Ameera harus memilih, menjadi seperti mereka, atau membela gadis bernama Erren. Ameera bahkan tidak mengerti kenapa teman-temannya merundung Erren. Ia juga tidak mengerti kenapa Erren dengan tegar bisa menghadapi hal itu.
"Katakan sesuatu, Mera?! Kau teman kami bukan?!" Vero mendesak Ameera untuk ikut membantu mereka merundung Erren.
Ameera terus terdiam. Ia tak pernah merundung atau merendahkan orang sebelumnya.
"Cih, ternyata sama saja. Dia juga berasal dari keluarga miskin, mungkin satu rumpun." Della berbisik di telinga Julie, Ameera mendengarnya.
"Bisa jadi, diakan OKB*, ia selalu pamer harta kekayaan yang bukan miliknya, kakaknya juga hanya beruntung karena bisa menikahi pria sekelas Leonardo. Entah berapa lama bisa bertahan, jangan-jangan mereka akan bercerai setelah Leonardo bosan." Julie juga berbisik membenarkan ucapan Della. (*orang kaya baru.)
"Aku dengar kakaknya hamil, mungkin karena hal itu mereka menikah. Setelah anak itu lahir pasti mereka akan langsung bercerai."
Ameera menahan dadanya yang bergemuruh. Susah payah ia membangun relasi dengan grup cewek yang paling kece satu sekolahan. Grup paling dilirik oleh semua orang, paling dikagumi dengan kecantikkannya. Nyatanya dia tetap dilecehkan saat tak bisa mengikuti standart mereka.
Tapi pikirkan Ameera sebagai remaja juga masih labil, ia juga tak rela melepaskan perhatian yang perlahan-lahan mulai berpusat padanya itu.
"Benar, kau pasti seorang sugar babykan!! Kalau tidak bagaimana mungkin kau bisa bersekolah di Yayasan milik Kakakku?! Memang berapa hargamu sampai kau berani menyolot pada kami?!" Ameera berteriak, merundung Erren dengan nada tinggi. Gadis berkuncir kuda dengan rambut terikat ke belakang itu terperanjat dengan ucapan kasar Ameera. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Nah, gitu donk!! Itu baru teman kami!" Vero merangkul pundak Ameera, Julie dan Della berhigh five karena berhasil melihat wajah menyedihkan Erren.
"Kau adik Leonardo Wijaya?" tanya Erren sambil menahan diri.
"Benar." Ameera menyahutnya dengan bangga.
"Cih ... Harusnya kau tahu bahwa Leonardo yang memberiku beasiswa di tempat ini!! Oh ... aku lupa, kau juga hanya iparnya, kekayaan itu juga bukan milikmu. Kau dan ibumu juga hanya benalu tak tahu malu yang numpang hidup darinya! Dasar miskin teriak miskin, tak tahu malu!" Erren membalas ucapan Ameera dengan nada tak kalah kasar.
"Wah, berani juga dia!!" Vero melotot pada Erren.
"Hajar saja dia, Mera!! Jangan kasih ampun!! Kau adalah adik Leonardo Wijaya. Tak akan ada yang menuntutmu meski gadis kumal menyedihkan ini terluka." Della melipat tangannya di depan dada.
Ameera naik pitam, tak hanya tersulut dengan siraman minyak atas api amarah dari teman-temannya. Gadis itu juga sendari awal telah merasa geram dengan ucapan Erren yang menghinanya. Menganggap ia dan ibunya adalah benalu bagi Leonardo.
"Sialan!!" Ameera melayangkan telapak tangannya hendak menampar Erren. Namun sebuah tangan dengan kokoh menahan tangannya. Bau black musk, oriental pepper, dan citrus tercium dari balik ujung lengan blezernya menimbulkan aroma misterius, membius Ameera untuk beberapa saat. Gadis itu tak berkedip saat pandangan matanya bertemu tatapan tajam Victor.
"Victor!!" Semuanya tertegun. Pangeran itu turun tangan sendiri untuk menahan pukulan Ameera atas Erren —Gadis miskin pelayan yang bekerja di caffee itu.
