Jasmine dengan tergopoh-gopoh masuk ke dalam mobil yang terparkir di area parkir perusahaan. Demi karirnya —yang tak seberapa itu— ia bahkan menyuruh sang suami —yang notabene adalah pemilik perusahaan— agar memarkirkan mobil di tempat yang tidak mencolok.
"Terlambat 39 detik!!" sergah Leonardo begitu Jasmine masuk ke dalam mobil. Alisnya mengernyit begitu pula Jasmine.
Wanita itu masih mencoba mengatur napasnya yang menderu karena lelah, mengatur bahunya agar tidak naik turun. Dengan kasar ia mengusap kening yang berpeluh. Hatinya merasa kesal lantaran ia sudah berusaha sekuat mungkin berlari dari kantornya yang terletak di lantai empat gedung itu ke basement parkir mobil.
Dan kini, belum juga laju napasnya melambat atau suhu tubuhnya menurun, atau butiran peluhnya mengering. Si Singa Mesum sialan ini sudah mencercanya karena terlambat 39 detik, hanya 39 detik!! Ya Tuhan. Kalau statusnya bukan suami, sudah Jasmine tonjok wajah tampannya itu sembari tadi.
"Cuma 39 detik, Leon!! Kau sungguh keterlaluan!" Jasmine mencabikkan bibirnya.
"Salah siapa menyuruhku menunggu di basement?! Kenapa tak di lobby?" Leonardo berseru.
"Ya kan nanti semua pada heran, kenapa aku naik ke atas mobil pemilik perusahaan?!!" Jasmine sewot, sudah berapa kali ia bilang kalau ia ingin menyembunyikan status mereka di kantor agar bisa bekerja dengan santai, tanpa tekanan dan cibiran.
"Ya sudah jelaskan saja pada mereka! Katakan 'karena kau istriku'." Leonardo juga mulai terlihat kesal.
"Hufttt!!!" Desah Jasmine panjang
"Sudahlah, cepat kemari!!" Leonardo menarik tangan istrinya, wajah Jasmine terantuk dada keras Leonardo, ia sempat terpekik karena sakit. Ee ... Bukannya minta maaf, Leonardo malah mencekal dagu istrinya itu.
"Kau mau apa?" Jasmine mengedipkan matanya heran, wajah garang suaminya semakin mendekat.
"Menghukummu!!" Leonardo mendaratkan sebuah ciuman ke atas bibir Jasmine, melumatnya penuh tenaga, bergerak ke kanan dan kiri membentuk ritme ciuman yang menggairahkan. Sesekali mereka bertukar belitan lidah, mengecapkan madu yang manis pada indra pengecap keduanya. Bau manis rokok mentol ikut menyeruak masuk ke dalam mulut Jasmine.
Tangan nakal Leonardo mulai mengelus masuk ke dalam rok Jasmine. Menggerayap pelan untuk menikmati bagian kenyal dan lembut yang melicin di dalam sana.
"Ada Kato!!" Jasmine berkusuk, ia mendorong tubuh kekar suaminya sekuat tenaga. Namun tubuh bak batu itu tak bergeser barang semili pun, malah semakin gencar menyudutkan Jasmine.
"Kitakan hanya berciuman!! Lagi pula aku akan membunuhnya bila ia menengok ke belakang!" Leonardo sudah tahu betapa setianya Kato.
"Dibilang jangan asal bicara main bunuh manusia kayak bunuh ayam!" Jasmine mencibirkan bibirnya kesal. Leonardo sudah terlalu sering membunuh kah sampai nyawa orang seakan tidak ada artinya?
"Iya!! Iya!! Kemari aku merindukanmu!" Leonardo mendorong Jasmine rebah pada kursi mobil belakang.
"Kita baru siang tadi melakukannya di kantor, Leon!!" Jasmine bergeleng saat Leonardo mulai menyesapi lehernya. Sudah lupakan pria ini bahwa saat makan siang ia menyuruh istrinya mengakang di atas meja kerja dan bermain golf bersama? Hole in one? Satu sentakan dan bola beserta tongkatnya masuk ke dalam lubang gelap dan sempit.
"Cerewet!!" Wajah Leonardo menghangat. Seks mereka siang tadi membuat Leonardo semakin kecanduan dengan pesona sang istri. Pesonanya selalu memetikkan gairah masa muda yang sulit untuk dibendung.
"Leon! Aku malu!!" Jasmine memeluk erat tubuh kokoh suaminya. Mobil sudah berjalan sembari tadi, dan Kato benar-benar tidak menoleh. Namun tetap saja Jasmine malu.
