."

"Iya, terima kasih, suami." Kata Yola sambil tersenyum lebar.

"Sama-sama istriku, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Yola menutup panggilan di laptopnya lalu segera beranjak ke depan Balkon untuk mengunci pintu tersebut lalu masuk kembali ke dalam kamar, dan mematikan lampu.

Martin yang sudah bahagia karena melihat bayangan yang sepertinya hendak keluar langsung berubah lesu saat tahu ternyata Yola tak jadi keluar balkon dan hanya mengunci pintunya saja.

Martin kesal, dia langsung mematikan rokoknya sambil menekannya didalam asbak.

"Yolanda, kamu benar-benar membuatku gila." Gumam Martin lalu masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan diri di atas kasurnya yang empuk.

"Bagaimana bocah itu bisa…. Akh!!" Martin benar-benar frustasi karena ambisinya sendiri.

Sedangkan Yola telah terlelap tidur dengan nyenyak, rindunya kepada sang suami sudah agak terobati saat melihat pujaan hatinya itu sehat dan baik-baik saja.

Sementara Martin hanya berguling-guling di atas kasur tak mampu terlelap barang sekejap saja, pikirannya dipenuhi oleh wajah gadis imut bernama Yolanda Mahendra.


Load failed, please RETRY

สถานะพลังงานรายสัปดาห์

Rank -- การจัดอันดับด้วยพลัง
Stone -- หินพลัง

ป้ายปลดล็อกตอน

สารบัญ

ตัวเลือกแสดง

พื้นหลัง

แบบอักษร

ขนาด

ความคิดเห็นต่อตอน

เขียนรีวิว สถานะการอ่าน: C41
ไม่สามารถโพสต์ได้ กรุณาลองใหม่อีกครั้ง
  • คุณภาพงานเขียน
  • ความเสถียรของการอัปเดต
  • การดำเนินเรื่อง
  • กาสร้างตัวละคร
  • พื้นหลังโลก

คะแนนรวม 0.0

รีวิวโพสต์สําเร็จ! อ่านรีวิวเพิ่มเติม
โหวตด้วย Power Stone
Rank NO.-- การจัดอันดับพลัง
Stone -- หินพลัง
รายงานเนื้อหาที่ไม่เหมาะสม
เคล็ดลับข้อผิดพลาด

รายงานการล่วงละเมิด

ความคิดเห็นย่อหน้า

เข้า สู่ ระบบ