Selang beberapa saat kemudian, Pak Danu bangkit dan duduk di samping Heri, wajahnya tampak pucat dan kusam. Heri memalingkan wajah ke arah Pak Danu, dengan lirihnya ia bertanya, "Bagaimana sudah baikan, Pak?" Heri tak hentinya memandangi wajah pria paruh baya itu.
"Masih sedikit pusing, Her. Entah kenapa? Kalau ada mobil antar saya ke klinik ya, Her!" jawab Pak Danu dengan suara rendah, ia masih terlihat lemah.
"Ada, Pak. Sedang dipakai oleh Amin," ucap Heri, "Sebentar saya telpon Amin dulu!" sambungnya.
Heri meraih ponsel dalam saku celananya. Lalu ia menelpon Amin dan meminta rekannya itu untuk segera datang ke saung dengan membawa mobil.
Usai menelpon Amin, Heri kembali mendekati Pak Danu yang kian melemah itu, "Tunggu dulu, Pak. Sebentar lagi Amin ke sini bawa mobil!" kata Heri menatap wajah pria paruh baya itu, yang semakin jelas tampak lemas dan pucat.