"Vic ...," lirih Erren, Victor adalah teman sekelasnya, XII-IPA1.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Victor, ia menghempaskan tangan Ameera.
"Auch!" Ameera terpekik kesakitan, ia bahkan terjungkal.
"Aku tak apa, Vic." Erren menahan sikut lengan Victor. Terlihat betul bahwa mereka punya hubungan yang lebih dari sekedar teman sekelas. Entah hubungan apa itu.
"Ayo bangun, Mera. Jangan cari gara-gara dengan Victor." Della membantu Ameera bangun.
"Baiklah, ayo pergi." Ameera bangkit berdiri. Ia sempat melirik ke arah Victor dan genggaman tangannya atas tangan gadis itu. Ameera merasa cemburu, kenapa Erren seberuntung itu bisa mendapatkan perhatian dari pria seperti Victor, pria yang bahkan punya latar belakang jauh lebih hebat dari iparnya, Leonardo.
oooooOooooo
•
•
•
Kembali ke Jasmine. Tokoh utama kita kali ini terlihat sibuk berkeliling dengan beberapa rekan kerjanya. Mereka memberikan Jasmine tour singkat keliling perusahaan. Supaya Jasmine tidak tersesat karena gedung itu memang sangat luas. Mereka tidak tahu kalau sebenarnya saat makan siang tadi, Jasmine tersesat di lantai 17 , ehm ... lebih tepatnya di ruangan pemilik perusahaan. Menghabiskan satu jam penuh keringat di atas meja kerja Leonardo Wijaya.
"Terima kasih atas kebaikan kalian, saya akan bekerja dengan penuh semangat!! Yang terbaik untuk tim!" Jasmine mengepalkan tangannya di depan dada. Sikap ceria Jasmine membuat seluruh rekan satu tim nya langsung menyukai Jasmine, terutama kaum Adam. Siapa sih pria yang tak menyukai wanita seperti Jasmine? Apalagi saat ini dia begitu cantik, kulit putih terawat, pembawaannya selalu terlihat anggun dan manis.
"Kami akan memandumu, Jasmine!!" Dukung mereka sambil bertepuk tangan menyambut kehadiran Jasmine di bagian pemasaran.
"Cih, hari pertama sok akrab aja! Gayanya juga sok imut." Cibir beberapa staff yang lain.
Yap, tentu saja selalu aja ada yang tidak suka dengan keberadaan Jasmine. Entah karena mereka iri atau karena mereka merasa mendapatkan saingan baru dalam pekerjaan. Keberadaan Jasmine sendiri memang sangat mencurigakan, ia masuk ketika semua formasi tim lengkap, semuanya sedang tidak membutuhkan pegawai baru namun perusahaan merekrutnya.
"Hei anak baru, bikinin kami kopi!"
"Siap, Bu!" Jasmine bergegas bangkit dari kursinya.
"Aku mau hangat, gulanya sedikit!"
"Aku yang banyak creamernya ya!"
"Tolong kopi hitamnya!"
"Punyaku, pakai susu full cream, aku alergi susu kental manis."
"Wah, banyak sekali! Aku catat dulu satu-satu, ya!" Jasmine berjalan sambil mencatat pesanan.
Saat perjalanan menuju pantry, Leonardo juga berjalan menuju lobby. Keduanya berpapasan di tengah jalan. Leonardo diikuti oleh Kesya, dan juga beberapa komisaris perusahaan. Ia mengedipkan sebelah matanya kepada Jasmine sembari berlalu, Leonardo terlihat keren dan penuh wibawa di mata Jasmine.
Ck, tak kusangka si ganteng itu suamiku!!Pikir Jasmine sambil terkikih, ia masuk ke dalam pantry dan menyiapkan pesanan para rekan satu timnya.
Tring ... (ponsel Jasmine berbunyi)
Leonardo:
Aku tunggu setengah jam lagi di mobil. Kita pulang bersama.