Leonardo melepaskan wanitanya itu. Mendekap tubuh Jasmine yang masih tersenggal. Tanganya mengelus rambut hitam lurus Jasmine yang kini jauh lebih panjang.
"Kau sudah menentuman akan bulan madu ke mana?" tanya Leonardo di sela-sela perjalanan mereka.
"Sudah, ke Okinawa. Sepertinya bagus, dan makanannya enak-enak. Dari segi harga tidak terlalu mahal." Jasmine mengambil kertas yang berisi coretan tangannya, ada biaya perjalanan juga. Leonardo merengut saat itu juga, terbiasa hidup miskin membuat istrinya itu selalu memperhitungkan segala hal sampai lupa bahwa suaminya adalah pengusaha sukses dan berkelimpahan harta.
"Jepang ya?" Leonardo mengelus dagunya, membayangkan Jasmine dalam balutan yukata sepertinya tidak buruk. Mungkinkah Leonardo punya fantasi liar dengan yukata itu?! Dasar cowok mesum memang!!
"Iya. Okinawa sepertinya punya iklim tropis." Jasmine tersenyum.
"Baiklah. Kita berangkat minggu depan. Aku akan menyelesaikan semua pekerjaan sebelum pergi berlibur." Leonardo mengelus pucuk kepala Jasmine dengan lembut.
"Aku sudah tak sabar makan hidangan laut sampai puas. Kerang, kepiting, tiram bakar, ya ampun, Leon. Air liurku hampir menetes!!" Jasmine terkekeh.
"Aku juga sudah tak sabar memakanmu sampai puas!!" Leonardo justru memikirkan makan malam yang lain, membuat Jasmine melotot galak ke arahnya, lantas sebuah cubitan bersarang di perutnya.
"Hehehe ... keraskan? Nggak bisa kan?!" Goda Leonardo, ototnya susah untuk dicubit.
"Nyebelin!"
Perjalanan mereka diisi dengan obrolan santai dan canda tawa riang. Namun tiba-tiba, Jasmine teringat akan sesuatu. Terbesit dalam benaknya begitu saja. Ia lantas menarik diri dari pelukkan suaminya.
"Oh, ya, Leon. Ada satu hal lagi yang harus aku bicarakan denganmu."
"Apa itu?" Leonardo menanggapinya dengan serius.
"Kita harus memberitahu Ibuku dan juga Ayahmu kalau aku sudah keguguran. Mereka pasti bertanya-tanya kalau di bulan ke tiga kehamilan ini, perutku tak kunjung membesar." Jasmine tak bisa menyembunyikan kebohongan ini dari ibunya sendiri.
"Baiklah. Aku akan bicara. Kita atur makan malam dengan keluargamu malam ini, Jas. Kita jelaskan bersama." Leonardo menggenggam tangan Jasmine.
"Iya, maafkan aku, Leon. Semua ini salahku. Andai saja aku tak berbuat nekat dan bodoh." Jasmine terenyuh bila mengingat kebodohannya dulu.
"Yah, semua juga karena kebohongan ya kubuat agar kau mau menikahiku. Jadi aku juga pantas disalahkan." Leonardo membagi beban itu dengan dirinya.
"Sekali lagi, maafkan aku, Leon." Mata Jasmine berkaca-kaca.
"Andai saja saat itu kau tau sudah keguguran apa kau akan tetap pergi dariku?" tanya Leonardo.
"Mungkin, iya. Aku benar-benar frustasi dan menderita. Aku tak pernah menyangka akan kehilangan suami dan bertemu singa mesum sepertimu." Jasmine mencubit hidung Leonardo.
"Cih, jadi kau benar-benar menerimaku hanya agar bisa lepas saat itu? Kau tak mencintaiku, bukan?!" Leonardo mencubit pipi istrinya bergantian.
"Iya. Hahaha.... Yang pentingkan sekarang sudah cinta. Sudah tak mau lepas, maunya nempel kayak koala." Jasmine memeluk Leonardo.
"Ck, dasar manja! Kemari, cium aku!"
"Heh?! Lagi!!! Belum cukup?" Jasmine terkikih saat Leonardo mulai menghujaninya dengan kecupan.
"Memang selalu kurang!! Tak pernah cukup!" Leonardo melumat rakus bibir Jasmine.
ooooOoooo
Besok engga up
Selamat paskah buat yang merayakan.
Ayo baca Twins pet. Si kembar Nakula Sadewa menanti 😘😘😘😘