"Kak Laila, ngapain masih manjat pohon? Kan harusnya dipanjat," ujar Ayub pada Laila.
"Kamu ngomong apa sih, Yub? Apa hubungannya manjat pohon sama dipanjat?" Laila bingung dengan ucapan Ayub. Dirinya bukan pohon yang harus dipanjat. Ia pun turun dengan perlahan. Ia mengingat kakinya masih sakit dan perban masih belum dicopot.
"Lah, Kakak udah nikah tapi masih nggak mudeng juga," sahut Ayub. "Sudahlah ..." tandasnya.
"Tau, tuh. Si Ayub orangnya aneh. Eh, Kak, mau makan bareng?" tawar Diyon yang menunjukkan manggis yang ada di dalam kaosnya.
"Heem, boleh ... tapi badan kamu nggak keringetan, kan? Nanti masa kakak makan keringat kamu, hihihi." Laila sebenarnya tidak mempermasalahkan itu. Kalaupun benar berkeringat, yang ia makan buah yang ada di dalamnya.
"Ya enggak lah, Kak. Yaudah, ayo cari tempat makan! Di pinggir sungai, saja, yuk!" ajak Diyon. Diyon berjalan cepat memimpin.