Jasmine:
Tunggu sebentar, Leon. Aku sedang membuat kopi untuk teman-teman.
Triiing ... (dering panggilan)
Singa Mesum is calling ...
"Halo," sapa Jasmine yang kaget karena Leonardo langsung menelfonnya.
"Siapa yang menyuruhmu membuat kopi??? Akan aku pecat ia besok!!" bentak Leonardo.
"Rekan satu timku, ayolah, jangan terlalu heboh, aku tak keberatan melakukannya, hanya membuat kopi, ini pekara mudah, Leon." Jasmine menepis ucapan suaminya.
"Jangan bodoh!! Bagaimana kalau kopinya tumpah? Bagaimana kalau kau kena air panas?!!" Leonardo hampir berteriak.
"Leon!!" Sergah Jasmine.
"Kemari!! Pergi ke mobil!! Kita pulang sekarang atau kau tak boleh bekerja lagi!!" Leonardo mematikan panggilannya.
"Huft!!! Dasar!!" Jasmine mendesah panjang, namun memang begitulah sifat suaminya.
Jasmine tak kehabisan akal, dia menuang bubuk kopi dan juga gula ke dalam cangkir cup kertas, lalu membawa satu tremos penuh berisi air panas. Ia membawa satu nampan penuh, dengan hati-hati Jasmine membawanya naik ke atas, ke ruang pemasaran. Sesampainya di sana, baru Jasmine menuangkan air panas dan membaginya.
"Maaf, semuanya! Aku harus pulang. Aku sudah menyeduh kopinya. Silahkan di nikmati." Jasmine membungkukkan sedikit badannya.
"Tapi ini belum jam pulang kantor?!" Seorang wanita dari tim lain menyahut Jasmine.
"Hanya kurang lima belas menit, tak masalah, bukan?!" Seorang pria dalam tim membela Jasmine.
Tring ... tring ... (ponsel Jasmine terus berbunyi)
Jasmine melirik layar ponse, lagi-lagi si singa mesum yang meneleponnya. Jasmine memutar bola matanya kesal, Leonardo pasti sudah tak sabar menanti kedatangannya. Bila ia tak segera menyusul ke mobil, sudah pasti pria itu akan naik kemari dan membentak semua orang. Jasmine tak ingin hal itu terjadi, ia ingin bekerja dengan tenang dan sedamai mungkin.
"Maaf, sungguh aku minta maaf, besok aku akan lebih giat bekerja dan pulang tepat waktu." Jasmine menyahut tasnya dan bergegas meninggalkan ruang kantor.
"Dasar!! Dia kira dia yang punya perusahaan ini apa??! Menyebalkan!!" cerca seorang rekan satu kantornya.
"Ayolah, mungkin anak baru itu sedang ada keperluan mendesak. Aku sebagai ketua tim mengijinkannya kok." Pria itu kembali membela Jasmine.
"Kau terlalu memanjakannya, apa kau suka padanya?? Jangan mimpi! Apa kau tak melihat di jari manisnya ada cincin?!" sahut sang wanita ketus.
"Yah, siapa tahu. Sekarang banyak wanita yang memakai cincin minimalis di jari manisnya." Pria itu berbicara tentang trend.
"Bodoh ah," cela wanita itu dan kembali ke tempatnya duduk.
"Hehehe, nanti malam aku kirim text ah ...." Pria itu bersiul riang dan berjalan kembali ke mejanya. Dengan ceria ia menikmati kopi buatan Jasmine.
oooooOooooo
Minta di sate Leon ini kang masnya, wkwkwkkwkw
😅😅😅😅
Singanya PMS jadi dikit-dikit marah, Jas.
Yang menang giveaway
1. maeyy
2. Haryatun_akhmad
Silahkan DM di IG @dee.meliana
Ditunggu sampai tgl 4.4.21, kalau nggak kasih informasi saya cencel ganti orang lain. Terima kasih 🥰🥰🥰🥰🥰
Buat yang lain terima kasih sudah ikutan giveaway. Nantikan giveaway selanjutnya 😘😘😘😘