"Kenapa? Hanya seginikah kemampuan kalian?" tantang Jimmy.
Miranti, Aisyah, Florensia, Rachel, Ivan dan Fanesya menarik napas panjang. Saking kuatnya, Jersey Devil tidak terkena goresan sedikitpun. Hal itu mengejutkan bagi mereka yang mencoba menggores lukanya. Jersey Devil mengembik dengan intonasi nada tinggi. Lubang telinga mereka mengalami nyeri.
Aisyah memegang busur panahnya, melepaskan tembakan ke arahnya. Anak panah itu berbentuk sebuah elemen sihir angin hingga mencapai sepuluh buah. Kepulan asap setelah terkena tembakan anak panah. Tidak berhenti sampai disitu, tangan kiri Florensia menadah ke Jersey Devil. Pusaran api melesat cepat ke arah makhluk tersebut. Di saat api sudah mengenainya, Ivan menggaruk kepala, mengambil sebuah pistol di sampingnya. Sebelumnya, tidak ada benda apapun di sekitar aula. Namun Jimmy terlihat cukup tenang sambil menaruh tangan ke saku celana. Untuk saat ini, aku harus bertahan hidup, katanya dalam hati.
Namun Jersey Devil tidak mengalami luka sama sekali. Makhluk itu berniat untuk menyerang mereka.
"Berpencar!" teriak Miranti.
Aisyah dan Florensia mengikuti insting mereka untuk menghindar. Sedangkan Rachel, Ivan, Fanesya yang minim pengalaman, mencoba hindar dari serangan Jersey Devil. Cakarannya mengenai Rachel. Gadis berambut panjang melongo melihat luka yang dialaminya. Ekspresinya memerah, melotot tajam pada Jersey Devil. Hentakan kaki Rachel cukup keras, mengakibatkan ruangan aula bergoyang. Dia menyikut Ivan dan Fanesya, menyerang Jersey Devil sekaligus merebut pistol dari Ivan.
"Rachel, hentikan!" teriak Florensia.
"Anak kecil sebaiknya diam saja!" bentak Rachel.
"Anak kecil katamu bilang?" ucap Florensia tidak terima.
Belum selesai bicara, Rachel menyerang Jersey Devil. Berteriak sekencang-kencangnya hingga pita suaranya habis.
Kepakan sayap Jersey Devil berhenti. Tubuhnya turun ke lantai aula. Jimmy menghampiri makhluk itu sambil mengelus punggungnya.
"Kau tahu yang harus dilakukan."
Jeritan dari mulut Jersey Devil. Membuat aula bergetar sekaligus mengganggu telinga mereka berenam. Jari telunjuk Jimmy diacungkan ke arah Miranti.
"Serang dia."
Miranti mengayunkan pedangnya. Menebasnya dari sisi sebelah kanan. Tubuh Jersey Devil bergerak sendiri. Miranti berdecih kesal karena tebasannya dihindari dengan mudah. Makhluk itu menghirup napas lebih lama. Muncullah partikel-partikel api dari kedua orang. Disusul dengan partikel cahaya dari pedang Miranti. Menyilaukan kedua matanya. Api tersebut menyembur ke arah Jersey Devil.
"Percuma saja! Api itu tidak akan bisa—"
"Florensia, alihkan perhatian makhluk itu!"
"Apa rencanamu, Aisyah?"
"Aku punya rencana."
Fanesya melotot pada sahabatnya. Menyunggingkan sedikit tersenyum.
"Kenapa kau, sya?"
"Tidak. Sudah lama sekali lihat Aisyah serius bertarung. Biasanya, dia berusaha menahan diri karena lawannya seorang manusia," jawab Fanesya tersenyum lega.
Rachel memiringkan kepalanya, tidak mengerti apa yang dikatakan. Sedangkan Ivan baru kali ini melihat Aisyah dan Florensia tersenyum lebar. Seolah-olah keduanya terbang mengepakkan sayap dengan bebas. Beban yang selama ini mereka pikul, dilepaskan dengan mudah.
Florensia berdoa dalam hati. Pedang miliknya berubah bentuk menjadi seekor ular. Lalu ular tersebut melayang di udara.
"Apa kau bisa menghindari serangan racun darinya?" tantang Florensia.
Jersey Devil merasa diremehkan oleh Florensia. Jimmy sudah memprediksikan Florensia akan memprovokasi makhluk itu. Namun dia tidak tahu, di belakang ular terdapat ribuan yang siap menyerang Jersey Devil.
"Ada ribuan ular di udara?" jerit Fanesya ketakutan.
"Ular katamu?"
"Tidak ada waktu untuk menengok ular tersebut!" sembur mulut dari Aisyah.
Aisyah mengeluarkan busur panah yang tidak terlihat. Menarik senar sihirnya, membidik ke bagian mata Jersey Devil.
"Fanesya!"
"Baiklah. Rachel, Ivan ikut denganku."
Ivan dan Rachel mengikuti Fanesya dari belakang. Mengambil shotgun, rifle dan pistol di lantai. Menarik pelatuknya untuk mengalihkan Jersey Devil. Jimmy memilih menghindar. Namun, disaat dirinya menghindar, kedua tangannya bersimbah darah. Dia genggam tangannya, bersiap untuk menyerang mereka bertiga.
"Rupanya aku bermain-main terlalu lama, ya? Sudah saatnya temponya sedikit dinaikkan."
Jimmy berlari ke arah Fanesya. Melakukan tendangan cukup keras. Namun dia menangkisnya. Ototnya terasa sakit menahan tendangan Jimmy. Tangan Fanesya menggenggam pergelangan kakinya. Lalu memutar tubuhnya hingga tubuhnya terhempaskan ke dinding. Namun siulan Jimmy membuat Jersey Devil mencaplok Fanesya. Beruntung, Rachel dan Ivan menembaknya berkali-kali.
"Fanesya, kemarilah!" teriak Aisyah.
Fanesya yang membawa pistol, segera berlari menuju arah teriakan. Dia menyadari untuk melawan Jersey Devil membutuhkan kerjasama tim yang solid. Di sisi lain, Jimmy melihat sedikit demi sedikit rasa solidaritas mulai terbentuk. Dia menyunggingkan senyum, berharap mereka bisa mengalahkan makhluk itu.